- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
[Catper] Surga Terakhir (Yang Hilang Berkerudung Awan)


TS
insanpenyendiri
[Catper] Surga Terakhir (Yang Hilang Berkerudung Awan)
-----------------------------
"Membagi berarti melipatgandakan"
-Gary Scott-
(Everest In Your Life)
"Membagi berarti melipatgandakan"
-Gary Scott-
(Everest In Your Life)
mari saling berbagi...
Spoiler for Saat Senja (hari kedua):
Quote:
Saat Senja
(hari kedua)
(hari kedua)
Abu - abu gelap bermelodi tumpahan deras air cakrawala menyuntikkan dingin. Membungkam ambisi dan membunuh rencana tiga manusia kecil untuk berjalan lebih jauh hari itu. Hanya radius 30-an centimeter per-langkah kakiku mampu berayun lunglai. Gontai menopang bobot yang selalu lengket menempel di bahu.
"Cplok! Cplok! Cplok", suara alas kaki mengisi ruang kosong di telinga saat ototku mencoba menarik kaki kuat-kuat keluar dari jebak-jebak tanah yang tergenang air. Tubuh mulai kehilangan panas dan membeku, diperparah dengan dingin air hujan yang membanjiri seluruh pakaianku. Saat itu, tak ada lagi yang dapat kulakukan untuk melawan rasa beku, selain usaha untuk terus berjalan.
Hujan semakin menghebat. Aku masih terus melangkah pelan setapak demi setapak di jalur kecil yang kemudian sedikit berkelok mengarah ke kiri, menerobos hiasan daun dan ranting yang juntaiannya sering menghalang dan mengganggu wajah.
Di depan, Nasir sudah tampak, tepat di ujung muara jalur tak jauh dari tempatku melihat. Ia sibuk sendiri. Berakting tak karuan dengan gerakan tubuh patah-patah karena menggigil. Aku mendekatinya, mengulurkan tangan dan bekerjasama membangun sebuah tenda. Dan dalam kondisi kehujanan dan tubuh lelah, tampilan akan kesempurnaan tenda yang terbangun tak sempat terancang lagi.
Tenda masih belum selesai berdiri ketika Ignal datang. Ia langsung merespon cepat dan membantu kami yang sedang kewalahan memasangnya. Sesaat berselang, dua buah tenda berhasil dibangun. Bergegas kami masuk ke dalamnya kemudian mengganti jubah dengan baju dan celana yang kering.
Dingin dan hujan masih berlanjut di luar sana. Hingga gelap menaungi kondisi itu masih tak berubah. Tetap sama... Kondisi yang terjadi di Penirin Manuk, hari ke-2, dalam perjalanan di "Barisan Tanah Berkerudung Awan"
===
Spoiler for Penirin Manuk - Puncak Angkasan (hari ketiga):
Quote:
Penirin Manuk - Puncak Angkasan
(hari ketiga)
(hari ketiga)
# 13 jam berikutnya...
Kami menggantungkan harapan besar hari ini.
"Semoga hari ini cerah...", asa menggema di hati. Namun langit masih belum bersih. Atap bumi itu tetap bercorak awan gelap yang menyingkirkan kanvas birunya.
"Hmmm...", pandanganku bergeser dari atas ke bawah. Kucermati bumi tempatku berteduh. Hujan semalam mewariskan tanah becek yang lebih cocok disebut lumpur. Lumpur itu akan kami lewati hari ini. Namun, perjalanan hari ini ternyata tak seberapa setelah aku menyelesaikannya dan kubandingkan dengan hari kemarin. Hari kemarin, tubuh lemahku berjuang keras saat melewati terjalnya "Tanjakan Pantat" yang seakan tak berujung mulai dari ladang tembakau hingga Camp 1. Jadilah itu momen terburuk sepanjang pendakian pada hari kedua.
Pagi ini aku keluar dari dalam tenda. Kulihat tongkat-tongkat melintang bekas penopang tali-tali flysheetsemalam yang telah beralih fungsi. Beberapa pakaian basah milik Ignal dan Nasir sedang terentang, berjejer di atasnya untuk dikeringkan-walau sinar mentari pagi tak mampu menembus rapatnya pucuk-pucuk pohon yang membentengi rimba. Aku tak mau ketinggalan. Pakaian dinasku yang juga basah segera kukeluarkan dari dalam kantong plastik lalu mencari tempat untuk memanggangnya. Sekitar tiga puluh meter ke arah utara dari Penirin Manuk, terlihat sepetak tanah datar tersinari. Dan di sanalah seragam dinas kugaringkan.
Pukul sepuluh pagi kurang lima belas menit. Memasak dan sarapan tuntas. Kami packing dan siap -siap untuk memulai olahraga panjang. Ignal dan aku mulai berjalan cepat, tetapi senada. Kami berupaya menyusul Nasir yang sudah berangkat setengah jam lebih awal.
Aktivitas kaki selama dua jam dari Penirin Manuk telah membawa kami ke vegetasi beda. Di ketinggian ini ditemukan sebuah objek yang tertera tulisan, "T. 3356", bercat hitam dengan latar batu putih berbingkai persegi. Kubus semen ini sengaja dibangun sebagai tanda bahwa lokasi ini adalah Puncak Angkasan.
Matahari hampir menggantung sejajar di atas kepala kala aku tiba di Puncak Angkasan. Air kopi hangat berwadah kaleng susu bekas yang sebelumnya telah diseduh Mr. Nasir, langsung menyambut kehadiranku.
"Minum kopi dulu.., ati - ati bibirnya, kalengnya tajam!", suguh Mr. Nasir.
Beberapa menit kemudian Ignal datang. Kedua pipi atasnya menggumpal bulat, tersenyum gembira merayakan pencapaiannya di Puncak Angkasan. Di sini, Ignal dan aku bergantian mengambil beberapa gambar. Sehelai kain putih bersablon "KASKUS OANC" juga tak luput diabadikan-itung-itung bentuk kecil penghormatan untuk keluarga keduaku-.
Spoiler for :
![[Catper] Surga Terakhir (Yang Hilang Berkerudung Awan)](https://dl.kaskus.id/a6.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/181688_1576553218454_1374323871_1283437_848743_n.jpg)
Puncak Angkasan
Titik yang hari ini ditargetkan Mr. Nasir masih berjarak cukup jauh. Jadi kami segera beranjak meninggalkan Puncak Angkasan setelah mengambil istirahat dua puluhan menit. Sebagai pemandu, Mr. Nasir berjalan di muka. Pria beranak dua ini melangkah sangat cepat. Dalam sekejap ia telah jauh di depan, dan tak terkejar. Sesekali, ia masih terlihat di ujung bukit dan punggungan, namun kemudian kembali hilang, tertelan di balik semak atau rimbun hutan yang serupa tumpukkan brokoli dari kejauhan. Sampai beberapa saat kemudian keberadaannya benar-benar lenyap dari pandangan.
===
Spoiler for Tersesat (hari ketiga):
Quote:
Tersesat
(hari ketiga)
(hari ketiga)
Aku adalah biang keladi atas kekacauan yang terjadi siang ini. Dari Puncak Angkasan sampai Kayu Manis 1 semua baik-baik saja. Masalah mulai timbul dalam perjalanan menuju Kayu Manis 2. Saat itulah aku mengambil jalur yang salah. Kami berdua tersesat!
Otak baru menyadari setelah kami berbalik, kembali naik ke garis punggungan. Terlihat seonggok pohon tumbang raksasa yang melintang diagonal di pertigaan jalur. Rupanya dia sang penyebab. Batang super besar itu yang menipu kami. Jalur yang seharusnya dapat dilihat kasat mata, telah disamarkannya. Satu setengah jam terbuang percuma. Namun sesalku sia-sia karena waktu tak mungkin dapat diputar mundur.
"Sekarang jam berapa, Nal?"
"Hampir jam empat", tegasnya.
Tapi ketololan masih berlanjut. Ketajaman ingatan kembali diuji saat satu lagi pohon tumbang berpose di tengah jalur.
"Lw inget pohon ini, ga?" Ignal bertanya ragu.
"Iya, yah..., kayaknya tadi pernah kita lewatin", dengan ragu juga aku menjawabnya.
Ignal langsung balik kanan. Aku menguntit tepat di belakangnya sambil memandangi jurang yang ada di sebelah kiri. Lalu kepalaku kembali berpikir,
"tapi..., jurang harusnya ada di sebelah kanan", isi benakku berbisik.
Visual memori terpancing, mengenang kembali potret keadaan waktu kami belum tersesat.
"hmmm, aneh...", batinku berkomentar.
Tiba-tiba Ignal menghentikan langkahnya. Ia bertanya lagi dengan telunjuk diarahkan ke sebuah batu bermotif unik yang bagian pangkalnya menyembul keluar di atas permukaan tanah.
"Lw inget ga, tadi pernah ngelewatin batu ini?"
"Iya, inget!", kali ini aku sangat yakin.
Akhirnya, kami kembali lagi ke jalan yang tadi sudah dilewati, menari lagi di punggungan dengan dekorasi jurang di sebelah kanan, merunduk di kolong pohon tumbang, lalu naik ke sudut atas segitiga bukit, dan tibalah di area berjuluk Kayu Manis 2.
Spoiler for :
![[Catper] Surga Terakhir (Yang Hilang Berkerudung Awan)](https://dl.kaskus.id/a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/183461_1586719552606_1374323871_1298697_5338877_n.jpg)
Kayu Manis 2
"Saya sudah menunggu dari tadi", cemas yang keluar dari mulut pria dua puluh empat tahun ini. Nafasnya masih terengah-engah saat ia berpapasan denganku. Tadinya ia sudah tiba di Kayu Manis 3. Tapi kekhawatirannya yang mengajak untuk mundur, berbalik arah mencari kami. Wajah gelapnya terlihat memucat di antara penutup kepala yang selalu melindunginya dari serbuan rintik air. Kakinya yang kokoh tak sekokoh hatinya. Ia takut sesuatu yang buruk menimpa kami. Dan saat ini, kepedulian Mr. Nasir benar-benar memancar.
===
*masih edit
Diubah oleh insanpenyendiri 03-07-2013 07:42
0
11.9K
Kutip
97
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan