ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #2 : Merantau


Hidupku sudah hancur ….

Empat puluh tahun dan tetap bukan siapa-siapa. Tak punya rumah, tak punya kerja, hidup terlunta-lunta di perantauan. Ke mana perginya semangat anak muda yang sangat yakin dia akan sukses dan terkenal? Semua hilang termakan sengitnya persaingan. Yang tersisa cuma tubuh tua dan jiwa yang meronta.

Gagal, gagal, dan gagal. Kisah sukses di perantauan ternyata tak bisa kuceritakan pada siapa-siapa. Lelah rasanya terus begini. Setiap malam yang melintasi kepala hanya nyamannya kasur di kampung halaman dan masakan ibu yang tiada dua. Sudah berapa tahun sejak terakhir kali aku pulang? Sepuluh … lima belas.

Tak ada perantau yang tak merindukan rumah. Aku ingin pulang, tapi aku tak bisa. Terbayang wajah-wajah mereka yang dulu mengantarku ke bandara dengan bangga. Sejuta harapan mereka pasti sudah hancur sekarang. Pulang ke kampung halaman hanya akan membuat hatiku sakit melihat wajah-wajah itu.

Awal kehidupanku di sini sebenarnya berjalan baik, tapi krisis ekonomi, PHK, dan ditipu teman sendiri membuatku jatuh ke cengkraman ekonomi bawah. Menganggur, tabungan menipis, kontrakan menunggak, dan akhirnya terlunta di jalanan.

Saat pertama tiba di ibukota aku merasa heran mengapa para gelandangan itu tak pulang saja ke rumah mereka di pedesaan. Sekarang aku paham alasannya. Lalu apa? Pilihanku cuma dua. Tersiksa di tanah orang atau malu di tanah sendiri.

Hari demi hari berganti tanpa perubahan berarti. Gedung-gedung tinggi terus menjulang sebagai perwujudan mimpi yang tak dapat diraih. Tembok tinggi itu seolah menjadi batas antara dua dunia, membagi manusia menjadi dua. Sukses dan gagal.

Memandangi gedung-gedung tinggi itu selalu membuatku teringat mengapa aku datang kemari. Sama seperti yang lain, aku ingin sukses dan kaya raya. Bukan hanya demi membanggakan orangtua, tapi juga membuktikan pada wanita yang kucinta bahwa aku pantas untuknya. Rina … ahh, ya. Sudah lama sekali. Aku nyaris melupakan wajahnya.

Itu sudah benar-benar lama. Waktu yang berlalu mengikis semua yang bisa kujadikan motivasi. Rasa cintaku padanyalah yang membuatku nekad mengadu nasib agar bisa pulang membawa mobil untuk dipamerkan ke orangtuanya. Aku benar-benar bertekad untuk itu, aku bahkan sudah menabung uang, tetapi kenyataan berjalan tak sesuai harapan.

“Rina ….”

Tanpa sengaja nama itu keluar begitu saja seperti memanggil dengan sangat. Entah halusinasi atau bukan, aku melihatnya berjalan melewatiku. Ya, paras cantik tiada dua itu tak mungkin orang lain. Itu Rina. Satu-satunya.

“Rina!”

Sekali lagi aku memanggil dan saat dia menoleh aku merasa seluruh penderitaan terangkat dan lenyap begitu saja. Kukira aku bermimpi, tapi ternyata ini nyata. Rasanya penderitaan belasan tahun itu tak lagi berarti. Seperti tanah yang kering dan mati, siraman air membuatnya hidup kembali.

“Mmm … siapa ya?”

Dengan cepat kesadaran kembali menguasai tubuhku. Rindu dan bahagia yang sempat mengisi tubuh ini langsung sirna di kala mendengar pertanyaannya.

Siapa? Apa maksudnya? Ini aku. Orang yang berjanji akan pulang dan melamarnya dengan segudang harta. Apakah sudah selama itu sampai dia melupakanku? Atau dia cuma pura-pura lupa?

Namun semua pertanyaan itu menjadi tak berarti saat aku melihat seorang anak kecil berlari ke arahnya. Anak itu dengan riang gembira memeluknya dan senyum di wajah Rina adalah sesuatu yang tak pernah aku lihat sebelumnya.

Oh, dia sudah jadi ibu rupanya.

Senyumnya masih cantik, tapi ada aura kasih sayang yang memancarkan kebahagiaan bagi siapa pun yang melihatnya. Mengapa dia ada di sini? Mungkin dia juga merantau, atau ada seseorang yang meminangnya dan membawanya ke sini.

Tentu saja. Tak mungkin Rina tetap melajang hingga umur 40 tahun. Dia punya kehidupannya sendiri dan dia sudah menemukan kebahagiaannya.

Dan kebahagiaannya bukan bersamaku.

Aku memalingkan wajah dan tanpa kusadari aku sudah berlari. Aku tak ingin dia menyadari siapa diriku. Aku cuma orang gagal yang jauh lebih baik tak ada dalam hidupnya.

***


Malam tiba. Angin dingin sedikit demi sedikit mengambil kehangatan dari tubuh ini. Duduk diam di bawah jembatan ditemani suara kendaraan lalu-lalang, sama seperti malam-malam sebelumnya. Dunia terus berjalan tanpa memperdulikan apa yang kulakukan. Alam semesta, planet, semua orang. Semua berjalan sendiri-sendiri. Tak ada yang peduli dengan tangisanku.

Sungguh 15 tahun yang sia-sia. Betapa kecilnya usaha manusia bila dibandingkan dengan Bumi yang terus berputar? Tanpa sadar masa-masa muda itu sudah hilang dan hanya pria tua ini yang tersisa. Rasanya tersiksa. Aku ingin meraung. Namun ternyata bukan hanya aku. Kota ini sudah penuh dengan raungan jutaan manusia yang menyesakkan.

Kota ini terlalu berisik, terlalu sesak, terlalu penuh derita. Mungkin … inilah waktunya untuk pulang.

Dan kemudian, hujan pun turun. Basah dengan cepat menjadi genangan dan genangan memantulkan sosok wajah yang tak kukenali.

Apa itu aku? Wajah tua, kotor, dan berjenggot berantakan itu adalah aku? Tak ada sedikit pun bagian yang bisa dikenali lagi. Ketampanan, keceriaan, kemudaan, dan tekad, semua hilang tak terawat. Bagaimana bisa aku menunjukkan wajah seperti ini pada keluargaku di sana? Mereka bahkan tak akan mengenaliku.

Dan akhirnya tangisku menyatu dengan hujan. Mengapa tak ada satu hal pun di hidupku yang berjalan dengan baik? Kenapa aku tak bisa mendapat kebahagiaan meski sudah berusaha? Sedikit saja. Sedikit kebahagiaan sudah cukup.

Saat matahari terbit, aku ikut berdiri. Rasanya tangisan sepanjang malam sudah melelehkan es dalam diriku. Rasanya ringan dan hangat. Aku tak tau apa yang berubah, tapi aku tahu aku harus melakukan sesuatu.

Aku tak tahu apa artinya untuk tumbuh dewasa. Namun, jika aku bertemu lagi dengan Rina secara kebetulan, aku ingin menjadi seseorang yang tak malu menjadi itu. Aku tak akan pulang ke kampung, tidak sekarang. Ada impian besar yang masih harus kukejar di kota ini.

***TAMAT***
jenggalasunyi
riodgarp
hamudaoki989
hamudaoki989 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.8K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
gurigurinyoyokAvatar border
gurigurinyoyok
#5
Kok kyk g asing eaa
Bedanya yg gw tau ini baru 24 tahun
Masih kurang 16 tahun lg emoticon-Ngakak
ih.sul
pulaukapok
kakekane.cell
kakekane.cell dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup