- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mobil Listrik Ramah Lingkungan, Kebohongan Publik
TS
Shdy
Mobil Listrik Ramah Lingkungan, Kebohongan Publik
NEW ZEALAND, KOMPAS.com Klaim kendaraan bertenaga listrik (electric vehicle/EV) ramah lingkungan merupakan sebuah kebohongan publik. Hal tersebut diungkapkan Clive Matthew-Wilson, pengamat industri sekaligus editor dari Zealands Dog & Lemon Guide seperti dikutip caradvice.com, hari ini (21/3).
Menurut pengamatan Clive, ketika semua mobil sudah digerakkan oleh listrik tentu akan menambah daya beban pemakaian listrik rumah tangga. Berarti, pasokan energi dari pusat pembangkit tenaga listrik juga ikut membengkak. Dengan meningkatnya kebutuhan pasokan listrik, bukan tidak mungkin akan bertambah pusat listrik tenaga (PLT)entah itu nuklir, atom, atau lainnyayang termasuk salah satu penghasil polusi terbesar.
Yang dimaksud kebohongan publik dati Clive, mobil yang sudah ramah lingkungan tetap menjadi penyuplai gas emisi karbondioksida (CO2). Hanya, sifatnya tidak langsung dari kendaraan, tapi dialihkan ke pusat pembangkit tenaga listrik.
Ia mengambil contoh konkret berupa pengetesan mobil listrik Tesla Roadster dari Melbourne sampai Brisbane, Australia. Uji coba ini sekaligus berambisi mencatatkan rekor perjalanan terpanjang di dunia menggunakan mobil listrik. Menurutnya, perjalanan ini membutuhkan energi listrik yang boros dan mentransfer gas emisi karbondioksida (CO2) lebih banyak dari jalan ke PLT.
Menurut pengakuan Tesla, dalam kondisi baterai penuh, mobil bisa berjalan sejauh 360-394 km. Berarti, setiap menempuh perjalanan 3.000 km, mobil perlu mengisi ulang delapan atau sembilan kali menggunakan soket bertegangan 24 volt.
"Klaim mobil listrik seperti Tesla itu bebas emisi cuma kebohongan publik. Penggunaan mobil listrik sama saja mentransfer polusi dari jalan ke pembangkit tenaga listrik, yang jauh lebih parah karena menggunakan batu bara mengasilkan CO2 lebih besar," jelas Clive.
Clive melanjutkan, mobil listrik baru boleh mengklaim diri mereka bebas polusi jika melakukan pengisian ulang (charging) menggunakan energi terbarukan (non-fosil) dan ramah lingkungan. Karena itu, lanjut dia, meningkatkan popularitas dari mobil listrik saat ini sama saja memperparah polusi di bumi dalam jangka waktu panjang, jika tak ada upaya mendorong penggunaan energi baru.
"Banyak energi alternatif industri diciptakan cuma mengatasi masalah secara singkat. Kenyataannya, semua teknologi ini tak ada yang ekonomis, tak bekerja dengan baik. Sangat mengganggu melihat lagak politisi dan pemimpin bisnis di televisi mempromosikan teknologi fantasi menggunakan ekonomi fantasi," tegas Clive.
sumber: http://otomotif.kompas.com/read/2011...ohongan.Publik
UPDATE
Terus apa bedanya dengan MOBIL HYBRID???
Menurut pengamatan Clive, ketika semua mobil sudah digerakkan oleh listrik tentu akan menambah daya beban pemakaian listrik rumah tangga. Berarti, pasokan energi dari pusat pembangkit tenaga listrik juga ikut membengkak. Dengan meningkatnya kebutuhan pasokan listrik, bukan tidak mungkin akan bertambah pusat listrik tenaga (PLT)entah itu nuklir, atom, atau lainnyayang termasuk salah satu penghasil polusi terbesar.
Yang dimaksud kebohongan publik dati Clive, mobil yang sudah ramah lingkungan tetap menjadi penyuplai gas emisi karbondioksida (CO2). Hanya, sifatnya tidak langsung dari kendaraan, tapi dialihkan ke pusat pembangkit tenaga listrik.
Ia mengambil contoh konkret berupa pengetesan mobil listrik Tesla Roadster dari Melbourne sampai Brisbane, Australia. Uji coba ini sekaligus berambisi mencatatkan rekor perjalanan terpanjang di dunia menggunakan mobil listrik. Menurutnya, perjalanan ini membutuhkan energi listrik yang boros dan mentransfer gas emisi karbondioksida (CO2) lebih banyak dari jalan ke PLT.
Menurut pengakuan Tesla, dalam kondisi baterai penuh, mobil bisa berjalan sejauh 360-394 km. Berarti, setiap menempuh perjalanan 3.000 km, mobil perlu mengisi ulang delapan atau sembilan kali menggunakan soket bertegangan 24 volt.
"Klaim mobil listrik seperti Tesla itu bebas emisi cuma kebohongan publik. Penggunaan mobil listrik sama saja mentransfer polusi dari jalan ke pembangkit tenaga listrik, yang jauh lebih parah karena menggunakan batu bara mengasilkan CO2 lebih besar," jelas Clive.
Clive melanjutkan, mobil listrik baru boleh mengklaim diri mereka bebas polusi jika melakukan pengisian ulang (charging) menggunakan energi terbarukan (non-fosil) dan ramah lingkungan. Karena itu, lanjut dia, meningkatkan popularitas dari mobil listrik saat ini sama saja memperparah polusi di bumi dalam jangka waktu panjang, jika tak ada upaya mendorong penggunaan energi baru.
"Banyak energi alternatif industri diciptakan cuma mengatasi masalah secara singkat. Kenyataannya, semua teknologi ini tak ada yang ekonomis, tak bekerja dengan baik. Sangat mengganggu melihat lagak politisi dan pemimpin bisnis di televisi mempromosikan teknologi fantasi menggunakan ekonomi fantasi," tegas Clive.
sumber: http://otomotif.kompas.com/read/2011...ohongan.Publik
UPDATE
Quote:
Terus apa bedanya dengan MOBIL HYBRID???
Quote:
0
9.9K
188
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan