Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
KKN DI LEMBAH MATAHARI (BASED ON TRUE STORY)

Prakata

Hai horror mania diforum tercinta, saya akan menceritakan salah satu pengalaman hidup yang tidak mungkin dilupakan oleh empunya cerita. Awal dari cerita ini, saya tak sengaja melihat teman-teman digrup SMA Angkatan saya memposting foto keindahan lokasi alam, keangkerannya serta banyakknya keganjilan disaat kegiatan KKN berlangsung. Sekian hari keributan semakin riuh di grup, banyak komen dari anggota grup Whatsapp membuat saya menjadi semakin penasaran, demi mengobati rasa penasaran itu akhirnya saya japri teman saya yang Upload foto-foto tersebut, sekian lama kami telp dan chat akhirnya saya tertarik dan ingin mempublish cerita ini.

Dengan perdebatan yang panjang dan alot akhirnya saya diizinkan tapi dengan berbagai kesepakatan dan sensor, Meski sebelumnya satu sekelompok mahasiswa ini tidak sepakat, padahal setelah kegiatan KKN itu berakhir semua anggota sebenarnya sudah menutup rapat-rapat salah satu kisah kelam mereka. Bahkan mereka tidak menceritakannya kepada teman dekat, keluarga, kelompok lain, dosen pembimbing dan kampus tempat mereka bernaung.

Memang kisah ini kedepan akan saya tulis ulang dengan detail, karena ketidak puasan saya menulis disebelah. Percaya atau tidak percaya tentang kisah ini saya kembalikan lagi pada para pembaca yang Budiman, karena setiap dithread-thread yang sudah saya tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman orang-orang dekat saya. Kejadian yang sudah disampaikan teman-teman saya dan di tulis tanpa melebihkan serta mengurangi kejadian yang mereka alami dilapangan.

Sebelum saya tulis kisah ini, saya juga melakukan beberapa perjanjian dengan pemilik cerita. Demi kebaikan bersama nama, tokoh, tempat dan waktu saya samarkan. Jangan terlalu mengahayati cerita, karena mereka yang kalian bayangkan dan kalian perbincangkan dialam lain pasti akan merasakan juga. Yang paling penting ikuti Rules diforum ini. Ambil hikmahnya saja, mulai…

 

 

 

PROLOG

Demi apapun, Jangan pernah sekali-kali membicarakan mereka. Apabila darah berbalut lembaran kelopak bunga sudah tertumpah dilembah, aku takt ahu harus bicara apa? Dan aku sendiri tak tahu apa yang akan terjadi ? hanya tradisi yang bisa menjawab “MATI”

“KKN DI LEMBAH MATAHARI”

 




emoticon-Shakehand2JANGAN LUPA ? DITUNGGU emoticon-Rate 5 Star DIBURJO





INDEX


PART. 1

PART. 2

PART. 3

PART. 4

PART. 5

PART. 6

PART. 7

PART. 8

PART. 9

PART. 10. ABAH KANIGORO

PART. 11. BENGGOLO

PART. 12. PERUSUH MAKAM KERAMAT

PART. 13. MEREKA MULAI MENYAPA

PART. 14 MEREKA MULAI MENYAPA 2

Part. 15 KEBUN SAWI

PART. 16. PIPIT

PART. 17 LEDAKAN

PART. 18 DARAH BERBALUT KELOPAK BUNGA

PART. 19. KI BAWONO DAN NYAI RUSMINAH

PART. 20. TRANSPORTASI

PART. 21 MOTOR

PART. 22 PENGOBATAN GRATIS

PART. 23 MATI

PART. 24. Pak Rahmad

PART 25. PTSD

PART 26. HILANG

PART 27. BELATUNG

PART. 28. POSKO BARU

PART 29. ARUNG JERAM

PART 30. RYAN

PART 31. SOSOK DI JEMBATAN

PART 32. AYAM CEMANI

PART 33. KEARIFAN LOKAL
Diubah oleh bayubiruuuu 23-12-2021 03:22
papahmuda099
ferist123
arieaduh
arieaduh dan 79 lainnya memberi reputasi
74
69.6K
513
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bayubiruuuuAvatar border
TS
bayubiruuuu
#4
PART 4


“Alhamdulillah, itu ada warung.” Ayub menunjuk ke sebuah warung yang tidak jauh dari kecamatan. Mereka berempat terus berjalan menuju ke warung dimaksud.
Warung!

Yang ada diangan dan menjadi tujuan mereka berempat dipagi itu. Tempat untuk melepaskan lelahnya lambung tanpa berproduksi. Tak jauh lagi mereka akan sampai, demi sepiring nasi dan secangkir kopi. Senyum bahagia nampak diwajah mereka ketika masuk ke warung kecil seakan singgah di restoran ternama. 3 bangku kayu telah menunggu. Lauk-pauk sudah siap diatas piring-piring keramik dan tersusun rapi.

Dengan sigap, Ayub langsung masuk dan memesan makanan. Kakinya terhenti setelah raut muka setengah sanksi menoleh kearah teman-temannya lagi.

“Makan apa?” ucap Ayub dengan melempar suara sedang kepada teman-temannya.

“Apa saja Yub, yang penting nasi,” sahut Roni.

“Samaan saja semua Yub, biar gak ribet,” sambung Bahdim.

“Ya Yub, samaan saja semua makan minumnya!” tegas Ryan.

Terdiam sejenak, Ayub mencermati makanan yang paling cocok untuk menu pagi ini. Makanan sedikit berkuah mungkin nikmat, disantap dengan secangkir kopi panas.

“Ngapunten Bu, Wonten sayur nopo mawon?”(Mohon maaf, sedia sayur apa saja?) tanya Ayub kepada pemilik warung.

“Wonten Lodeh, sayur bening kalean sayur Asem,” (ada lodeh, sayur bening sama sayur asem) jawab pemilik warung ramah.

"Buk... makannya lodeh empat, teh hangat empat sama kopinya dua," pesan Ayub.

"Ya mas, ditunggu sebentar ya!" jawab pemilik warung sambil mengambil piring dirak sampingnya.

Kemudian Ayub duduk disebelah ketiga temannya di bangku depan. Sembari menunggu pesanan tiba, ada beberapa peserta KKN dari kelompok lain datang mengikuti jejak mereka untuk ngopi dan sarapan. Makan dan ngopi bareng sungguh menjadikan suasana semakin gayeng.

Masih dilingkaran obrolan warung, mereka sedikit menyinggung tentang tempat yang akan menjadi lokasi KKN. Memang semua tidak ada yang tahu kecuali pak Rahmad selaku dosen pembimbing dan panitia KKN. Usut punya usut dari berbagai rumor yang beredar dikampus sebelum berangkat, Bahdim sudah mendapat sedikit informasi dan menegaskan bahwa dusun yang akan ditempati nanti belum teraliri listrik. Dari topik pembahasan ini, membuat mereka saling menebak, mengira-ngira dan juga memunculkan silang pendapat diantara mereka berempat. Keseruan dan perdebatan itu buyar seiring kedatangan sosok wanita pemilik warung…

“Nuwun sewu mas, niki unjuk’ane.” (permisi mas, ini minumannya) Ibu pemilik warung menyodorkan empat gelas teh hangat dan dua gelas kopi. Ayub bergegas menerima gelas-gelas itu dan mengopernya keteman-temannya satu-persatu.

“Sekedap daharanipun,” (sebentar makanannya) kata ibu pemilik warung sambil jalan berlalu. Ayub dan teman-temanya mulai menyeruput teh panas di atas meja dengan penuh penghayatan. Sensasi teh panas dengan aroma khasnya membuat hidup semakin bergairah.
Belum lagi sruputan kedua mendarat di bibir mereka, ibu pemilik warung tiba-tiba menghapirinya. “Niki mas,”.(ini mas) kata ibu ini sambil memberikan piring-piring dari nampan besar kepada empat mahasiswa ini. Satu persatu operan piring diterima dan digeser hingga selesai.

Tanpa menunggu aba-aba, ayub dan temannya langsung menyantap dengan lahap nasi sayur lodeh seperti singa kelaparan sedang mencabik-cabik mangsanya. Teguk demi teguk air berwarna coklat pun mulai membahasi kerongkongan dan memberi sensasi kehangatan keseluruh badan. Kenikmatan terlihat jelas dirasakan ayub dan temannya, makanpun dipercepat bagai kilat, hingga jangkun mereka terlihat seperti naik turun tebing.

“Aaaakkhhhh… lega rasanya,” ucap Bahdim dengan manaruh gelas di meja.

Bulir-bulir Keringatpun mulai menggembung dipelipis, semakin membesar hingga air asin itu pun tidak terasa mulai berjatuhan. Bahdim dan teman sesama mahasiswa menyapu keringat itu dengan lembaran tisu toilet yang tergulung didepannya.

Dua mahasiswa kelompok Ayub menyulut rokok mildnya, debur-debur asap berhamburan mengisi ruang-ruang kosong. Diskusi dimulai Kembali, dengan semangat baru yang membara lagi. Mereka tak menghiraukan sosok-sosok mahasiswa lain yang datang silih berganti, tapi lirikan – lirikan mata tetap bergentanyangan tertuju kepada para mahasiswi yang lalu-lalang tak kenal henti. Mata munafik lima pemuda ini berlenggak-lenggok memperhatikan cewek-cewek yang bening sesekali.

Seorang cewek cantik melintas dan menyapa Ayub dengan nada lembut. “Mari mas Ayub, nggak ke pendopo?” ajaknya dengan senyum manis

“Ooh iya, bentar lagi.” Ayub kaget dan lidah terasa peluh menjawab sapaan itu.

Keempat teman ayub tidak bisa menahan tawa melihat tingkah laku Ayub. Mereka terus bercanda, meledek dan tentu saja Ayub menjadi bahannya. Lama waktu yang mereka habiskan ditempat itu, hingga tak terasa sudah menunjukkan jam delapan kurang sepuluh menit. Mata mereka terbelalak, Ayub segera membayar makanan dan minuman yang sudah dinikmati.

Selanjutnya mereka langsung balik ke bis untuk mengambil jas almamater terlebih dahulu. Sebab diwajibkan memakai jas kebanggaan kampus dalam acara pembukaan bagi semua peserta KKN, meskipun beberapa dari mereka harus pinjam karena sudah hilang dicucian.
Pendopo kecamatan terlihat sudah siap menyambut perserta KKN, terop berdiri dengan dekorasi sederhana dan kursi-kursi plastik berjajar tertata rapi. Pengeras suara "Behringer" juga sudah terpasang dan melantunkan lagu-lagu dangdut koplo sejak pagi. Punggawa kecamatan dan bapak camat juga sudah bersiap didepan meja panjang menghadap ke peserta KKN.

Begitu juga kepala desa sudah duduk bersiap dibarisan depan mendampingi bapak camat. Tidak ketinggalan perwakilan kampus dan dosen pembimbing juga duduk di barisan meja para pejabat.

Peserta KKN sudah memenuhi tempat duduk dengan tenang. Terlihat mahasiswa dan mahasiswi dengan seragam almamater memadati pendopo dan terop-terop hingga meluber sampai emperan. Acara pun segera dimulai. Pak Sekcam sekaligus merangkap MC maju ke podium dan menyampaikan susunan acara dipagi itu. Selanjutnya pak camat dan perwakilan kampus di beri waktu untuk membuka secara simbolis KKN di kecamatan tersebut dan sedikit memberi pengarahan.

Acara seremonial dimulai, pak camat selaku pemangku Teritori menyampaikan sambutan menggunakan bahasa normatif dan retorika ala pejabat dengan penuh wibawa. Kemudian dilanjutkan pihak kepala desa, lebih dari 3 Kepala Desa. Mereka bergantian menyampaikan berbagai hal tentang kondisi di desanya masing – masing. Semua itu bisa digunakan sebagai rujukan atau gambaran untuk membuat proker di wilayah desa dilingkup kecamatan ini. Paling akhir, sambutan oleh pihak kampus untuk menyerahkan secara simbolis peserta KKN kepada pihak Kecamatan dan Desa serta tidak lupa memberikan sedikit pengarahan.

Sebagaian mahasiswa peserta KKN yang duduk di depan sangat antusias mengikuti acara tersebut, tapi ada juga yang hanya menatap kosong tanpa mengindahkan sambutan dari para pemangku wilayah. Jam dinding diatas podium sudah bertengger tegak lurus diangka dua belas. Semua yang hadir siang itu serasa terhipnotis sebab tak merasakan waktu terlewat dengan cepat. Untungnya sehabis jam dua belas lebih sedikit acara ini sudah selesai.
Tidak berapa lama setelah penutupan acara dan pembagian nasi kotak, ada pengumunan kepada seluruh peserta untuk mempersiapkan semua barang bawaan dan pindah ke mobil elf yang telah disiapkan. Pergantian ini mutlak dilakukan karena akses menuju ke desa-desa lokasi KKN tidak memungkinkan untuk dijangkau dengan menggunakan bis.

“Waduh... ganti bis Dim. Jelas tempatnya agak terpencil,” gerutu Ayub.

“Iya Yub... Mau gimana lagi, jalanin aja,” sahut Bahdim sambil mengangkat bahunya.

Kenyataan ini membuat sebagian peserta KKN tak percaya, karena lokasi tak sesuai dengan ekspektasi mereka. Tapi apa daya demi cita-cita, cinta, masa depan dan orang tua, semua harus tetap dilalui meski jalan berliku penuh darah dan menguras asa.

Ketika acara dipendopo kecamatan berakhir, suara riuh dan gemuruh mulai terdengar, semua peserta berhamburan keluar. Mereka berjalan menuju ke bus masing-masing untuk mengambil perbekalan yang tertinggal didalam. Satu persatu tas dan perbekalan di keluarkan, ditata rapi sesuai dengan kelompoknya. Para ketua kelompok terlihat mondar-mandir mengecek dan memastikan kelengkapan barang bawaan anggotanya.

Di sepanjang jalan sudah berjejer mobil Elf dengan rapi membentuk barisan. Mobil elf bermesin diesel yang dicarter (kontrak) oleh pihak kampus untuk mengantar ke desa tujuan sudah menyala semua. Pintu-pintu sudah terbuka dan para sopirnya terlihat menunggu dengan setia disamping elfnya.

“Ayo masuk semua, cepat ya!” Ayub melambaikan tangan dan mengajak semua anggota kelompok masuk ke mobil didekatnya.

Melihat ayub memanggil dan melambaikan tangan, Bahdim dan teman satu kelompoknya bergegas menuju ke mobil didekat Ayub sambil menenteng barang masing-masing. Barang bawaan, perbekalan, bahan makanan dan peralatan dimasukkan ke bagasi mobil elf. Setelah selesai, mereka langsung naik ke mobil, kemudian diikuti Ayub. Rasa solidaritas dan kekompakan sedikit mulai terbangun disore itu.

Selang beberapa waktu kemudian, pak Rahmad selaku dosen pembimbing datang dan duduk didepan bersama sopir. Sebelum berangkat beliau melihat dengan teliti centangan di atas lembaran kertas absen yang di berikan oleh ketua kelompok bimbingannya. Beliau memandang kebelakang melihat dan bergumam, ucapnya yang lirih menghitung satu satu anak buahnya yang duduk dibangku belakang. Ketelitian itu beliau lakukan sebagai bentuk menjaga profesionlitas seorang dosen pembimbing.

Setelah dirasa lengkap, pak Rahmad berkata kepada sang sopir. “Ayo pak berangkat!”. Perintah pak Rahmad. “Baik pak,” sambung sopir elf bertubuh gemuk. Sore itu raungan dan sahutan mesin diesel Elf bergantian naik dan turun. Perjalanan kelompok Ayub yang berjumlah sepuluh orang ini dilanjutkan kembali. Lima mobil elf berjalan beriringan keluar dari wilayah kecamatan, melenggang diatas jalan beraspal ke desa tujuan.

***


symoel08
dewa67
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
Tutup