nightstory770Avatar border
TS
nightstory770
DUSUN BUTENG "Chapter 1"
DUSUN BUTENG


        Salam semuanya, perkenalkan namaku Rian asalku dari Surabaya, saat ini aku sudah satu tahun bekerja sebagai pengajar disebuah sekolah swasta yang ada di ibu kota. Menjadi pengajar memang bukan impianku, bahkan gelar sarjana yang aku dapatkan saat kuliahpun tidak singkron dengan apa yang sedang aku lakukan sekarang, ya.., mungkin rejekiku memang di sini ha..ha..ha.., dulu aku berpikir pekerjaan mengajar pasti membosankan dan ribet, tapi ternyata tidak juga.


         Ketika jam istirahat, aku senang sekali melihat anak-anak muda ini nongkrong. Hal ini mengingatkanku pada masa-masa SMA dulu. Saat SMA dulu, aku mempunyai tiga teman akrab yakni, Sarip, Joko dan Munir. Bahkan sampai sekarangpun aku masih akrab dan saling kontak dengan mereka, kecuali... Munir.

7 Tahun yang lalu.

          Saat tamat SMA, Munir diajak pulang kampung ke jawa tengah oleh ayahnya, alasannya bisnis jamu milik ayahnya sedang tidak bagus disini. Saat Munir pergi dia berjanji pada aku, Joko dan Sarip untuk mengirim alamat desanya jika barangkali kami ingin main kesana.

      Tiga hari kemudian Munir mengirimkan pesan alamat desanya padaku dan menyuruh kami untuk main kesana. Kami bertiga berjanji akan kesana seusai menjalani ujian Perguruan Tinggi Negeri, karena saat itu kami sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri.

           Namun, karena saking sibuknya dengan urusan ini, kami melupakan janji kami pada Munir. Apalagi ketika sudah masuk kampus, kami bertiga disibukan dengan tugas-tugas dan organisasi.

            Hingga pada akhirnya aku menginjak akhir semester 2 dikampus. Saat itu aku sedang asyik mengerjakan tugas di kamar kosku. Tiba-tiba hp berbunyi dan ada pesan dari Sarip.

“Liburan semester nanti ke rumah Munir yuk, kangen nih...” Tulis Sarip dalam pesannya.

“Bolehlah.., lagian kita sudah janji waktu itu untuk main kesana.” Jawabku dalam pesan.

“Aku sudah hubungi Joko tadi, nanti kesana naik mobilku deh, tapi gantian nyetirnya.” Balas Sarip.

“Oke Siap.” Kataku.

“Kamu masih simpen nomornya Munir kan Yan?” Balas Sarip.

“Masihlah.., ada kok di HP lama aku.” Jawabku.

“Okelah kalau gitu, soalnya nomor Munir di hpku ke hapus dan Hpnya Joko hilang di copet jadi nomornya ikut kecopet.” Balas Sarip.

“Wah pantesan si Joko nggak pernah bisa dihubungi, Ya udah deh, kamu atur aja nanti aku nurut.” Kataku.

“Oke siap”. Balas Sarip.

          Singkat cerita, saat liburan kuliah akhirnya kami berangkat menuju desa si Munir. Kami berangkat pukul 12 Siang dari Surabaya. Dalam perjalanan, kami saling bertukar cerita pengalaman kami dikampus, mulai dari Ospek sampai organisasi.

“Wah, Kamu enak Jok sekampus sama Sarip, tiap hari nebeng mobil terus.” Kataku bercanda.

“Heh Kambing.., enak apanya kalau tiap hari jadi supirnya si Sarip.” Jawab Joko dongkol.

“Ya kan aku sudah kontribusi mobil, masak aku juga yang nyetir.” Sambung Sarip tertawa.

            Waktu menunjukan pukul 3 sore, saat ini kami sudah sampai di perbatasan jawa tengah. Joko menepikan mobilnya dan masuk ke masjid tua yang ada di pinggir jalan seraya memberi kode pada kami bahwa dia butuh istirahat.

Cuy,  istirahat dulu ya.” Ujar Joko.

“Iya deh, eh kalau butuh kopi aku bawa kok, itu jok belakang” Kata Sarip.

“Lah terus masak airnya gimana Rip?” Tanyaku.

“Kan aku bawa Hitter Portable.” Jawab Sarip.

         Kami bertigapun keluar dari mobil, Si Joko langsung menuju ke lantai teras masjid untuk merebahkan tubuhnya. Sedangkan Sarip dan aku mengambil air wudlu dan sholat, setelah itu kami berdua mempersiapkan kopi dan popmie untuk kami santap nanti. Suasana masjid ini cukup sejuk di sore hari, dari luar terlihat ada beberapa orang yang sedang mengaji di dalam masjid

“Alamat rumahnya masih kamu simpan kan Yan?” Tanya Sarip membuka obrolan.

“Iya ada kok, sudah aku pindah ke HP baruku.”Jawabku sambil mengaduk kopi.

“Kamu nggak pernah hubungi si Munir?” Tanya Sarip.

“Pernah waktu masih semester satu dulu, tapi nomornya nggak aktif.” Jawabku.

            Tak terasa waktu menunjukan pukul 5 sore, rasanya sudah cukup istirahat kami ini. Si Joko juga sudah terlihat segar kembali setelah menyeruput kopi buatanku, setelah itu kami beres-beres dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali. Tepat pukul 10 malam kami tiba di Dieng. Malam itu hujan deras mengguyur perjalanan kami. 

“Dimana alamatnya Yan?” Tanya Joko sambil mengemudi.

“Bentar aku cek dulu.” Kataku seraya mengambil HP dari saku celana.

“Dusun Buteng RT 006 RW 013.. Desa Mugimunjuk.” Sambungku.

“Aduuh, hujan lagi, males banget keluar dari mobil buat tanya orang.” Ujar Joko.

(Tiba-tiba Sarip berkata setengah keras)

“Eh itu ada tulisan Desa Mugimunjuk!” Seru Sarip sambil menujuk papan nama yang ada diseberang jalan.

“Nah.., berarti kita tinggal masuk dan cari dusunnya.” Kataku. 

------------------------------------------------------------------------------------------------------

          Mobil kami pun akhirnya memasuki jalan Desa Mugimunjuk tersebut, jalannya lumayan sempit, hanya cukup untuk satu mobil dan satu motor. Aku yakin pasti jarang ada mobil yang lewat sini, karena jika mereka berpas-pasan salah satunya harus mengalah.
        Suasana desa inipun juga sunyi dan kurang penerangan, tapi untunglah hujan sudah reda jadi penglihatan si Joko lebih terjaga walaupun gelap. Di samping kanan-kiri kami hanya ada sawah, jika joko salah kemudi sedikit saja, bisa jadi mobil kami masuk sawah. 

“Pelan-pelan Jok, lihat dengan teliti jalannya.” Ujar Sarip.
“Iya ini aku juga lagi konsentrasi.” Jawab Joko.

(Jegluk..,jegluk..)
(Tiba-tiba mobil kami tidak bisa jalan)
“Wah kayaknya ban belakang terjebak lumpur nih.” Kata Joko sambil berusaha mengegas mobil.
“Jadi kita turun nih.”Kataku.
“Ya turunlah kambing.., kamu mau sampai pagi disini.” Jawab Joko.

          Saat kami bertiga turun dan mengecek ban belakang. Dari arah kejauhan terlihat seorang anak muda mungkin masih SMP, dia mengendarai sepeda onthel tua sambil memegang senter. Dia melambatkan sepedanya saat sudah sampai ke kami.

“Mobilnya kenapa mas.” Kata anak itu ramah.
“Ini dek mobilnya terjebak di lumpur.” Jawabku
“Sini saya bantuin mas.” Tawarnya.
“Oh monggo dek..,” Jawabku senang.
“Sudah, mas bertiga masuk aja ke mobil, biar saya aja yang dorong dari belakang.” Sambungnya lagi.

        Aku, Joko dan Sarip saling bertatapan. Namun Sarip memberi isyarat ke kami agar menuruti perkataan anak tersebut. Saat didalam mobil, Joko memberi aba-aba pada anak itu melalui jendela kemudi.

     Dan sungguh mengejutkan, cukup dengan sekali gas mobil kami langsung terbebas dari lumpur. Joko pun turun dari mobil untuk berterima kasih pada anak tersebut. Namun anak tersebur sudah mengemudikan sepedanya jauh dari kami. Jokopun buru-buru masuk ke mobil dan mengatakan;

“Tuh anak manusiakan, kok cepet banget sudah jauh dari kita.” Kata Joko merinding.
“Iya, masak anak seumuran itu bisa mendorong kuat mobil kita, dan hanya sekali dorong.., kita bertiga aja belum tentu kuat dalam sekali dorong.” Jawabku menimpali omongan Joko.

Sarip yang dari tadi diam, memotong pembicaraan kami,

“Sudah nggak usah ditanggapi, sekarang kita jalan aja, ini hari sudah masuk tengah malam.” Jawab Sarip memutus obrolan kami.

Bersambung. 


INDEKS;
SEKOLAHKU DI MALAM HARI "PART 1"
SEKOLAHKU DIMALAM HARI PART 2
SEKOLAHKU DI MALAM HARI "Part 3" [SAMPAI TAMAT]
KHUSUS "MEREKA"
DUSUN BUTENG "Part 1"
Diubah oleh nightstory770 04-01-2020 14:36
Kurohige410
NadarNadz
nona212
nona212 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
4.8K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
jrieAvatar border
jrie
#23
ini nyata atau piksi, bre? emoticon-Malu
0
Tutup