masyarakat UAE (united arab emirates) memang dari dulu udah pada tajir gan, tapi pusat pemerintahan plus ekonomi lebih berpusat di abu dhabi, kalau dubai masih jadi "gurun tak bertuan".
orang2 timur tengah juga umumnya lebih tertarik beli properti di europe atau US apalagi mereka banyak yg berliburnya ke europe atau US.
tapi sejak dubai dibuka sebebas2nya utk pembangunan properti, investor luar bebas invest di dubai dan regulasi kepemilikan properti di dubai diperlonggar untuk orang asing, sejak itu pembangunan properti "tiba-tiba" jadi "kencang" di dubai, apalagi setelah dibangun pelabuhan int'l jebel ali sekitar thn 80-an.
setelah invasi irak dan perang teluk persia, dubai lebih gencar lagi di sektor pariwisata dan properti dg menerapkan area pelabuhan int'l jebel ali sebagai kawasan bebas (spt KEK-batam gitu gan).
sejak itulah org2 bule plus investor2nya rame2 invest dan bahkan tinggal di sana, walaupun byk juga bule2 tsb yg hanya menjadikan dubai sbg rumah keduanya, terutama seleb2 hollywood.
ane sendiri waktu ke dubai (walaupun cuma bbrp hari) utk tugas kantor (waktu itu ikut seminar int'l pengembangan industri beverage berbasis antioxidant tea-ane sempet ngobrol sama CEO coca-cola juga lho gan, hehe, malah tukeran kartu nama sm dia, tp mgkn kartu nama ane udah dibuang sm dia, haha ), di sepanjang pinggir2 jalan sm kafe2 di dubai hampir semuanya org2 bule, bahkan cara berpakaiannya serasa bukan di timteng, tp serasa di rio de janeiro-brazil, atau pantai2 madrid-spanyol.
efek negatif pembangunan spt itu: properti di sana luar biasa mahal, kalau pola pembangunan yg sama diterapkan di kota2 di indonesia, ane khawatir org2 kita ga sanggup lagi utk beli/bangun rumah

Jika berkenan boleh dikasih
Tapi ane jangan