- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tanpa Riba, Tanpa Sita, Tanpa Denda dan Berujung Tanpa Dibangun
TS
powerpunk
Tanpa Riba, Tanpa Sita, Tanpa Denda dan Berujung Tanpa Dibangun
Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
Lagi, lagi, lagi, dan lagi. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan situasi, ketika banyak korban berjatuhan karena penipuan. Sejak alam diciptakan, sudah tak terhitung lagi modus orang mengakali orang lain. Makin lama makin berkembang seiring kepandaian otak manusia. Sungguh sangat disayangkan, manusia diberi otak oleh Tuhan bukannya untuk memikirkan hal baik tapi malah di pakai untuk menipu.
Dan yang lebih amat sangat disayangkan sekali adalah ketika penipuan itu menggunakan istilah - istilah berbau agama. Tak usah mengungkit penipuan menggunakan simbol agama yang terkait politik, kita bisa mengambil contoh yang dekat dengan kehidupan kita sehari - hari. Seperti penipuan pembangunan perumahan yang menggunakan sistem syariah.
Tidak ada yang salah sih dengan sistem syariahnya. Tapi oknum - oknum penipu-lah yang meminjam kata syariah sehingga konotasinya menjadi negatif. Dengan menggembar - gemborkan penawaran rumah tanpa riba, tanpa bunga, tanpa denda, tanpa BI checking, tanpa survey, dan tanpa sita; seolah membeli rumah itu sangat mudah dan sederhana. Tinggal kasih data diri lalu dapet kunci. Nggak perlu mikir gimana kalau nggak lolos BI checking,gimana kalau nggak bisa bayar cicilan, gimana kalau biaya - biayanya besar, bahkan gimana kalau bakal dapet dosa dari utangan kredit. Semua itu bisa teratasi kalau menggunakan sistem yang menurut mereka sebagai sistem inhouse syariah.
Kadang ane sendiri sempat berpikir. Sudah banyak orang yang kena tipu, kenapa masih banyak juga orang lain yang terkena penipuan dengan modus yang sama. Jawabannya adalah karena ketidakseimbangan antara kebutuhan rumah denga kemampuan orang untuk membelinya. Ane rasa semua rumah tangga, bahkan yang masih jomblo sekalipun, pasti menginginkan memiliki rumah sendiri. Sayangnya, untuk bisa memiliki rumah, biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Kalau mau bangun sendiri, tentu harus sudah punya lahannya, beli materialnya, dan tentu bayar upah tukangnya. Kalau di total - total habisnya pasti lumayan besar.
Kalau mau beli yang udah ready stock juga bisa. Tinggal pilih, mau bayar tunai dengan cara menabung dulu, atau dengan kredit; tergantung kemampuan untuk memanajemen keuangan masing - masing. Khusus untuk sistem kredit, ada yang melakukan KPR melalui bank, dan ada pula yang langsung bertransaksi secara inhouse ke pengembang. Kalau KPR, ane yakin Gansis sudah pada paham lah ya. Intinya kita membeli rumah dengan mengangsur ke bank, dengan jaminan surat rumah tersebut di pegang oleh pihak bank. Sehingga kalau lunas nanti, surat tersebut akan diberikan kepada kita.
Berbeda dengan sistem inhouse, kita membeli rumah dengan cara mencicilnya ke pengembang. Jadi selama kita belum lunas, surat - surat tersebut masih akan dipegang oleh pengembang. Lalu, bedanya dimana? Bukannya sama aja ya? Sama - sama surat kita dijadikan jaminan. Bedanya adalah bank jelas punya kredibilitas yang baik karena dijamin oleh negara. Sedangkan pengembang, kita jelas tidak tahu kredibilitasnya. Jangan - jangan rumah yang kita cicil, sertifikatnya digadaikan lagi oleh pengembang. Atau jangan - jangan surat - suratnya ilegal atau bermasalah.
Meski begitu, sistem inhouse ini memang cukup menggiurkan, apalagi kalau diduetkan dengan sistem syariah. Sistem inhouse membuat calon pembeli tak lagi pusing dengan urusan pengajuan kredit seperti BI checking dan persetujuan kredit, sedang sistem syariah membuat calon pembeli makin dimanjakan karena tak usah pusing dengan bunga dan denda. Sungguh menggiurkan. Sayangnya, duet sistem ini cukup riskan. Banyak penipuan perumahan menggunakan duet sistem ini.
Janji - janji manis tanpa - tanpa - tanpa - bla - bla - bla itu berakhir dengan zonk. Setelah membayar sejumlah cicilan, rumah yang katanya masih dalam proses pembangunan, ternyata tak dibangun - bangun. Bahkan, ironisnya lagi, ada pula yang belakangan diketahui proyek perumahannya fiktif. Tanah dan bangunan yang ditawarkan ternyata bukan milik pengembang. Mereka hanya menyewa saja. Bermodalkan tanah sewaan, umbul - umbul dan brosur mereka sukses mengelabuhi korbannya. Kok bisa? Ya bisa. Wong konsumen nggak kritis, nggak pernah nanyain legalitas dan surat - suratnya.
Hanya karena tergiur berbagai "tanpa" membuat mereka tak berpikir panjang. Apalagi kalau si marketing masih menambah lagi dengan iming - iming hadiah jika melakukan akad hari ini, tambah nggak berpikir lagi, langsung deal saat itu juga. Apalagi kalau yang akad saat itu banyak, tambah yakin lah kalau ini valid no tipu - tipu. Pikirnya, kalau penipuan kan nggak mungkin yang ikutan banyak. Atau, nggak mungkin penipuan lah, ntar kalaupun penipuan yang kena tipu nggak ane sendiri kok, tapi yang lain juga.
Sungguh sangat disayangkan. Masyarakat kita yang kurang kritis ini ditangkap sebagai sebuah peluang oleh para komplotan penipu. Meski harus digaris bawahi, bahwa tak semua pengembang yang menerapkan sistem inhouse syariah adalah penipu. Ada juga pengusaha baik hati yang punya niat baik membantu masyarakat yang sangat ingin memiliki rumah, dengan memberikan berbagai penawaran tanpa - tanpa - tanpa diatas. Yang pasti sih, sebagai masyarakat, kita harus waspada dan kritis kalau mendapat penawaran perumahan dengan sistem seperti ini. Jangan sampai timbul penyesalan dikemudian hari.
Buat Gansis yang punya pengalaman terkait dengan pembelian rumah dengan sistem inhouse, syariah, maupun KPR; boleh lah di share ceritanya dimari. Siapa tau bisa menjadi pencerahan buat Gansis lain yang sedang membutuhkan informasi mengenai pembelian rumah. Juga untuk menghindari modus - modus baru penipuan dalam hal pembelian rumah.
Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini dan Ini
Sumur Gambar : Om Google
b.omat dan 71 lainnya memberi reputasi
68
36.1K
325
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
gasmal
#143
Itu oknum aja, ada koq yg beneran jd rumahnya...
Jgn terjebak sistem kapitalisme, negara aja udah jd salah satu korban, bayar hutang malah bayar bunga nya terus, hutang pokoknya gak kebayar2...
Bunga berbunga...
Jgn terjebak sistem kapitalisme, negara aja udah jd salah satu korban, bayar hutang malah bayar bunga nya terus, hutang pokoknya gak kebayar2...
Bunga berbunga...
0
Tutup