Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

still.breathingAvatar border
TS
still.breathing
Terawan Ungkit Kesaktian Vaksin Nusantara: Mutasi Covid Apapun Sesuai
Quote:


My lord iki.. emoticon-Cool
37sanchi
37sanchi memberi reputasi
1
1.7K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bersinarcoinAvatar border
bersinarcoin
#3
Mohon maaf sebelumnya. Terkait dengan vaksin nusantara ini, sependek pengetahun saya sebenarnya dasarnya adalah terapi sel dendritic untuk terapi kanker.

Sel dendritic ini berperan dalam respon imun adaptif. Darah dari pasien diambil, diisolasi sel dendritiknya dan distimulus antigen (in vitro) untuk menghasilkan respon imun dan kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien.

Terapi kanker memang membutuhkan pendekatan bersifat personal, ini karena sel kanker setiap orang memiliki kombinasi unik dari perubahan genetik. Sel kanker awalnya sel normal yang mengalami mutasi lalu kehilangan kontrol untuk regenerasi, sel tidak bisa mati tapi terus membelah tak terkendali dan bisa merambat ke jaringan yang lain, jadilah tumor. Masalahnya, tubuh tidak dapat melawan sel kanker karena asalnya dari DNA pasien sendiri, sehingga tidak dianggap benda asing yang berbahaya.

Tujuan terapi kanker dengan vaksin dendritik adalah menginduksi sistem imun spesifik agar bisa mengenali dan membunuh sel-sel kanker yang tidak terkendali tadi.

Sel dendritik / dendritic cell (DC) diperlukan dalam terapi ini untuk menangkap, memproses, dan memperkenalkan antigen tumor ke sel imun adaptif yang terdiri dari sel B dan sel T. Selanjutnya, sel T mengenali sel kanker sebagai ‘ancaman’ yang harus dimusnahkan. 

Masalahnya, sel kanker masing-masing orang itu mutasinya unik (Ini karena genetic make up tiap org juga beda ya), maka antigen yang harus dipaparkan ke sel dendritik pasien juga berbeda-beda tiap pasien (antigen tumor dan sel dendritik harus punya pasien masing-masing - PERSONAL).
Untuk memperkenalkan antigen tumor ke sel dendritik tentulah lebih rumit karena secara alami tidak dianggap ancaman, karena itu diperlukan intervensi ilmuwan, sel dendritik ditraining dengan antigen tumor di lab / di LUAR TUBUH (EX VIVO). Di samping itu, metode ex-vivo memungkinkan mengkultur sel dendritic secara cepat dan massif untuk berburu waktu dengan percepatan sel kanker yang membelah tak terkendali.

Sekarang bandingkan dengan vaknus, apanya yang bersifat personal? Yang dilawan adalah pathogen dari LUAR TUBUH yang berupa virus SARS-Cov2 yang sebenarnya mudah dikenali lewat suntik vaksin biasa (dalam tubuh), tanpa harus dikerjakan secara ex vivo.

Oleh karena itu, vaknus u covid ini tdk lagi bersifat personal karena Antigennya sama semua yaitu dari virus SARS-Cov2.

Terapi ini kemudian dikembangkan untuk vaksin (?) covid dengan memberikan antigen (virus) ke sel dendritic. Terapi ini dikembangkan oleh perusahaan US yang sebenarnya di US sendiri masih dalam tahap fase uji coba. Tp di Indonesia sudah uji klinis (harusnya ada uji pre klinis terlebih dahulu).
Bahkan uji hewan yang seharusnya dikerjakan juga tidak ada. Banyak kaidah ilmiah yang dilanggar.

Jadi jangan heran kenapa tidak ada satupun lembaga penelitian di LN mengembangkan vaksin dengan teknologi ala vaknus untuk MENCEGAH pandemic covid. 

Menurut catatan BPOM, uji klinis fase 1, 71.4% relawan mengalami KTD (kejadian yang tidak diinginkan) sehingga keamanan dari vaksin ini dipertanyakan, juga tidak ada komite etik saat uji klinis. Vaksin ini juga tidak bisa diproduksi secara masal karena menggunakan darah dan sel dendritic masing2 orang. Tentu saja ini jelas sangat tidak ekonomis. Di Jepang sekitar tahun 2010, terapi kanker dg pendekatan ini setidaknya membutuhkan ongkos hampir 300 juta/org. Jadi menurut saya, vaksin ini belum layak untuk digunakan sebagai vaksin covid
handratas
raisa06061990
falin182
falin182 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Tutup