- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
MUSIK ROCK bikin mati muda! (benarkah)
TS
deathlyHand
MUSIK ROCK bikin mati muda! (benarkah)
Seperti blues, musik rock juga berisi perlawanan hati. Bisa juga berbau kematian
tolong dibaca bener2 thread ini jgn ngejar iso.nanti keliatan bodoh komennya
Quote:
simak ini:
Goodbye cruel world; Im leaving you today; Goodbye all you people; Theres
nothing you can say to make me change my mind; Goodbye
Penggalan lirik lagu Goodbye Cruel World dari album The Wall
(1979) Pink Floyd itu agaknya cocok untuk menggambarkan kondisi para
rocker yang mati muda. Kematian akibat ketidaknyamanan hidup di tengah
lamuran harta dan popularitas.
Narkoba, alkohol, seks bebas, seolah jadi bagian tak terpisahkan
dari perjalanan hidup musisi rock. Mereka yang mengagungkan semboyan sex, drugs, and rock n roll itu akhirnya justru meregang nyawa di saat usia mereka belum lagi menginjak 30 tahun.
Ingat saja kematian Jim Morrison, vokalis grup legendaris The Doors,
yang mati di usia 27. Begitu pula Jimi Hendrix. Bahkan, Sid Vicious,
pemain bas legenda punk Sex Pistols, mati saat usianya baru 21 akibat
narkoba. Ia depresi karena didakwa membunuh Nancy Spongen, pacarnya.
The World Almanac and Book of Facts (1997) mencatat, ada 42
legenda rock di AS dan Inggris mati sia-sia. Terbanyak akibat serangan
jantung. Kuat dugaan, hal itu berhubungan dengan kebiasaan memakai
narkoba atau menenggak alkohol berlebihan.
Elvis Presley, misalnya, berpulang di usia 42. Gitaris dan vokalis
genius Rory Gallagher tutup usia di usia 47. Keduanya pergi ke alam
baka dipicu narkoba. Di luar sebab itu, ada 36 rocker yang mati bunuh
diri dan 57 lainnya karena sebab lain, termasuk kecelakaan.
Selain itu, 18 musisi rock pada 1970-an tewas dibunuh. Yang paling fenomenal, tentu, John Lennon. Frontliner The Beatles itu ditembak di depan apartemennya oleh Mark Chapman pada 1980.
Goodbye cruel world; Im leaving you today; Goodbye all you people; Theres
nothing you can say to make me change my mind; Goodbye
Penggalan lirik lagu Goodbye Cruel World dari album The Wall
(1979) Pink Floyd itu agaknya cocok untuk menggambarkan kondisi para
rocker yang mati muda. Kematian akibat ketidaknyamanan hidup di tengah
lamuran harta dan popularitas.
Narkoba, alkohol, seks bebas, seolah jadi bagian tak terpisahkan
dari perjalanan hidup musisi rock. Mereka yang mengagungkan semboyan sex, drugs, and rock n roll itu akhirnya justru meregang nyawa di saat usia mereka belum lagi menginjak 30 tahun.
Ingat saja kematian Jim Morrison, vokalis grup legendaris The Doors,
yang mati di usia 27. Begitu pula Jimi Hendrix. Bahkan, Sid Vicious,
pemain bas legenda punk Sex Pistols, mati saat usianya baru 21 akibat
narkoba. Ia depresi karena didakwa membunuh Nancy Spongen, pacarnya.
The World Almanac and Book of Facts (1997) mencatat, ada 42
legenda rock di AS dan Inggris mati sia-sia. Terbanyak akibat serangan
jantung. Kuat dugaan, hal itu berhubungan dengan kebiasaan memakai
narkoba atau menenggak alkohol berlebihan.
Elvis Presley, misalnya, berpulang di usia 42. Gitaris dan vokalis
genius Rory Gallagher tutup usia di usia 47. Keduanya pergi ke alam
baka dipicu narkoba. Di luar sebab itu, ada 36 rocker yang mati bunuh
diri dan 57 lainnya karena sebab lain, termasuk kecelakaan.
Selain itu, 18 musisi rock pada 1970-an tewas dibunuh. Yang paling fenomenal, tentu, John Lennon. Frontliner The Beatles itu ditembak di depan apartemennya oleh Mark Chapman pada 1980.
Spoiler for LANJUTGAN:
Tak kalah mengejutkan adalah hasil penelitian John Moores University, Liverpool, Inggris. Riset yang dilansir jurnal Epidemial Community Health itu mengungkapkan, musisi rock cenderung mati lebih cepat ketimbang musisi aliran musik lainnya.
Penelitian panjang yang dilakukan pada 1956-2005 itu memaparkan,
terjadi 100 kematian di antara 1.064 musisi rock. Riset itu mengupas
kematian para musisi dunia dari era Elvis Presley hingga Limp Bizkit.
Riset dilakukan atas para musisi Inggris dan Amerika Utara. Lebih
dari 25% kematian itu terkait erat dengan penyalahgunaan narkoba dan
minuman berkadar alkohol tinggi.
Riset itu juga memaparkan, pada lima tahun pertama setelah mencapai
ketenaran, kematian musisi rock lebih tinggi ketimbang angka normal. Di
antaranya terjadi pada Jimi Hendrix, Bon Scott (AC/DC), dan Sid
Vicious.
Gilanya lagi, rocker dari Amerika Utara punya kemungkinan dua kali lebih besar mati muda, terutama akibat serangan jantung dan stroke. Termasuk di dalamnya adalah Jerry Garcia dari Grateful Dead, Carl Wilson dari Beach Boys, dan Johnny Ramone dari Ramones.
Itu, konon, karena rocker dari Amerika Utara masih ingin menunjukkan
kharisma besarnya dengan menggelar tur reuni. Akibatnya, mereka
kembali menjalani gaya hidup rock n roll yang lekat dengan drugs dan alkohol selama bertahun-tahun, kata Mark Bellis, peneliti utama dalam riset itu.
Kehidupan musisi klasik rock itu memang bisa dirunut dari gemuruh
era 1960-an di belahan Barat yang hiruk-pikuk dengan gerakan pembaruan
politik, ekonomi, dan sosial.
Dekade itu jadi era gerakan kontrakultur yang dipelopori generasi
muda bersimbol perlawanan seperti The Beatles dan The Rolling Stones di
Inggris atau Led Zeppelin dan The Doors di AS.
Perlawanan itu jadi lengkap dengan munculnya gerakan muda anti-Perang Vietnam melalui gaya hidup bebas flower generation ala hippies.
Musik rock kemudian mengawinkan diri dengan gaya hippies yang
terangkum secara sempurna dalam fenomena pergelaran musik fenomenal
Summer of Love and Peace di Woodstock, AS, pada 1967.
Gelombang budaya besar itulah yang mengesahkan pemakaian narkoba
berlebihan sebagai sebuah norma dalam kehidupan anak muda saat itu. Tak
heran jika satu per satu rocker tumbang menemui ajal.
Tentu, tak semua rocker akhirnya bernasib tragis seperti itu.
Vokalis The Rolling Stones Mick Jagger hingga kini masih bugar. Usianya
sudah 65. Juga vokalis Aerosmith Steven Tyler yang kini berusia 60 dan
Johnny Rotten, vokalis Sex Pistols.
Roger Daltery hingga kini juga masih hidup di usia 64. Padahal,
vokalis The Who itu dikenal sebagai rocker yang sejak awal menyatakan
ingin mati muda. Itu, setidaknya, tercermin dari lagu My Generation (1965). Simak salah satu bagian liriknya: I hope I die before I get old.
Jadi, pasti, penyebab berderet rocker legendaris mati muda itu
sebetulnya bukan karena mereka bermain musik rock. Penyebabnya adalah
gaya hidup mereka yang mengarah urakan. Karena itu, jangan takut untuk
terus memainkan musik rock. Mainkan!
Penelitian panjang yang dilakukan pada 1956-2005 itu memaparkan,
terjadi 100 kematian di antara 1.064 musisi rock. Riset itu mengupas
kematian para musisi dunia dari era Elvis Presley hingga Limp Bizkit.
Riset dilakukan atas para musisi Inggris dan Amerika Utara. Lebih
dari 25% kematian itu terkait erat dengan penyalahgunaan narkoba dan
minuman berkadar alkohol tinggi.
Riset itu juga memaparkan, pada lima tahun pertama setelah mencapai
ketenaran, kematian musisi rock lebih tinggi ketimbang angka normal. Di
antaranya terjadi pada Jimi Hendrix, Bon Scott (AC/DC), dan Sid
Vicious.
Gilanya lagi, rocker dari Amerika Utara punya kemungkinan dua kali lebih besar mati muda, terutama akibat serangan jantung dan stroke. Termasuk di dalamnya adalah Jerry Garcia dari Grateful Dead, Carl Wilson dari Beach Boys, dan Johnny Ramone dari Ramones.
Itu, konon, karena rocker dari Amerika Utara masih ingin menunjukkan
kharisma besarnya dengan menggelar tur reuni. Akibatnya, mereka
kembali menjalani gaya hidup rock n roll yang lekat dengan drugs dan alkohol selama bertahun-tahun, kata Mark Bellis, peneliti utama dalam riset itu.
Kehidupan musisi klasik rock itu memang bisa dirunut dari gemuruh
era 1960-an di belahan Barat yang hiruk-pikuk dengan gerakan pembaruan
politik, ekonomi, dan sosial.
Dekade itu jadi era gerakan kontrakultur yang dipelopori generasi
muda bersimbol perlawanan seperti The Beatles dan The Rolling Stones di
Inggris atau Led Zeppelin dan The Doors di AS.
Perlawanan itu jadi lengkap dengan munculnya gerakan muda anti-Perang Vietnam melalui gaya hidup bebas flower generation ala hippies.
Musik rock kemudian mengawinkan diri dengan gaya hippies yang
terangkum secara sempurna dalam fenomena pergelaran musik fenomenal
Summer of Love and Peace di Woodstock, AS, pada 1967.
Gelombang budaya besar itulah yang mengesahkan pemakaian narkoba
berlebihan sebagai sebuah norma dalam kehidupan anak muda saat itu. Tak
heran jika satu per satu rocker tumbang menemui ajal.
Tentu, tak semua rocker akhirnya bernasib tragis seperti itu.
Vokalis The Rolling Stones Mick Jagger hingga kini masih bugar. Usianya
sudah 65. Juga vokalis Aerosmith Steven Tyler yang kini berusia 60 dan
Johnny Rotten, vokalis Sex Pistols.
Roger Daltery hingga kini juga masih hidup di usia 64. Padahal,
vokalis The Who itu dikenal sebagai rocker yang sejak awal menyatakan
ingin mati muda. Itu, setidaknya, tercermin dari lagu My Generation (1965). Simak salah satu bagian liriknya: I hope I die before I get old.
Jadi, pasti, penyebab berderet rocker legendaris mati muda itu
sebetulnya bukan karena mereka bermain musik rock. Penyebabnya adalah
gaya hidup mereka yang mengarah urakan. Karena itu, jangan takut untuk
terus memainkan musik rock. Mainkan!
Spoiler for LANJUTGAN:
Bermodal lengkingan vokal, musik cadas, dan
gaya panggung impresif, berderet rocker dunia melegenda. Tapi, ada
misteri di balik semua itu. Club 27 dimunculkan mengiringi tragedi mati
muda mereka. Rata-rata di usia 27!
Memang, rocker-rocker top di belantara musik keras itu tidak
tergeletak menyabung nyawa ketika manggung. Penyebab kematian mereka
beragam. Mulai kecelakaan mobil, over dosis narkoba, sampai yang lebih mengenaskan: bunuh diri.
Hanya saja, satu yang pasti dan seolah jadi takdir bersama, yaitu
para rocker legendaris itu menghembuskan napas terakhirnya di usia
muda. Yang menarik dan menarik sekaligus misterius, ajal menjemput
mereka ketika usia memasuki hitungan ke-27!
Bagi komunitas musik rock, tentu masih lekat dalam ingatan kisah tragis para rocker legendaris itu. Sebut saja frontliner
grup musik grunge Nirvana, Kurt Cobain, yang menyusul para seniornya
seperti Jimi Hendrix, Janis Joplin, dan Brian Jones, eks pemetik bas
The Rolling Stones.
Kematian mereka pun sama-sama menimbulkan spekulasi teori konspirasi
lantaran kesamaan usia dan kasusnya. Sebagian penggemar mereka menyebut
para musisi yang mati di usia 27 itu sebagai anggota Club 27.
Club 27 beranggotakan sejumlah legenda. Dari data yang dihimpun INILAH.COM,
jumlahnya mencapai 13 rocker. Di antara mereka adalah Kurt Cobain (5
April 1994), Brian Jones (3 Juli 1969), Jimi Hendrix (18 September
1970), Jim Morrison (3 Juli 1970), dan legenda vokalis blues Janis
Joplin (4 Oktober 1970).
Ada juga gitaris blues Robert Johnson yang tewas lebih dulu, yaitu
pada 1938. Lalu, Kristen Pfaff (penabuh drum Hole), Ron Pigpen
McKernan (The Grateful Dead), Dave Alexander (The Stooges), vokalis
Johnny Kidd (Johnny Kid and The Pirates), Kami (Malice Mizer dari
Jepang), Mia Zapata (The Gits), Peter Ham (Badfinger), dan D Boon
(Minutemen).
gaya panggung impresif, berderet rocker dunia melegenda. Tapi, ada
misteri di balik semua itu. Club 27 dimunculkan mengiringi tragedi mati
muda mereka. Rata-rata di usia 27!
Memang, rocker-rocker top di belantara musik keras itu tidak
tergeletak menyabung nyawa ketika manggung. Penyebab kematian mereka
beragam. Mulai kecelakaan mobil, over dosis narkoba, sampai yang lebih mengenaskan: bunuh diri.
Hanya saja, satu yang pasti dan seolah jadi takdir bersama, yaitu
para rocker legendaris itu menghembuskan napas terakhirnya di usia
muda. Yang menarik dan menarik sekaligus misterius, ajal menjemput
mereka ketika usia memasuki hitungan ke-27!
Bagi komunitas musik rock, tentu masih lekat dalam ingatan kisah tragis para rocker legendaris itu. Sebut saja frontliner
grup musik grunge Nirvana, Kurt Cobain, yang menyusul para seniornya
seperti Jimi Hendrix, Janis Joplin, dan Brian Jones, eks pemetik bas
The Rolling Stones.
Kematian mereka pun sama-sama menimbulkan spekulasi teori konspirasi
lantaran kesamaan usia dan kasusnya. Sebagian penggemar mereka menyebut
para musisi yang mati di usia 27 itu sebagai anggota Club 27.
Club 27 beranggotakan sejumlah legenda. Dari data yang dihimpun INILAH.COM,
jumlahnya mencapai 13 rocker. Di antara mereka adalah Kurt Cobain (5
April 1994), Brian Jones (3 Juli 1969), Jimi Hendrix (18 September
1970), Jim Morrison (3 Juli 1970), dan legenda vokalis blues Janis
Joplin (4 Oktober 1970).
Ada juga gitaris blues Robert Johnson yang tewas lebih dulu, yaitu
pada 1938. Lalu, Kristen Pfaff (penabuh drum Hole), Ron Pigpen
McKernan (The Grateful Dead), Dave Alexander (The Stooges), vokalis
Johnny Kidd (Johnny Kid and The Pirates), Kami (Malice Mizer dari
Jepang), Mia Zapata (The Gits), Peter Ham (Badfinger), dan D Boon
(Minutemen).
Spoiler for LANJUTGAN:
Di antara para legenda yang mati di usia 27 itu, ada dua kasus yang
menimbulkan teori konspirasi paling menonjol, yaitu menyangkut kematian
Kurt Cobain dan Brian Jones. Keduanya diduga mati akibat pembunuhan
sistematis.
Hingga kini, spekulasi tentang pembunuhan Jones dan Cobain masih
jadi bahan riset untuk pembuatan film dan penulisan buku yang cukup
tersohor.
Pada kematian Jones, ia ditengarai dibunuh oleh pihak yang ingin
menyingkirkannya. Tak terkecuali dua sahabat dekat yang awalnya justru
direkrutnya ke The Rolling Stones, yakni vokalis Mick Jagger dan
gitaris Keith Richards.
Jones sendiri sudah berkalang tanah hampir empat dasawarsa. Ia
ditemukan tenggelam di kolam renang rumahnya di Hartfield, Sussex,
Inggris. Menurut kesaksian Anna Wohlin, pacarnya, Jones masih
menunjukan tanda-tanda kehidupan ketika diangkat dari air. Tapi, ketika
dokter datang, Jones malah dinyatakan tewas di tempat.
Pada 2000, Wohlin menuding Frank Thorogood yang membangun rumah
Jones sebagai pembunuhnya. Menurut Wohlin, Thorogood menunjukan sikap
tak simpatik kepada Jones yang tengah sekarat. Dokter sendiri
menyatakan pada jantung dan hati Jones terdapat kandungan narkoba dan
alkohol.
Versi teori konspirasi lain lebih menggemparkan. Jones yang tewas
beberapa saat setelah keluar dari Stones, sempat berselisih dengan
Jagger dan Richards karena sering absen dari aktivitas grup musik itu.
Termasuk pada sesi rekaman.
Kecurigaan menguat ketika di prosesi pemakaman anggota Stones yang
hadir hanya Bill Wyman dan Charlie Watts. Jagger beralasan dilarang
meninggalkan lokasi syutingnya di Australia. Richards beralasan tak
ingin bertemu penggemar yang marah kepadanya akibat Jones keluar dari
Stones.
Puncaknya adalah berembusnya isu bahwa Jones memang sengaja
dikorbankan kepada setan. Sebab, saat itu Stones dituding sebagai
pemuja setan menyusul single-nya yang bertajuk Sympathy for the Devil. Jones dikorbankan sebagai pembayaran atas kesuksesan Stones.
Pada kematian Cobain, teori konspirasi yang berkembang adalah ia
dibunuh oleh Courtney Love, istrinya sendiri. Vokalis grup musik grunge
perempuan Hole itu memang dalam posisi kurang menguntungkan.
Love saat itu tengah berselisih dengan Cobain yang berencana
menceraikannya. Love dicurigai takut kehilangan warisan Cobain yang
sedang berjaya.
Spekulasi lain menyebutkan, Cobain dibunuh oleh sejumlah pelaku
industri rekaman yang banyak menaungi kepentingannya. Di antaranya
adalah Geffen Records. Mereka, konon, sengaja membunuh Cobain demi
menciptakan seorang rock hero baru.
Cobain ditemukan tewas di rumahnya di Lake Washington dengan sepucuk
pistol di sampingnya. Analisis polisi mengungkap, Cobain bersembunyi di
sudut flat, mengambil pistol, memasukkan benda itu ke ke mulutnya, dan
dor menekan pelatuknya.
Penggemar Cobain tak bisa menerima argumen itu. Apalagi, beberapa
saat sebelum kematiannya, Cobain diketahui mengkonsumsi narkoba. Ia
teler. Tak mungkin mampu menembak dirinya sendiri.
menimbulkan teori konspirasi paling menonjol, yaitu menyangkut kematian
Kurt Cobain dan Brian Jones. Keduanya diduga mati akibat pembunuhan
sistematis.
Hingga kini, spekulasi tentang pembunuhan Jones dan Cobain masih
jadi bahan riset untuk pembuatan film dan penulisan buku yang cukup
tersohor.
Pada kematian Jones, ia ditengarai dibunuh oleh pihak yang ingin
menyingkirkannya. Tak terkecuali dua sahabat dekat yang awalnya justru
direkrutnya ke The Rolling Stones, yakni vokalis Mick Jagger dan
gitaris Keith Richards.
Jones sendiri sudah berkalang tanah hampir empat dasawarsa. Ia
ditemukan tenggelam di kolam renang rumahnya di Hartfield, Sussex,
Inggris. Menurut kesaksian Anna Wohlin, pacarnya, Jones masih
menunjukan tanda-tanda kehidupan ketika diangkat dari air. Tapi, ketika
dokter datang, Jones malah dinyatakan tewas di tempat.
Pada 2000, Wohlin menuding Frank Thorogood yang membangun rumah
Jones sebagai pembunuhnya. Menurut Wohlin, Thorogood menunjukan sikap
tak simpatik kepada Jones yang tengah sekarat. Dokter sendiri
menyatakan pada jantung dan hati Jones terdapat kandungan narkoba dan
alkohol.
Versi teori konspirasi lain lebih menggemparkan. Jones yang tewas
beberapa saat setelah keluar dari Stones, sempat berselisih dengan
Jagger dan Richards karena sering absen dari aktivitas grup musik itu.
Termasuk pada sesi rekaman.
Kecurigaan menguat ketika di prosesi pemakaman anggota Stones yang
hadir hanya Bill Wyman dan Charlie Watts. Jagger beralasan dilarang
meninggalkan lokasi syutingnya di Australia. Richards beralasan tak
ingin bertemu penggemar yang marah kepadanya akibat Jones keluar dari
Stones.
Puncaknya adalah berembusnya isu bahwa Jones memang sengaja
dikorbankan kepada setan. Sebab, saat itu Stones dituding sebagai
pemuja setan menyusul single-nya yang bertajuk Sympathy for the Devil. Jones dikorbankan sebagai pembayaran atas kesuksesan Stones.
Pada kematian Cobain, teori konspirasi yang berkembang adalah ia
dibunuh oleh Courtney Love, istrinya sendiri. Vokalis grup musik grunge
perempuan Hole itu memang dalam posisi kurang menguntungkan.
Love saat itu tengah berselisih dengan Cobain yang berencana
menceraikannya. Love dicurigai takut kehilangan warisan Cobain yang
sedang berjaya.
Spekulasi lain menyebutkan, Cobain dibunuh oleh sejumlah pelaku
industri rekaman yang banyak menaungi kepentingannya. Di antaranya
adalah Geffen Records. Mereka, konon, sengaja membunuh Cobain demi
menciptakan seorang rock hero baru.
Cobain ditemukan tewas di rumahnya di Lake Washington dengan sepucuk
pistol di sampingnya. Analisis polisi mengungkap, Cobain bersembunyi di
sudut flat, mengambil pistol, memasukkan benda itu ke ke mulutnya, dan
dor menekan pelatuknya.
Penggemar Cobain tak bisa menerima argumen itu. Apalagi, beberapa
saat sebelum kematiannya, Cobain diketahui mengkonsumsi narkoba. Ia
teler. Tak mungkin mampu menembak dirinya sendiri.
tolong dibaca bener2 thread ini jgn ngejar iso.nanti keliatan bodoh komennya
anasabila memberi reputasi
1
17.8K
Kutip
989
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan