Belajar dari Elang...
Malam ini aku mendengar sebuah cerita sederhana, dari radio mobil yang kutumpangi sepanjang perjalanan dari kantor menuju ke rumahku. Mungkin ini cerita lama, tapi jujur aku baru mendengarnya, dan aku sangat terkesan dengan maknanya. Dan kini saatnya aku berbagi cerita untuk para sahabatku, terutama bagi mereka yang belum pernah mengetahui sebelumnya, sepertiku...
Elang...yah tentunya kita sepakat untuk mengkategorikan hewan ini sebagai satu jenis unggas yang perkasa. Mengapa perkasa? Selain cakarnya yang kuat mencengkram, matanya pun tajam bagaikan mata pedang. Dan ternyata elang memiliki umur yang panjang, bisa sampai 70 tahun.. Wow..bagi manusia, di usianya ke-70, mereka tentu sudah menjadi renta dan mungkin tak berdaya. Namun, tahukah kita, seekor elang untuk dapat sampai di usianya 70 tahun, dia harus membuat suatu keputusan besar dalam hidupnya. Di usianya ke-40, ia dihadapkan pada suatu pilihan, apakah dia memilih pasrah dengan kondisinya, atau dia rela mentransformasi dirinya, namun dia akan dapat bertahan hidup hingga 30 tahun lagi.
Pada usianya ke-40 tersebut, seekor elang akan mengalami kesulitan hidup yang luar biasa. Paruhnya menjadi panjang hingga hampir mencapai dada, sehingga sulit untuk mencabik mangsa. Demikian pula dengan kuku cakar yang menjadi andalannya untuk menangkap mangsa dan menyerang musuh, akan menjadi panjang namun rapuh. Dan bulu-bulu tubuhnya yang semakin tebal dan panjang, menyebabkan tubuhnya menjadi berat, sehingga dia tak mampu terbang dengan bebas. Bila kondisi tersebut dibiarkan, tentu akhirnya elang akan semakin melemah dan akhirnya mati tak berdaya.
Hanya ada satu jalan untuk membuatnya menjadi kembali perkasa, yaitu dia harus memaksakan dirinya terbang tinggi hinggi ke puncak bukit. Lalu membuat sarang di tepi jurang. Dan di sarang itulah dia harus menjalani proses transformasi diri. Tindakan pertama yang dilakukan adalah mematukkan paruh sekeras-kerasnya ke bebatuan hingga paruhnya lepas. Dan setelah lepas, dia harus menunggu paruh baru tumbuh selama kurang lebih 5 bulan lamanya sampai paruh menjadi cukup kuat. Setelah paruh tumbuh, penderitaan berikutnya adalah dia harus mencabuti semua kuku-kuku di cakar. Dan setelah mencabuti kuku-kuku cakar, dia harus mencabuti bulu-bulu di tubuhnya satu persatu. Bayangkan, betapa menderitanya, badan tanpa bulu, tentu sangat merasakan dingin yang amat sangat di atas puncak bukit, apalagi ketika malam tiba
Namun setelah proses transformasi dilaluinya, dia akan dapat hidup perkasa lagi, hingga 30 tahun mendatang.
Wow
kisah Elang ini sungguh sangat menginspirasi aku, membuat aku sadar betapa kecilnya perjuanganku dalam menjalani hidup ini dibandingkan perjuangan seekor elang yang mampu hidup hingga 70 tahun
Hidup itu sebuah pilihan. Sukses atau gagal bukan semata-mata garis tangan kita dari Tuhan, namun kita dapat pula menentukan, apakah kita akan menjadi orang sukses atau gagal, tergantung bagaimana kita mengupayakannya. Belajar dari elang, dia memilih untuk melalui jalan yang sakit untuk dapat bertahan hidup lebih lama...
Terkadang kita enggan, malas, takut untuk melakukan transformasi diri. Tidak mau berubah atau takut untuk berubah!! Belajar dari elang, dia tidak takut menjalani proses transformasi, walaupun dia tahu itu akan menyakitkan dirinya...
Dan bila masalah mulai bertubi-tubi datang menyerang, kita mudah pasrah, terus mengeluh dan merasa diri tidak sanggup melaluinya. Belajar dari elang, sekali dia sudah memilih jalan untuk bertransformasi, dia terus melaluinya hingga proses itu usai...
Marilah kita tengok diri kita.. Belajar dari elang, kita harus mau berubah, dan pantang menyerah dalam hidup ini. Rasa sakit yang kita rasakan, hanya ujian yang Tuhan berikan pada kita. Dan percaya bahwa Tuhan telah siapkan jalan yang jauh lebih indah daripada masalah yang ada di depan mata...
Tuhan memberkati.
Amiiinnn...