Sumber Gambar

Mudik lebaran merupakan momen satu tahun sekali yang kerap memberikan banyak cerita. Banyak perantau dari jauh yang datang ke kampung halaman mereka untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar. Berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak saudara yang jarang bertemu dan mungkin hanya terjadi di hari raya Idul Fitri.

Terkadang, mudik bukan hanya sekedar kumpul keluarga. Tapi juga menunjukkan apa yang telah kita dapatkan selama diperantauan. Memberikan hasil kita kepada orang tua dan keluarga besar. Hal ini tidak wajib, tapi bagi para anak-anak tentu memiliki rasa keinginan untuk menunjukkan sejauh mana kita sukses di tanah rantau.

Seperti pria yang ada di Sumenep berikut ini. Namanya Sukron, sosok pedagang warung di Bali yang selama beberapa tahun terakhir mudik dengan menyewa sebuah mobil. Menurutnya, dengan menaiki kendaraan roda empat tentu akan lebih nyaman selama perjalanan. Tidak kepanasan dan tidak kehujanan. Keluarganya juga bisa duduk manis di dalam mobil.


Sumber Gambar

Selain itu juga, ternyata menyewa mobil juga menjadi strateginya untuk memberikan kesan sukses di depan keluarganya di kampung. “Hitung-hitung bisa dianggap sukses kalau pulang bawa mobil,”ucapnya. Mobil berjenis Xpander itu sendiri memiliki harga sewa 600 ribu satu hari, tapi KTP sebagai jaminannya. Untuk harga sewa mobil, apakah harga ini worth it?

Bukan cuma Sukron. Ada juga Hamdi yang juga berasal dari Sumenep, Madura. Untuk terlihat lebih sukses di kampung halaman, ia juga melakukan hal yang sama seperti Sukron. Bedanya, yang disewa Hamdi bukan mobil melainkan motor berjenis Xmax. Iya, motor saudaranya Nmax itu.

Nah yang satu ini agak beda menurut TS. Karena dia memilih kendaraan roda dua. Bisa dibilang, orang tipe ini murni hanya ingin menunjukkan kesuksesan atau memang bertujuan demi gengsi. Karena mau sebagus apa pun motornya tetap saja kepanasan dan kehujanan. Beda dengan mobil seperti Sukron di mana ia mendapatkan kenyamanan lebih dengan menggunakan mobil.

Pria yang merantau ke Surabaya ini sebenarnya sudah punya sepeda motor. Tapi ia menganggap motor miliknya sudah terlalu butut dan jadul. Menurutnya, lebaran bukan untuk bertemu keluarga, karena mau tak mau ia juga bertemu keluarga besar. Jadi motor butut saja tidak cukup. Mungkin ia ingin terlihat lebih ‘wah’ di depan hadapan keluarga besar ya.


Sumber Gambar

Kebutuhan setiap orang memang tidak bisa kita samakan. Bagi sebagian orang, gengsi merupakan salah satu hal yang menurut mereka patut untuk diperhitungkan. Demi menjaga citra dan martabat, mereka rela merogoh uang lebih demi tampil lebih baik di hadapan keluarga.

Karena kadang ada keluarga yang memang gemar membanding-bandingkan. Ada yang masa bodo, tapi ada juga yang tidak terima dibanding-bandingkan bahkan sampai kepikiran. Daripada menjadi dendam dan kekesalan, lebih baik antisipasi dengan berusaha untuk terlihat lebih baik.


Sumber Gambar

Masalah gengsi seperti ini kadang memang menjadi beban dan tekana pada para perantau. Karena tingginya ekspektasi keluarga mungkin atau hal lainnya. Padahal kalau bicara kesuksesan, suksesnya semua orang beda-beda. Dari pada sibuk mengejar standar orang lain lebih baik mengejar kesuksesan kita sendiri. mengejar apa yang kita mau selama ini.

Menjaga gengsi di hadapan keluarga besar ini juga merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki atau memperbagus citra diri. Dan itu tidak ada salahnya sama sekali, sah-sah saja dilakukan. Toh pejabat juga suka pencitraan, kan? Asalkan tidak membebani diri dan tidak merugikan orang lain silakan saja. Kan mereka juga yang merasakan nikmatnya naik mobil saat mudik, hitung-hitung rekreasi setahun sekali.



Menurut kalian, apakah harus tampil bak orang sukses di hadapan keluarga besar?

Sumber: Link Referensi
Tulisan dan Narasi Pribadi