Yang namanya subsidi mestinya memakmurkan si miskin. Namun kenyataannya, tidak selalu demikian. Justru si kaya yang lebih banyak menikmati keuntungan. Tidak percaya? Simak mitos dan fakta tentang subsidi BBM berikut ini
Subsidi dan juga pajak merupakan salah satu upaya pemerintah mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat. Dalam praktiknya, bisa berupa subsidi pendidikan atau kesehatan, seperti diterapkan sejumlah negara. Warga negara dapat membayar sangat murah, atau bahkan gratis sama sekali. Bentuk subsidi lain, misalnya pemberian santunan kepada pengangguran.
Sementara di Indonesia, subsidi terbesar diwujudkan dalam bentuk subsidi harga BBM. Pada subsidi BBM ini, pemerintah kita membayari sebagian harga BBM yang dibeli masyarakat, sehingga harga BBM menjadi lebih murah daripada nilai sebenarnya.
Mitos.1: Indonesia kaya minyak.
Spoiler for Fakta.1:
Cadangan minyak bumi Indonesia adalah 1% dari cadangan minyak bumi dunia. Sedangkan penduduk Indonesia 3,5% dari populasi dunia. Jika batas kaya diasumsikan dengan angka 1 (hasil bagi antara cadangan minyak dengan jumlah penduduk), maka kita hanya punya nilai 1/3.
Lagi pula, cadangan minyak bumi bukanlah tanpa batas. Artinya, semakin banyak diambil, semakin cepat terkuras. Setiap tahun kita menyedot sekitar 550 juta barel (1 barel = 159 liter) minyak bumi dari perut Bumi. Cadangan minyak bumi kita saat ini sekitar 9,5 miliar barel. Kalau dianggap tak ada penemuan cadangan baru, maka cadangan minyak bumi akan habis dalam waktu kurang dari 10 tahun. Tidak percaya? Mari kita hitung.
Kita asumsikan produksi minyak kita dapat dipertahankan 550 juta barel per tahun. Pemakaian BBM di dalam negeri rata-rata tumbuh 5,5% per tahun. Pada 1999, pemakaian BBM telah mencapai 430 juta barel. Jadi, pemakaian BBM domestik hingga 2004 akan menyamai produksi minyak bumi. Artinya, setelah 2004 jangan berharap dapat lagi mengekspor minyak bumi. Soalnya, semua cadangan minyak habis untuk kebutuhan sendiri. Sebaliknya, kita siap-siap menjadi negara pengimpor minyak bumi secara netto (total impor lebih besar daripada total ekspor).
Pada saat kita menjadi negara pengimpor minyak, tentunya amat berat bagi pemerintah untuk terus menyubsidi BBM. Bila kita masih menuntut subsidi BBM, berarti kita berlaku tidak adil terhadap generasi setelah kita, yang mau tidak mau harus membayar BBM tanpa subsidi.
Mitos.2: Pendapatan dari minyak bumi sangat besar.
Spoiler for Fakta.2:
Ini memang benar. Tapi itu dulu, awal tahun 1980-an. Saat terjadi oil boom, ketika harga minyak meloncat dari AS $ 10 per barel menjadi AS $ 35 per barel. Waktu itu memang minyak bumi menjadi tumpuan utama untuk menggerakkan roda pembangunan.
Untuk kondisi sekarang, komposisi pendapatan negara telah bergeser jauh dari kondisi di atas. Mari kita lihat komponen penerimaan dari migas dan nonmigas dalam APBN 2001 berikut ini.
Pendapatan migas pada APBN 2001 diperkirakan kurang dari sepertiga penerimaan total. Apabila dikurangi lagi dengan alokasi untuk subsidi BBM sebesar Rp 36.396,1 miliar, maka sumbangan dari migas tinggal Rp 6.869 miliar.Ternyata 85% pendapatan dari migas habis untuk membiayai subsidi BBM. Bahkan alokasi subsidi BBM pada APBN 2001 lebih besar dibandingkan dengan pinjaman luar negeri untuk menutup defisit pada APBN 2001. Artinya, bila sanggup membayar BBM tanpa subsidi, maka kita tidak perlu menambah panjang daftar utang kita. Tanpa subsidi BBM, pendapatan dari sektor migas dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sektor pembangunan lain yang jauh lebih bermanfaat.
Mitos:.3 Subsidi BBM membela orang miskin.
Spoiler for Fakta.3:
Betul. Tapi, sesungguhnya bukan cuma mereka yang dibela. Si kaya pun menikmatinya. Subsidi harga tidak pandang bulu, mau kaya atau miskin akan membayar dengan harga sama. Jadi, karena si kaya punya uang lebih banyak, otomatis bisa membeli BBM lebih banyak. Artinya, si kaya justru memperoleh subsidi lebih banyak.
Menurut hasil sensus sosial ekonomi (Susenas) yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS), dapat diketahui berapa konsumsi per kapita minyak tanah untuk masing-masing kelompok masyarakat. Pada 1999, subsidi minyak tanah yang dinikmati orang kota Rp 3,87 triliun. Sedangkan masyarakat pedesaan hanya menikmati Rp 2,63 triliun. Untuk kategori kaya-miskin, 20% rakyat terkaya menikmati Rp 2,13 triliun. Sementara 20% rakyat termiskin hanya Rp 0,53 triliun. Kenyataannya, subsidi minyak tanah (yang dianggap sebagai BBM untuk masyarakat miskin) lebih banyak dinikmati orang kaya dan orang kota.
Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa kelompok miskin (masyarakat berpenghasilan di bawah dua kali garis kemiskinan yang ditetapkan BPS atau di bawah Rp 170.000,- per kapita per bulan) hanya menikmati 20% dari total subsidi BBM tahun 1999. Padahal jumlah mereka 60% dari total penduduk Indonesia.
Perbedaan cukup besar antara harga BBM domestik dan harga BBM internasional justru dimanfaatkan oleh oknum yang ingin mengeruk untung besar, dengan cara menjual BBM domestik ke pasar internasional. Selain itu, perbedaan harga yang mencolok di antara produk BBM juga memberikan peluang untuk mengoplos minyak tanah dengan solar atau bensin. Meski begitu belum ada satu sumber pun yang secara eksplisit menyebutkan berapa jumlah BBM yang disalahgunakan. Namun dari perhitungan Susenas, diperoleh data bahwa pemakaian minyak tanah rumah tangga hanya 65% dari keseluruhan minyak tanah yang dijual pada 1999. Jadi, ke mana sisanya?
Mitos.4: Kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan yang lebih tinggi pada harga barang dan jasa lain.
Spoiler for Fakta.4:
Selama ini memang peristiwa itu selalu terjadi. Kenaikan harga BBM akan selalu diikuti oleh kenaikan harga barang dan jasa lain. Bahkan, sebelum harga BBM naik pun harga beberapa barang sudah naik lebih dulu. Kenaikan harga BBM sering dijadikan momentum oleh produsen barang dan jasa untuk menaikkan harga produknya.
Untuk mengkaji mitos itu, kita gunakan analisis input-output (I-O). Tabel I-O merupakan tabel yang menggambarkan hubungan antarkegiatan ekonomi. Melalui tabel ini, dapat dilihat besarnya input dari berbagai sektor ekonomi untuk menghasilkan suatu komoditas barang dan jasa.
Input yang berperan dalam proses produksi terdiri atas input antara dan input primer. Input antara berupa bahan baku dan bahan penolong. Sedangkan input primer adalah tenaga kerja, depresiasi kapital, pajak, dan keuntungan usaha.
Mitos.5: Jika subsidi BBM dicabut, rakyat akan kesulitan memenuhi energinya.
Spoiler for Fakta.5::
Barangkali ini benar untuk jangka pendek. Tetapi belum tentu benar untuk jangka panjang. Kenapa? Karena energi bukan hanya BBM. Harga BBM yang rendah selama ini telah menutup peluang energi lain untuk dilirik konsumen. Di lain pihak, konsumen dimanjakan dengan murah dan mudahnya mendapatkan BBM. Akibatnya, banyak terjadi pemborosan. Efisiensi peralatan diabaikan, karena murahnya bahan bakar.
Lalu, adakah energi alternatif selain BBM?
Energi alternatif untuk rumah tangga, antara lain briket batubara, biogas, dan biomassa. Briket batubara cukup beragam penggunaan energinya. Dengan mahalnya minyak tanah, alternatif termudah adalah beralih ke briket. Di Cina, briket batubara merupakan 44% dari energi yang digunakan rumah tangga. Sementara minyak tanah hanya 7%. Untuk rumah tangga pedesaan, energi biogas dan biomassa cocok untuk dikembangkan.
Sektor industri dan pembangkit listrik pada saat ini sudah cukup beragam penggunaan energinya. Kenaikan harga BBM akan memberikan peluang bagi energi selain BBM untuk lebih banyak digunakan di sektor lain.
Khusus untuk sektor transportasi, memang dalam jangka pendek masih bergantung pada BBM. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Saat ini kita mengenal beberapa sumber energi alternatif, semisal LPG, BBG, dan gasohol (campuran bensin dan etanol).
Tentunya, campur tangan pemerintah akan sangat menentukan pada masa peralihan dari era ketergantungan BBM menuju era penggunaan energi yang lebih rasional.
jangan lupa bagi agan-agan yang udah ISO kalo bisa nya gan N bagi semua di rate...ya gan..?