- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Naskah Drama Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


TS
stickFFight
Naskah Drama Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Quote:

"Semuanya terasa indah jika diawali dengan basmallah"
Quote:



Quote:

Spoiler for MIRIS!!:
Miris, gan.
Yang view banyak, tapi yang komeng sedikit 



Semoga ane gak

Spoiler for no repost:

Quote:
Berhubung sekarang bulan agustus dan memudahkan para murid (biasanya SMP-SMA) untuk mengerjakan tugas, ane ingin membuat trit tentang naskah drama detik-detik proklamasi untuk mengenang para pahlawan negeri kita tercinta 

Langsung aja gan..
Cekibrot..!!
Spoiler for cekibrot:
SCENE I : Berita Kekalahan Jepang
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan penghentian permusuhan terhadap sekutu, setelah sebelumnya yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945 sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Berita tentang genjatan senjata yang dilakukan oleh Jepang ini disiarkan di radio jepang dari Tokyo. Ternyata siaran tersebut tertangkap di Indonesia dan Sutan Syahrir mendengarnya.
Sutan Syahrir : Apakah kalian sudah mendengar berita kekalahan Jepang?
Sukarni : Belum, Bung. Benarkah itu? Apa yang terjadi dengan Jepang?
Sutan Syahrir : Dari yang kudengar, Sekutu telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itulah, Jepang melakukan genjatan senjata.
Chairul Shaleh : Kalau begitu, berarti kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni : Benar itu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negeri kita. Kita harus memanfaatkan momen ini!
SCENE II : Peristiwa Rengasdengklok
Babak 1 : Perdebatan golongan tua dengan golongan muda
Setelah mendengar berita kekalahan Jepang, Chairul Shaleh segera merencanakan pertemuan dengan anggota golongan muda lainnya untuk membicarakan masalah proklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini dilangsungkan di Jalan Pegangsaan Tinur No. 17 Jakarta pukul 20.00 WIB.
Chairul Shaleh : Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita tentang kekalahan Jepang?
Wikana : Belum, kawan. Darimana engkau tahu tentang itu?
Chairul Shaleh : Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan senjata itu.
Darwis : Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi vacuum of power?
Chairul Shaleh : Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni : Tepat sekali. Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Wikana dan Chairul, kalian harus pergi ke kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini.
Saya dan Bung Darwis akan memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari Jepang.
Kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta pukul 22.00 WIB. Terjadi Perdebatan serius antara golongan pemuda dengan Soekarno
Wikana : Kita harus memproklamirkan kemerdekaan sekarang, Bung!
Soekarno : Ini batang leherku, seretlah aku ke pojok itu sekarang dan potong leherku malam ini juga! Kamu tidak perlu menunggu hingga esok hari!
Chairul Shaleh : Tapi ini saat yang tepat, Bung. Jepang sudah kalah oleh Sekutu dan tak ada kuasa lagi di negeri ini. Mengapa harus menunggu? Rakyat sudah banyak menderita akibat penjajahan ini..
Moh. Hatta : Jepang adalah masa yang silam. Belum lagi kita harus menghadapi Belanda yang hendak kembali berkuasa di negeri ini. Jika Saudara tidak setuju dengan apa yang saya katakan, dan mengira diri Saudara telah sanggup menopang kekuatan sendiri, Mengapa datang pada Soekarno dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan?
Chairul Shaleh : Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan bangsa ini? Kita bisa, Bung . Kita harus bangkit dan memproklamirkan kemerdekaan sendiri. Mengapa harus menunggu janji manis itu? Jepang sendiri bahkan telah kalah dalam Perang Suci nya!
Soekarno : Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik Jepang! Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindakanmu untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata terjadi pertumpahan darah? Bagaimana cara kita nanti untuk mempertahankan kemerdekaan? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri.
Wikana : Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini. Inilah yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita, Bung.
Moh. Hatta : Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding sebentar.
Kemudian para anggota golongan tua yang berada di kediaman Soekarno langsung membicarakan permasalahan tersebut.
Moh. Hatta : Bagaimana ini? Para pemuda menuntut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno : Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Mr. Soebardjo : Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, masalah kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang.
Iwa Kusumasumantri : Lalu bagaimana dengan pendapat golongan muda? Apa kita abaikan saja?
Djojo Pranoto : Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu pendek. Kita harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau tidak bagaimana nanti jika semuanya berantakan?
Iwa Kusumasumantri : Baiklah, Bung. Berarti kita semua sudah sepakat.
Setelah selesai berunding, para golongan tua segera menemui para anggota golongan muda yang menunggu di luar ruangan.
Moh. Hatta : Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa mengenai hal proklamasi kemerdekaan. Hal ini masih akan dibicarakan lagi dalam sidang PPKI.
BABAK 2 : Penculikkan Soekarno dan Moh. Hatta oleh para pemuda.
Dengan berat hati mendengar keputusan tersebut, para pemuda pun meninggalkan kediaman Soekarno. Tetapi mereka tidak putus asa. Mereka pun menyusun strategi bagaimana membujuk Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengasingkan kedua tokoh itu ke Rengasdengklok agar terhindar dari desakan pemuda dan pengaruh Jepang di Jakarta.
Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 04.00 WIB, kediaman Soekarno
Chairul Shaleh : Assalamualaikum
Moh. Hatta : Waalaikumsalam. Ada apa Saudara datang sepagi ini?
Darwis : Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju tempat pengasingan.
Soekarno : Tempat pengasingan? Apa yang Saudara maksudkan?
Chairul Shaleh : Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan agar terhindar dari ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang.
Moh. Hatta : Baiklah, kami akan ikut.
Darwis : Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk menjamin keselamatan mereka.
Soekarno : Baiklah, saya akan mengajak mereka.
Hilangnya Soekarno dan Moh. Hatta secara misterius pagi itu,menimbulkan kepanikan di kalangan para pemimpin di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh Mr. Ahmad Soebardjo pukul 08.00 pagi.
Mr. Soebardjo : Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta?
Wikana : Maaf, saya tidak tahu, Bung.
Mr. Soebardjo : Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, dan aku akan menjamin kemerdekaan untuk kalian esok harinya.
Sudiro : Akankah Anda bersumpah untuk itu?
Mr. Soebardjo : Kau bisa percaya padaku, Nak
Wikana : Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok.
Mr. Soebardjo : (memanggil salah seorang pemuda) Hei, Nak ! Tolong antarkan kami ke Rengasdengklok.
Yusuf Kunto : Maaf, saya, Pak?
Baik, kalau begitu naiklah (Mr. Soebardjo naik ke mobil beserta Wikana dan Sudiro kemudian berangkat menuju Rengasdengklok)
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan penghentian permusuhan terhadap sekutu, setelah sebelumnya yaitu pada tanggal 14 Agustus 1945 sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Berita tentang genjatan senjata yang dilakukan oleh Jepang ini disiarkan di radio jepang dari Tokyo. Ternyata siaran tersebut tertangkap di Indonesia dan Sutan Syahrir mendengarnya.
Sutan Syahrir : Apakah kalian sudah mendengar berita kekalahan Jepang?
Sukarni : Belum, Bung. Benarkah itu? Apa yang terjadi dengan Jepang?

Sutan Syahrir : Dari yang kudengar, Sekutu telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Oleh sebab itulah, Jepang melakukan genjatan senjata.
Chairul Shaleh : Kalau begitu, berarti kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni : Benar itu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negeri kita. Kita harus memanfaatkan momen ini!

SCENE II : Peristiwa Rengasdengklok
Babak 1 : Perdebatan golongan tua dengan golongan muda
Setelah mendengar berita kekalahan Jepang, Chairul Shaleh segera merencanakan pertemuan dengan anggota golongan muda lainnya untuk membicarakan masalah proklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini dilangsungkan di Jalan Pegangsaan Tinur No. 17 Jakarta pukul 20.00 WIB.
Chairul Shaleh : Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita tentang kekalahan Jepang?
Wikana : Belum, kawan. Darimana engkau tahu tentang itu?

Chairul Shaleh : Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan senjata itu.
Darwis : Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi vacuum of power?
Chairul Shaleh : Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Sukarni : Tepat sekali. Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Wikana dan Chairul, kalian harus pergi ke kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini.
Saya dan Bung Darwis akan memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari Jepang.
Kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta pukul 22.00 WIB. Terjadi Perdebatan serius antara golongan pemuda dengan Soekarno
Wikana : Kita harus memproklamirkan kemerdekaan sekarang, Bung!
Soekarno : Ini batang leherku, seretlah aku ke pojok itu sekarang dan potong leherku malam ini juga! Kamu tidak perlu menunggu hingga esok hari!
Chairul Shaleh : Tapi ini saat yang tepat, Bung. Jepang sudah kalah oleh Sekutu dan tak ada kuasa lagi di negeri ini. Mengapa harus menunggu? Rakyat sudah banyak menderita akibat penjajahan ini..
Moh. Hatta : Jepang adalah masa yang silam. Belum lagi kita harus menghadapi Belanda yang hendak kembali berkuasa di negeri ini. Jika Saudara tidak setuju dengan apa yang saya katakan, dan mengira diri Saudara telah sanggup menopang kekuatan sendiri, Mengapa datang pada Soekarno dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan?
Chairul Shaleh : Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan bangsa ini? Kita bisa, Bung . Kita harus bangkit dan memproklamirkan kemerdekaan sendiri. Mengapa harus menunggu janji manis itu? Jepang sendiri bahkan telah kalah dalam Perang Suci nya!
Soekarno : Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik Jepang! Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindakanmu untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata terjadi pertumpahan darah? Bagaimana cara kita nanti untuk mempertahankan kemerdekaan? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri.
Wikana : Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini. Inilah yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita, Bung.
Moh. Hatta : Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding sebentar.
Kemudian para anggota golongan tua yang berada di kediaman Soekarno langsung membicarakan permasalahan tersebut.
Moh. Hatta : Bagaimana ini? Para pemuda menuntut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno : Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Mr. Soebardjo : Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, masalah kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang.
Iwa Kusumasumantri : Lalu bagaimana dengan pendapat golongan muda? Apa kita abaikan saja?

Djojo Pranoto : Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu pendek. Kita harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau tidak bagaimana nanti jika semuanya berantakan?
Iwa Kusumasumantri : Baiklah, Bung. Berarti kita semua sudah sepakat.

Setelah selesai berunding, para golongan tua segera menemui para anggota golongan muda yang menunggu di luar ruangan.
Moh. Hatta : Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa mengenai hal proklamasi kemerdekaan. Hal ini masih akan dibicarakan lagi dalam sidang PPKI.
BABAK 2 : Penculikkan Soekarno dan Moh. Hatta oleh para pemuda.
Dengan berat hati mendengar keputusan tersebut, para pemuda pun meninggalkan kediaman Soekarno. Tetapi mereka tidak putus asa. Mereka pun menyusun strategi bagaimana membujuk Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengasingkan kedua tokoh itu ke Rengasdengklok agar terhindar dari desakan pemuda dan pengaruh Jepang di Jakarta.
Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 04.00 WIB, kediaman Soekarno
Chairul Shaleh : Assalamualaikum
Moh. Hatta : Waalaikumsalam. Ada apa Saudara datang sepagi ini?
Darwis : Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju tempat pengasingan.

Soekarno : Tempat pengasingan? Apa yang Saudara maksudkan?

Chairul Shaleh : Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan agar terhindar dari ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang.
Moh. Hatta : Baiklah, kami akan ikut.
Darwis : Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk menjamin keselamatan mereka.
Soekarno : Baiklah, saya akan mengajak mereka.
Hilangnya Soekarno dan Moh. Hatta secara misterius pagi itu,menimbulkan kepanikan di kalangan para pemimpin di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh Mr. Ahmad Soebardjo pukul 08.00 pagi.
Mr. Soebardjo : Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta?
Wikana : Maaf, saya tidak tahu, Bung.
Mr. Soebardjo : Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, dan aku akan menjamin kemerdekaan untuk kalian esok harinya.
Sudiro : Akankah Anda bersumpah untuk itu?
Mr. Soebardjo : Kau bisa percaya padaku, Nak

Wikana : Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok.
Mr. Soebardjo : (memanggil salah seorang pemuda) Hei, Nak ! Tolong antarkan kami ke Rengasdengklok.

Yusuf Kunto : Maaf, saya, Pak?




0
62.8K
Kutip
327
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan