- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lulusan S1 FEB-UGM Bisa Membuat Teori Baru


TS
prinn
Lulusan S1 FEB-UGM Bisa Membuat Teori Baru
satu lagi prestasi yg membanggakan dari anak bangsa. 
[RIGHT]
[/RIGHT]
sumber

Quote:
Lulusan S1 FEB-UGM Bisa Membuat Teori Baru
by Rimawan Pradiptyo on Friday, February 25, 2011 at 6:35pm
Ketika saya masih mahasiswa S1 di awal dekade 1990-an dulu, seringkali saya terkesima dengan para ekonom pembuat teori yang umumnya berasal dari negara maju. Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan naif di benak saya, 'bagaimana ya caranya membuat teori?', 'bagaimana seseorang bisa memiliki pemikiran yang sangat komprehensif seperti para teorists?', 'kuliah apa saja yang harus diambil agar bisa membuat teori?'. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering melintas di kepala saya ketika saya mempelajari berbagai teori ekonomi ketika itu.
Tak jarang saat itu pula, terjadi pemberontakan di benak saya karena beberapa teori yang saya pelajari menggunakan asumsi yang terlalu kuat sehingga tidak membumi. Mengapa informasi selalu diasumsikan sempurna? Mengapa manusia selalu dianggap rasional? Mengapa pelaku ekonomi selalu dianggap homogen, dan implikasinya mereka memiliki perilaku yang homogen pula? Itulah beberapa contoh dari 'pemberontakan' saya ketika belajar ilmu ekonomi saat masih di bangku kuliah.
Saat itu, saya banyak mempertanyakan teori ekonomi. Banyak asumsi di teori ekonomi yang menurut saya tidak make sense. Saat itu pula terbersit ide untuk memperbaiki teori ekonomi atau malah membuat teori ekonomi baru. Namun ketika saya ungkapkan hal ini ke beberapa rekan, saya malah diketawain. Jangankan sesama rekan mahasiswa, beberapa dosen pun, ketika itu, mengatakan bahwa porsi mahasiswa S1 adalah memahami teori ekonomi konvensional. Masalah kontribusi untuk memperbaiki teori ekonomi adalah porsi bagi para Doktor dan Professor.
Kembali jiwa saya berontak dengan pendapat-pendapat seperti di atas. Apa tidak mungkin seorang mahasiswa S1 memperbaiki teori? Apakah upaya memperbaiki teori hanya hak prerogatif seorang Doktor dan Professor?
Kegundahan dan kesangsian terhadap kesahihan teori ekonomi telah mendorong saya untuk justru mempelajari cara membuat teori di ilmu ekonomi. Ketika mengambil Master di University of York, saya sengaja mempelajari game theory dan experimental economics. MSc Dissertation saya waktu itu adalah melakukan experiment in game theory yang saya desain sendiri dari fenomena yang ada di Indonesia. Ketika menempuh program doktoral, saya beralih dari experimental economics ke learning processes di game theory. Hal ini saya tempuh karena dari hasil experiment saya terdahulu saya temukan ada proses learning dari perilaku subyek. Saat itu obsesi saya adalah membuat teori baru tentang learning theory. Alhamdulillah saya menemukan hal baru di sana dan berhasil memberikan kontribusi teori baru di bidang crime economics sebagai aplikasi dari teori yang saya kembangkan tersebut.
Ketika kembali ke Indonesia dan kembali mengajar di UGM awal 2008, terbersit kembali keinginan untuk mewujudkan cita-cita untuk mendidik mahasiswa S1 agar bisa berkontribusi dalam teori. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan anak muda yang energik dan akan menulis skripsi. Dua semester sebelumnya anak muda ini mengikuti mata kuliah saya Game Theory. Saat itu dia berencana akan menulis tentang perdagangan international dengan menggunakan data beberapa negara. Lalu saya tawarkan suatu tantangan kepada dia,'bagaimana kalau sampean nulis tentang teori economic sanction, Mas?' Tawaran itu saya lontarkan karena masih terkait dengan perdagangan international, namun dengan menggunakan game theory yang sudah pernah dia pelajari sebelumnya. Meski di awal agak terlihat ragu dan agak ketakutan karena akan berusaha mengubah teori, akhirnya anak muda tersebut mantap bekerja dengan saya untuk membuat analisis game theory terkait dengan masalah economic sanction.
Alhamdulillah setahun kemudian yang bersangkutan menyelesaikan skripsinya, dan baru beberapa jam lalu kami submit ringkasan skripsi tersebut ke sebuah journal international. Anak muda yang energik tersebut adalah Khalifany Ash Shidiqi yang akrab dipanggil Asdi. Berikut adalah URL yang berisi abstrak dari penelitian tersebut dan paper tersebut bisa diunduh secara gratis di:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.c...act_id=1769423
Sebelumnya paper ini telah dipresentasikan oleh Mas Asdi di dua international conferences di Turkey dan Polandia, tahun lalu. Saat itu Mas Asdi adalah satu-satunya peserta dari Indonesia dan satu-satunya peserta yang masih S1, sementara peserta lain minimal adalah PhD students dan bahkan professor!!!
Alhamdulillah, melalui jalan berliku, kami bisa buktikan bahwa lulusan S1 FEB-UGM mampu berkiprah di level international dan memberikan kontribusi di bidang teori ekonomi. Semoga pencapaian ini mampu menginspirasi generasi muda yang lain, bahwa anak muda negeri ini bisa mencapai prestasi setinggi apapun. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita mau melakukan hal itu atau tidak?? Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit dan mulailah penggapaian itu dengan langkah-langkah kecil.
by Rimawan Pradiptyo on Friday, February 25, 2011 at 6:35pm
Ketika saya masih mahasiswa S1 di awal dekade 1990-an dulu, seringkali saya terkesima dengan para ekonom pembuat teori yang umumnya berasal dari negara maju. Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan naif di benak saya, 'bagaimana ya caranya membuat teori?', 'bagaimana seseorang bisa memiliki pemikiran yang sangat komprehensif seperti para teorists?', 'kuliah apa saja yang harus diambil agar bisa membuat teori?'. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering melintas di kepala saya ketika saya mempelajari berbagai teori ekonomi ketika itu.
Tak jarang saat itu pula, terjadi pemberontakan di benak saya karena beberapa teori yang saya pelajari menggunakan asumsi yang terlalu kuat sehingga tidak membumi. Mengapa informasi selalu diasumsikan sempurna? Mengapa manusia selalu dianggap rasional? Mengapa pelaku ekonomi selalu dianggap homogen, dan implikasinya mereka memiliki perilaku yang homogen pula? Itulah beberapa contoh dari 'pemberontakan' saya ketika belajar ilmu ekonomi saat masih di bangku kuliah.
Saat itu, saya banyak mempertanyakan teori ekonomi. Banyak asumsi di teori ekonomi yang menurut saya tidak make sense. Saat itu pula terbersit ide untuk memperbaiki teori ekonomi atau malah membuat teori ekonomi baru. Namun ketika saya ungkapkan hal ini ke beberapa rekan, saya malah diketawain. Jangankan sesama rekan mahasiswa, beberapa dosen pun, ketika itu, mengatakan bahwa porsi mahasiswa S1 adalah memahami teori ekonomi konvensional. Masalah kontribusi untuk memperbaiki teori ekonomi adalah porsi bagi para Doktor dan Professor.
Kembali jiwa saya berontak dengan pendapat-pendapat seperti di atas. Apa tidak mungkin seorang mahasiswa S1 memperbaiki teori? Apakah upaya memperbaiki teori hanya hak prerogatif seorang Doktor dan Professor?
Kegundahan dan kesangsian terhadap kesahihan teori ekonomi telah mendorong saya untuk justru mempelajari cara membuat teori di ilmu ekonomi. Ketika mengambil Master di University of York, saya sengaja mempelajari game theory dan experimental economics. MSc Dissertation saya waktu itu adalah melakukan experiment in game theory yang saya desain sendiri dari fenomena yang ada di Indonesia. Ketika menempuh program doktoral, saya beralih dari experimental economics ke learning processes di game theory. Hal ini saya tempuh karena dari hasil experiment saya terdahulu saya temukan ada proses learning dari perilaku subyek. Saat itu obsesi saya adalah membuat teori baru tentang learning theory. Alhamdulillah saya menemukan hal baru di sana dan berhasil memberikan kontribusi teori baru di bidang crime economics sebagai aplikasi dari teori yang saya kembangkan tersebut.
Ketika kembali ke Indonesia dan kembali mengajar di UGM awal 2008, terbersit kembali keinginan untuk mewujudkan cita-cita untuk mendidik mahasiswa S1 agar bisa berkontribusi dalam teori. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan anak muda yang energik dan akan menulis skripsi. Dua semester sebelumnya anak muda ini mengikuti mata kuliah saya Game Theory. Saat itu dia berencana akan menulis tentang perdagangan international dengan menggunakan data beberapa negara. Lalu saya tawarkan suatu tantangan kepada dia,'bagaimana kalau sampean nulis tentang teori economic sanction, Mas?' Tawaran itu saya lontarkan karena masih terkait dengan perdagangan international, namun dengan menggunakan game theory yang sudah pernah dia pelajari sebelumnya. Meski di awal agak terlihat ragu dan agak ketakutan karena akan berusaha mengubah teori, akhirnya anak muda tersebut mantap bekerja dengan saya untuk membuat analisis game theory terkait dengan masalah economic sanction.
Alhamdulillah setahun kemudian yang bersangkutan menyelesaikan skripsinya, dan baru beberapa jam lalu kami submit ringkasan skripsi tersebut ke sebuah journal international. Anak muda yang energik tersebut adalah Khalifany Ash Shidiqi yang akrab dipanggil Asdi. Berikut adalah URL yang berisi abstrak dari penelitian tersebut dan paper tersebut bisa diunduh secara gratis di:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.c...act_id=1769423
Sebelumnya paper ini telah dipresentasikan oleh Mas Asdi di dua international conferences di Turkey dan Polandia, tahun lalu. Saat itu Mas Asdi adalah satu-satunya peserta dari Indonesia dan satu-satunya peserta yang masih S1, sementara peserta lain minimal adalah PhD students dan bahkan professor!!!
Alhamdulillah, melalui jalan berliku, kami bisa buktikan bahwa lulusan S1 FEB-UGM mampu berkiprah di level international dan memberikan kontribusi di bidang teori ekonomi. Semoga pencapaian ini mampu menginspirasi generasi muda yang lain, bahwa anak muda negeri ini bisa mencapai prestasi setinggi apapun. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita mau melakukan hal itu atau tidak?? Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit dan mulailah penggapaian itu dengan langkah-langkah kecil.
[RIGHT]
[/RIGHT]
sumber
0
3K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan