- Beranda
- Komunitas
- Automotive
- Kendaraan Roda 4
Semar-mobil hemat bahan bakar buatan teknik mesin ugm


TS
zairkirfi
Semar-mobil hemat bahan bakar buatan teknik mesin ugm
http://otomotif.kompas.com/read/xml/...an.di.Malaysia
Tim Semart dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta berhasil menciptakan kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan. Mereka menamakannya Semar, hasil perpaduan mesin motor pemotong rumput dan teknologi pesawat terbang yang mampu menempuh jarak 400 km hanya dengan satu liter bahan bakar.
Semar adalah prototipe mobil ramah lingkungan karya sekelompok mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM. Tim beranggotakan 15 mahasiswa ini dibentuk Juli 2009 untuk menjawab undangan kompetisi mobil hemat energi Shell Eco-Marathon di Sirkuit Sepang, Malaysia, 7-8 Juli 2010.
Sekilas, bentuk Semar sangat mungil dan tidak lazim untuk kendaraan masa kini. memiliki panjang 2,7 meter, tinggi 0,8 meter, serta lebar 0,88 meter, desainnya gembung di depan dan mengerucut di belakang. Bagi mata awam, bentuk ini sangat mirip kecebong.
Direktur Teknis Tim Semart UGM M Wisnu Hargono (23), seusai peluncuran Semar di Yogyakarta, Rabu (17/3), mengatakan, desain yang lazim disebut tetesan air (airfoil) ini diadopsi dari bagian dalam sayap pesawat terbang. "Bentuk ini yang paling aerodinamis sehingga hambatan udara bisa ditekan. Dengan hambatan kecil, bahan bakar yang diperlukan pun lebih rendah," ujarnya.
Hambatan udara pada Semar berkurang menjadi tinggal sekitar 3 persen saja atau jauh lebih rendah dari hambatan udara sedan yang berkisar 30 persen maupun bus yang mencapai 70 persen. Dibandingkan mobil pada umumnya yang rata-rata hanya mampu menempuh jarak 20 kilometer dengan satu liter bensin, Semar jelas jauh lebih hemat.
Selain bentuknya aerodinamis, penghematan energi dilakukan dengan bobot yang dibuat seringan mungkin. "Semakin ringan sebuah kendaraan, semakin sedikit bahan bakar yang diperlukan. Masalahnya, bahan ringan sering kali rapuh atau terlalu mahal," lanjutnya.
Oleh karena itu, Tim Semart memilih bahan alumunium yang lebih murah dari bahan-bahan ringan lainnya, seperti titanium. Kerapuhan bahan alumunium diakali dengan rancang desain struktur yang berfungsi saling menguatkan. Mungkin bisa dianalogikan dengan fondasi tahan gempa yang digunakan di sejumlah candi. Berat kerangka Semar hanya tiga kilogram dari berat total kendaraan 25 kg. Meskipun ringan, Semar dirancang mampu menahan berat hingga sekitar 150 kg.
Terus diperbaiki
Wisnu mengatakan, selain desain aerodinamis dan berbobot ringan, faktor penting penghematan adalah penggunaan sistem injeksi pintar rancangan Tim Semart UGM yang disebut Smart E-Mode. Disebut pintar karena mampu mengatur pengeluaran bahan bakar secara efisien atau hanya sesuai dengan beban mesin. Sistem injeksi rancangan Tim Semart UGM itu memadukan beberapa sensor yang mampu mengukur parameter kendaraan. Dengan sistem ini, bahan bakar tidak selalu dikeluarkan setiap kecepatan ditambah.
Semar, tambah Wisnu telah dirancang sejak September 2009. Serangkaian percobaan dan analisis untuk menciptakan Semar memakan biaya sekitar Rp 100 juta. Semar yang sempat diarak hingga kawasan Malioboro ini merupakan Semar kedua setelah yang pertama tidak memenuhi harapan tim.
"Setelah ini kami masih akan mengembangkan lagi efisiensi bahan bakar Semar. Target kami satu liter bensin untuk 1.100 kilometer," kata Wisnu.
Cukup fantastis membayangkan target Tim Semart mengingat jarak 1.100 km setara dengan jarak antara Anyer-Panarukan. Akan tetapi, target ini bukannya tidak mungkin diraih. Pemenang Shell Eco-Marathon di Eropa, sekitar dua tahun lalu, mencatatkan rekor penghematan energi satu liter bensin untuk sekitar 3.000 km.
Konsekuensi
Namun, penghematan harus dibayar dengan beberapa konsekuensi. Prototipe Semar hanya memberikan ruang untuk satu pengemudi saja dengan risiko mengendarai tidak nyaman karena kabin sangat sempit. Selain itu, Semar dirancang dengan kecepatan relatif rendah, yaitu maksimal 45 kilometer/jam. Wisnu mengakui, Semar belum bisa diterapkan sebagai kendaraan untuk masyarakat.
Ketua Tim Semart UGM Teofilus Hartono menuturkan, Semar hanya dirancang untuk menang dalam kompetisi mobil hemat energi Shell Eco-Marathon 2010. Nama Semar sengaja dipilih untuk mengangkat budaya Indonesia ke kompetisi tingkat internasional tersebut. Peluncuran mobil ini diharapkan mampu menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk ikut menciptakan kendaraan transportasi hemat energi serta ramah lingkungan.
Kompetisi ini diikuti 108 tim dari sejumlah negara Asia lainya. Selain dari UGM, sembilan tim Indonesia mengikuti kompetisi tersebut, di antaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Indonesia.
Menurut Country Chairman dan President Director Shell Indonesia Darwin Silalahi, Shell akan berusaha memfasilitasi tumbuhnya perancangan mobil-mobil hemat energi di kampus-kampus.
"Penemuan kendaraan hemat energi yang bisa diaplikasikan secara luas di masyarakat setara dengan penemuan sumber energi baru yang saat ini semakin mendesak," ujarnya.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ip...233600,id.html






Tim Semart dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta berhasil menciptakan kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan. Mereka menamakannya Semar, hasil perpaduan mesin motor pemotong rumput dan teknologi pesawat terbang yang mampu menempuh jarak 400 km hanya dengan satu liter bahan bakar.
Semar adalah prototipe mobil ramah lingkungan karya sekelompok mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM. Tim beranggotakan 15 mahasiswa ini dibentuk Juli 2009 untuk menjawab undangan kompetisi mobil hemat energi Shell Eco-Marathon di Sirkuit Sepang, Malaysia, 7-8 Juli 2010.
Sekilas, bentuk Semar sangat mungil dan tidak lazim untuk kendaraan masa kini. memiliki panjang 2,7 meter, tinggi 0,8 meter, serta lebar 0,88 meter, desainnya gembung di depan dan mengerucut di belakang. Bagi mata awam, bentuk ini sangat mirip kecebong.
Direktur Teknis Tim Semart UGM M Wisnu Hargono (23), seusai peluncuran Semar di Yogyakarta, Rabu (17/3), mengatakan, desain yang lazim disebut tetesan air (airfoil) ini diadopsi dari bagian dalam sayap pesawat terbang. "Bentuk ini yang paling aerodinamis sehingga hambatan udara bisa ditekan. Dengan hambatan kecil, bahan bakar yang diperlukan pun lebih rendah," ujarnya.
Hambatan udara pada Semar berkurang menjadi tinggal sekitar 3 persen saja atau jauh lebih rendah dari hambatan udara sedan yang berkisar 30 persen maupun bus yang mencapai 70 persen. Dibandingkan mobil pada umumnya yang rata-rata hanya mampu menempuh jarak 20 kilometer dengan satu liter bensin, Semar jelas jauh lebih hemat.
Selain bentuknya aerodinamis, penghematan energi dilakukan dengan bobot yang dibuat seringan mungkin. "Semakin ringan sebuah kendaraan, semakin sedikit bahan bakar yang diperlukan. Masalahnya, bahan ringan sering kali rapuh atau terlalu mahal," lanjutnya.
Oleh karena itu, Tim Semart memilih bahan alumunium yang lebih murah dari bahan-bahan ringan lainnya, seperti titanium. Kerapuhan bahan alumunium diakali dengan rancang desain struktur yang berfungsi saling menguatkan. Mungkin bisa dianalogikan dengan fondasi tahan gempa yang digunakan di sejumlah candi. Berat kerangka Semar hanya tiga kilogram dari berat total kendaraan 25 kg. Meskipun ringan, Semar dirancang mampu menahan berat hingga sekitar 150 kg.
Terus diperbaiki
Wisnu mengatakan, selain desain aerodinamis dan berbobot ringan, faktor penting penghematan adalah penggunaan sistem injeksi pintar rancangan Tim Semart UGM yang disebut Smart E-Mode. Disebut pintar karena mampu mengatur pengeluaran bahan bakar secara efisien atau hanya sesuai dengan beban mesin. Sistem injeksi rancangan Tim Semart UGM itu memadukan beberapa sensor yang mampu mengukur parameter kendaraan. Dengan sistem ini, bahan bakar tidak selalu dikeluarkan setiap kecepatan ditambah.
Semar, tambah Wisnu telah dirancang sejak September 2009. Serangkaian percobaan dan analisis untuk menciptakan Semar memakan biaya sekitar Rp 100 juta. Semar yang sempat diarak hingga kawasan Malioboro ini merupakan Semar kedua setelah yang pertama tidak memenuhi harapan tim.
"Setelah ini kami masih akan mengembangkan lagi efisiensi bahan bakar Semar. Target kami satu liter bensin untuk 1.100 kilometer," kata Wisnu.
Cukup fantastis membayangkan target Tim Semart mengingat jarak 1.100 km setara dengan jarak antara Anyer-Panarukan. Akan tetapi, target ini bukannya tidak mungkin diraih. Pemenang Shell Eco-Marathon di Eropa, sekitar dua tahun lalu, mencatatkan rekor penghematan energi satu liter bensin untuk sekitar 3.000 km.
Konsekuensi
Namun, penghematan harus dibayar dengan beberapa konsekuensi. Prototipe Semar hanya memberikan ruang untuk satu pengemudi saja dengan risiko mengendarai tidak nyaman karena kabin sangat sempit. Selain itu, Semar dirancang dengan kecepatan relatif rendah, yaitu maksimal 45 kilometer/jam. Wisnu mengakui, Semar belum bisa diterapkan sebagai kendaraan untuk masyarakat.
Ketua Tim Semart UGM Teofilus Hartono menuturkan, Semar hanya dirancang untuk menang dalam kompetisi mobil hemat energi Shell Eco-Marathon 2010. Nama Semar sengaja dipilih untuk mengangkat budaya Indonesia ke kompetisi tingkat internasional tersebut. Peluncuran mobil ini diharapkan mampu menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk ikut menciptakan kendaraan transportasi hemat energi serta ramah lingkungan.
Kompetisi ini diikuti 108 tim dari sejumlah negara Asia lainya. Selain dari UGM, sembilan tim Indonesia mengikuti kompetisi tersebut, di antaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Indonesia.
Menurut Country Chairman dan President Director Shell Indonesia Darwin Silalahi, Shell akan berusaha memfasilitasi tumbuhnya perancangan mobil-mobil hemat energi di kampus-kampus.
"Penemuan kendaraan hemat energi yang bisa diaplikasikan secara luas di masyarakat setara dengan penemuan sumber energi baru yang saat ini semakin mendesak," ujarnya.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ip...233600,id.html






0
3.3K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan