Kaskus

Entertainment

hadi39Avatar border
TS
hadi39
Scan Otak Mampu Deteksi Anak Disleksia
DENGAN pemindaian di otaknya, ilmuwan dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi saat anak dengan disleksia mencoba mencerna tulisan yang dibacanya.

Sebuah terobosan pembelajaran yang efektif untuk anak disleksia. Para ilmuwan mengungkapkan telah berhasil memprediksi secara akurat hingga 90% anak-anak yang memiliki gangguan membaca atau dikenal dengan istilah disleksia melalui teknologi pemindaian atau scan pada otak.

Penemuan ini juga akan menjadi patokan untuk meningkatkan keterampilan membaca pada anak tersebut selama beberapa tahun.

Peneliti berhasil mengungkapkan aktivitas di daerah otak tertentu saat membaca yang bisa mengarah pada pengobatan baru bagi orang-orang dengan disleksia.

“Namun, saat ini, kami belum bisa memutuskan jenis perlakuan bagaimana yang bisa menguntungkan bagi si anak,” kata anggota tim peneliti Fumiko Hoeft MD PhD, ahli imaging di Stanford University, Amerika Serikat, seperti dikutip webmd.com.

“Tapi, dengan penelitian lanjutan dan jika peneliti mengombinasikannya dengan studi intervensi, maka kami harus bisa mengidentifikasi pola-pola otak yang dapat memprediksi satu jenis intervensi atau yang lain,” lanjutnya.

Hoeft menuturkan, penelitian ini memberikan harapan yang tinggi bahwa kita dapat mengidentifikasi anak-anak seperti apa yang mungkin akan lebih baik dari waktu ke waktu. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata dys yang berarti ‘kesulitan’, dan kata lexis yang berarti ‘bahasa’.

Jadi, disleksia secara harfiah berarti gangguan belajar yang mengganggu kemampuan seseorang untuk membaca, yang memengaruhi sekitar 5% sampai 17% anak-anak di Amerika Serikat.

Namun, 20% dari anak disleksia dapat mengembangkan kemampuan membaca secara memadai pada saat mereka dewasa. Sampai sekarang, apa yang terjadi di dalam otak yang kemungkinan bisa memperbaiki gangguan ini belum diketahui secara pasti.

Studi pencitraan otak pada masa lalu telah menunjukkan aktivasi yang lebih besar dari daerah otak tertentu pada anak-anak dan orang dewasa dengan disleksia ketika mereka diberikan pengajaran membaca.

Secara khusus, sebuah daerah yang dikenal sebagai interior frontal gyrus menunjukkan tanda-tanda hiperaktif pada orang yang menderita disleksia.

Hoeft dan rekan-rekannya mulai meneliti untuk menentukan apakah neuroimaging bisa memprediksi anak disleksia yang akan mendapatkan perbaikan dalam kemampuan membaca mereka dengan menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) Proses fMRI dapat menunjukkan penggunaan oksigen oleh area di dalam otak.

Sementara, diffusion tensor magnetic resonance imaging (DTI) memperlihatkan hubungan antardaerah di otak. Peneliti melibatkan 25 anak dengan disleksia dan 20 orang lainnya tanpa disleksia yang berusia antara 11 dan 14 tahun.

Mereka secara rutin dievaluasi kemampuan membacanya dengan menggunakan tes standar. Peneliti menggunakan dua jenis pencitraan otak, yaitu fMRIs dan DTIs, yang bekerja saat seorang anak membaca.

Kemudian, 2,5 tahun setelah itu, para peneliti kembali mengevaluasi kinerja para partisipan saat membaca. Mereka menemukan bahwa tidak ada perilaku yang dapat diukur,termasuk membaca dan tes bahasa, yang dapat memprediksi kemajuan kemampuan seseorang dalam membaca.

Namun, anak-anak dengan disleksia yang bisa menunjukkan aktivasi inferior frontal gyrus yang lebih besar di otak kanan memperlihatkan perkembangan yang paling baik selama 2,5 tahun sejak awal studi.

Para ilmuwan juga meneliti terkait masalah white matter (pusat pemrosesan informasi di otak) yang dihubungkan ke wilayah otak kanan dan anak-anak yang lebih terorganisir ini juga telah menunjukkan peningkatan dalam perkembangannya hidupnya.

Dengan menggunakan teknik scan ini, para peneliti mengatakan mereka bisa memprediksi dengan akurasi yang signifikan bagaimana kemampuan anak dengan disleksia pada masa depan.

“Alasan yang menarik bahwa sampai sekarang belum ada tindakan lain yang diperkirakan mengimbangi proses seseorang belajar,” kata Hoeft.

Dengan memahami apa yang terjadi pada otak anak ini, para ilmuwan sekarang bisa lebih siap untuk mengembangkan intervensi yang berfokus pada daerah otak yang terlibat soal ini dan segera membantu remaja belajar membaca lebih cepat.

Scan otak penting untuk mengungkap cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan individu yang berjuang untuk membaca. Hal itu diungkapkan peneliti pendamping Bruce McCandliss PhD dari Vanderbilt University, Amerika Serikat.

“Temuan ini dapat digunakan untuk menyelidiki kemungkinan bahwa pola-pola aktivitas otak dan perbedaan struktural dapat menjadi petunjuk bagaimana mencocokkan pengobatan dan perawatan untuk kebutuhan khusus anak-anak itu,” ujarnya.

Alan E Guttmacher MD, Direktur Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development mengatakan, studi ini memberikan wawasan terbaru mengenai bagaimana orang-orang tertentu dengan disleksia menjalankan proses belajar untuk mengimbangi kesulitan membaca.

http://lifestyle.okezone.com/read/20...anak-disleksia

jgn lupa gan emoticon-Blue Guy Cendol (L)
0
948
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan