masternagatoAvatar border
TS
masternagato
HATI MALAIKAT DARAH IBLIS (POSITIF HIV AIDS)

Bissmillah.
Assalamualaikum.

Nb: kontak bbm berubah: 5AB07E99
Wa:08128886670
Line:
@masternagato

mas ter nagato proudly Present
HATI MALAIKAT DARAH IBLIS
’BLACK WORLD’

DISCLAIMER

1. sangat dianjurkan mencopy dan memperbanyak. Share kepada dunia tulisan busuk ini! (kayanya lebay banget sih?)
Ijin atau tanpa seijin dari penulis (buat ane sah-sah aje)
pelanggaran hak cipta akan dikenakan sanksi sesuai dengan hati nurani lau sendiri.
.
2. Kisah dalam cerita ini adalah fiksi belaka kalau ada kesamaan nama, tempat atau kejadian itu cuma kebetulan semata.

Selamat membaca tulisan busuk ini!

*******

Petunjuk arah baca HD
Kalo membaca tanda:
*******
Berarti pergantian waktu, bisa tempat, tokoh.
Atau bisa tokoh sama waktu dan tempat berbeda?
Bisa aja cuma di alam mimpi!
Kalo membaca tanda:
-------
Ini menandakan hari yang sama.
Bisa berbbeda waktu, berbeda tokoh, berbeda tempat, tapi tetap dihari yang sama.
Bisa juga menunjukan kelanjutan alur cerita!
*******

soudtrack: Eminem Not Afraid

Langsung update add line:
@masternagato
Pin bb: 5AB07E99

WhatsappBrother-sister
Jangan lupa
emoticon-army
Bikin
emoticon-Bookmark (S)
sekalian
emoticon-Rate 5 Star
emoticon-Malu
Atas saran berbagai pihak.
emoticon-army:
Yang mau memberikan donasi seikhlasnya.

emoticon-Malu
Untuk terwujudnya buku ini
Rekening bank btpn
Kode bank 213

Norek:
90010415858
Rudi hermawan

emoticon-Malu

sedikit sinobsis:
bersetting di tahun 2003.
Rudi kelas 2 SMA.
Masuk ke blackworl, drugs user tingkat dewa.
Menjadi drugs dealer.
Hidup penuh bling-bling,wanita.
Teman-teman yang mengelilingi karena uang.
Dengan time skip.
Rudi yang di tahun 2014.
Sudah berkeluarga,punya anak.
Hidup dengan kemiskinan,tanpa penglihatan,positif HIV?
*******
’HIV AIDS salah satu penyakit paling menakutkan.’
’penyakit kutukan’
’yang terkena tak tertolong!’
’sampah masyarakat’
’jauhi orang-orang sampah itu’
’tak ada obatnya!’
’pasti mati’
dan masih banyak lagi label stigma yang menempel!
Yang berpendapat sama dengan stigma di atas!
Monggo jangan di teruskan membaca.
Why..?

Guest what?
Yang nulis HIV+
emoticon-Thinking
jadi harus di jauhi.. Nanti ketularan.
emoticon-Hammer2

emoticon-Ngakak (S)
warning 16+ only.
emoticon-army
Minimal SMA kelas satu boleh lanjut baca, wajib malah!
emoticon-Roll Eyes (Sarcastic)

"Ini nyata gan?"
"terserah.! Anggap aja fiksi"
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
AIDS (Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome)
ane nulis ini biar bro-sis mikir sejuta kali!
Untuk tenggelam di blackworl,sex,drugs.
Dan buat yang sudah terkena!
Bangun! Bangkit! Kembalikan warna hidup lo sebelumnya.
Gak ada yang mau bertemen ama lo?
Minder?
Sekeliling lo penuh kepalsuan?
Takut? Trauma?
Sumpah demi Allah

Ane siap kapan aja jadi best friend forever!
Melewati semua cobaan yang ane anggap adalah pujian dari Allah
ane bukan siapa-siapa.
Cuma orang buta pengangguran kelas berat.
Bermodalkan laptop jadul dengan pembaca layar.
Dengan tetesan darah, dengan gerimis air mata.
Dengan sepenuh hati..
Berharap kejelekan ane jadi kebaikan lo.
Kesedihan ane menjadi kebahagiaan buat lo.
Salah langkahnya ane menjadi jalan buat lo.
Penyakit ane menjadi kesehatan buat lo.
"kenapa pemeran utamanya Rudi sama ama agan?"
"habis gak ada yang lebih bagus dari Rudi, yang lebih mahal banyak!"
emoticon-Hammer2
harapan utama ane. Menurunkan tingkat HIV AIDS walaupun cuma beberapa %
setidaknya menghambat kecepatan tingkat HIV AIDS yang menggila setiap detiknya.
Harapan ke dua.
Tentu saja tulisan ini jadi sumber penghasilan ane!
Gak ada yang bisa ane lakuin selain nulis!
Setiap hari bini kerja nyari nafkah!
Bayangin perasaan ane yang cuma enak-enakan dirumah!
Asli mending tusuk ane gan.. Daripada ane ngerasain ini setiap hari.
emoticon-Frown
emoticon-Mewek
stop!
Ane gak minta di kasihani.
Tapi ane berharap buat agan-sista bantuin nerbitin tulisan ane ini.
Kendala ane di modal gak ada!
Boro-boro buat publish keseharian ane juga susah.
Ngiklanin rumah buat modal di fjb.
Ampe capek nyundulnya belum ketemu jodohnya tuh rumah.
Entah kenapa ane yakin aja kalo ini jadi novel, pasti laris.
emoticon-Hammer2
impianya sih kalo jadi novel.
Taruh di sekolahan, yayasan narkoba atau HIV AIDS.
Taruh dirumah sakit tempat HIV AIDS.
Kalo bisa di toko buku apalagi.
Yah cuma harapan.
Mudah-mudah dikabulkan allah, aamiin.

dan agan sista ada yang tertarik.
Apalagi dilirik penerbit.
"kenapa gak langsung ngirim ke penerbit gan?"
"karena tulisan ane,ane ngerasa berantakan perlu di poles.. Perlu ada yang ngeditorin.
Penerbit mana mau nerima tulisan mentah ane!"
emoticon-Mewek

"emang tulisanya udah tamat gan?"
"boro-boro,. Males-malesan nulisnya. Kalo ada yang nerbitin tuh! Baru semangat"
sebetulnya sih tokoh utamanya bukan cuma Rudi.
Banyak tokoh utama lainya.
Termasuk pembaca ane sebut tokoh utama juga disini.


cerita ini agan-sista
Bakal nemuin 3type orang HIV
emoticon-army

Ini pakai pengamatan ane sendiri dan bahasa ane seadanya:
Jadi gak bakal ketemu kalo search di google.
emoticon-Ngakak (S)

emoticon-Hammer2

1: saver: orang yang terkena HIV dan sadar akan HIVnya!
2. Invite: orang terkena HIV tapi dendam!
Dan membahayakan orang lain.
Menyebarkan HIV ke orang lain!
Biasanya faktornya adalah type invite ini terkena HIV tapi gak terima!
Masih bisa disadarkan type yang ini.
3. Zero: orang ini terkena HIV tapi ia gak tahu!
Ini yang paling berbahaya!
Ia gak tahu.
Yang terkena gak tahu!
Semua gak tahu.
Tahu-tahu pada kena HIV.

Sedikit saran dan percobaan buat agan-sista.
Supaya lebih bersyukur atas nikmat Allah
Kalo agan-sista di rumah sendiri.
Terserah mau malem boleh, siang juga boleh.
Coba lakuin kegiatan sambil di tutup pake apa aja matanya.
Sejam aja coba rasain.abis itu agan-sista renungin.
Seberapa nikmat Allah yang diberikan.
Banyak yang nyoba saran ane ini.
Nanti pandangan agan-sista berubah, setelah melakukan percobaan di atas.
emoticon-Shakehand2

Index setelah pariwara berikut ini:yang mau bergabung di FHD (fans hati malaikat darah iblis)
Invite pin: 5AB07E99

Mau memberikan donasi silakan
Rekening btpn.
Kode bank 213
Norek:
90010415858
Atas nama Rudi hermawan

Call/sms/whatsapp:
08128886670
Update add line:
@masternagato

selamat membaca
emoticon-Selamat
HATI MALAIKAT DARAH IBLIS
’BLACK WORLD’
Mau membeli buku ini?

Mau memberikan donasi untuk membantu tulisan ini
:thubup
Menjadi novel
emoticon-Malu

emoticon-Malu
"apa yang didapetin kalo ngasih donasi gan?"
"gak ada! Ente dapet ucapan terimakasih sedalamnya dari lubuk hati ane!"
emoticon-Mewek
Mudah-mudahan dengan donasi gotong royong seikhlasnya.

Bisa menerbitkan tulisan busuk ane.
aamiin..
Bisa di bilang ini sumbangan lebih tepatnya kale
emoticon-Malu
Rekening btpn.
Norek:
90010415858
Rudi hermawan.


DAFTAR ISI:

Update langsung ad line:
@masternagato

BAB1: KABUKI

BAB2 BAGIAN1: PENGANTIN KOPLAK

BAB2 BAGIAN2: PENGANTIN KOPLAK



BAB SIDE STORY: PENCARIAN SAHABAT 12 TAHUN

BAB3 BAGIAN1: TULISAN BERBICARA

BAB3 BAGIAN2: TULISAN BERBICARA

BAB4 BAGIAN1: OTAK MAFIA
BAB4 BAGIAN2: OTAK MAFIA

BAB5 BAGIAN1: PRODUK GAGAL

BAB5 BAGIAN2: PRODUK GAGAL

BAB6: SAVE HOUSE



BAB7: OTAK ATIK



BAB8: TEKAD BLENDER



BAB9 BAGIAN1: EMOTION



BAB9 BAGIAN2: EMOTION


BAB WARNING: WAJIB BACA


BAB WARNING: WAJIB BACA



BAB10: LATIHAN MEMBUNUH

BAB11 BAGIAN1: UNDER THE INFLUENCE



BAB11 BAGIAN2: UNDER THE INFLUENCE



BAB : warning2: galaw gak penting!



BAB12 BAGIAN1: CANDIED MANGO MISERABLE



BAB12 BAGIAN2: CANDIED MANGO MISERABLE



BAB13: NGENES AWARDS



BAB14: TULISANKU ATAU KELUARGAKU

BAB15 BAGIAN1: HEY MAN



BAB15 BAGIAN2: HEY MAN



update FHD16: koberlaw



BAB16 BAGIAN1: RIP



BAB16 BAGIAN2: RIP




BAB WARNING3: PETUNJUK ARAH



BAB17 BAGIAN1: LOVE NOTES FOR MY DRUGS



BAB17 BAGIAN2: LOVE NOTES FOR MY DRUGS



BAB18 BAGIAN1: POCONG VS KUNTILANAK



BAB18 BAGIAN2: POCONG VS KUNTILANAK



BAB19 BAGIAN1: FROZEN HEART




BAB19 BAGIAN2: FROZEN HEART



REHAT



BAB WARNING4: FHD LEGOWO


BAB20: MENGECOH HITUNGAN LANGIT



BAB21 BAGIAN1: BIG MOM



BAB21 BAGIAN2: BIG MOM



BAB22: SATU TITIK X SEPULUH=SEPULUH



BAB23 BAGIAN1: FOUR GODFATHER




BAB23 BAGIAN2: FOUR GODFATHER



BAB24 BAGIAN1: ROLLER HEARTS




BAB24 BAGIAN2: ROLLER HEARTS



BAB25: VIRGIN SEGAW


BAB26 BAGIAN1: MASIH HIJAU

BAB26 BAGIAN2: MASIH HIJAU



BAB27 BAGIAN1: FIRST JACKPOT



BAB27 BAGIAN2: FIRST JACKPOT


BAB28 BAGIAN1: FOR SENTIMENTAL REASON


BAB28 BAGIAN2: FOR SENTIMENTAL REASON

BAB28 BAGIAN3: FOR SENTIMENTAL REASON


video zamirah monster kecil


wait yo!
IN PROGRESS
emoticon-I Love Kaskus
emoticon-I Love Indonesia
Kontak:

WA: 08128886670

Pin bbm: 5AB07E99
line:
@masternagato

Twitter: @masternagato
Diubah oleh masternagato 24-03-2017 15:20
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
255.9K
1.1K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
masternagatoAvatar border
TS
masternagato
#1084
BAB26-2
HATI MALAIKAT DARAH IBLIS
BAB26-2:
MASIH HIJAU
SUMBER:
www.masternagato.com
"Eh, bang'sat! Banyak nanya lo!
Kelas berapa sih lo? Kok gue di kelas tiga gak pernah lihat lo pada!" bentakku garang.
"So, sory..
Cabut yuk ke arah lain kali larinya ..." ucapnya jiper.
Hem, antara kelas dua atau kelas satu kali tuh anak?
Ah, bodo amat!
"bang, es jeruk satu, woi dah aman sekarang." ucapku, menepuk bahu.
"Ma.,, makasih ya.." sahutnya tergagap, memegang luka dikepala.
"Lumayan juga luka lo? Bentar gue beliin betadin." Kataku prihatin, memegang kepalanya.,
walau tak begitu parah mulut lukanya, tapi bercak darah sekitar kepala cukup menakutkan.

Tanpa menunggu jawaban, aku berjalan ke warung, membeli perban, betadin, kapas, serta handyplast.
Dengan kapas yang sudah dilumuri betadin, aku menutulkan kapas pada luka di kepalanya.
Mengeluarkan seluruh kemampuan; membalut perban, sembari mengingat kegiatan Pramuka yang jarang kuikuti.
"Nah selsai dah ..." kataku bangga dengan hasil karyaku.
"diminum dulu jeruk lo man."
"...I ...ya" jawabnya, memegangi perban yang membalut seluruh kepala.
"Kok, gua serasa jadi Mummy ya?"
"itu teknik paling tinggi tau! Gak bakal ada yang bisa nyamain balutan perban gue." kataku menenangkan.
Redaya dibuat; ketawa tak bisa, marah tak sanggup. Bagaimana ia bisa protes? Ada orang mengobati lukanya--walau kepalanya sekarang lebih jelek dari Mummy.
"Sokap nama lo man?" tanyaku, mengambil rokok.
"rokok nih, santai aje ... Gak usah tegang man."
"Gua, Redaya...," jawabnya mengambil rokok.
Aku membakari rokoknya.
"...thanks."
"Gue Rudi," ucapku, baru merasa geli dengan perban dikepalanya.
"Ngape lo bisa dikejar-kejar? Batik lo... Gak pernah gue liat-kayanye. Rokum lo dimane?"
"Gua dari Jaya Bening...," sahutnya, rada ling-lung.
"tadi gua abis nganterin cewek sampe lampu merah ... Turun ... Trus gua dipalak," kesal bercampur malu ia menuturkan pelan.
"yang malak gua batik coklat..., tau-tau banyak lemparan batu! Gua lari, eh? Malah jadi banyak yang ngejar ... Yang ngejar gua batik hitam." ia melirik sekejap ke batikku.
aku menjadi pendengar yang baik, awalnya hanya mendengar sepintas lalu; karena aku lebih focus membaca komik GoldenBoy ... Tapi lama-lama aku mendengarkan dengan serius.
Buset? Apes amat nih orang? Dipalak, dikejar pasukan konyol...
"Jaya Bening? Dimana tuh? Trus cewek yang ama lo mane?"
"...pas dipalak, udah gua anter tuh cewek. Kalo Pondok Gede lo tau?"
"Oh? Asrama gue dulu deket Pondok Gede," sambarku, terkenang Ricky kambing dan Irsan boele.
"Asrama? Maksudnya?" tanyanya bingung.
"Pesantren, gue pernah jadi santri setahun... Jauh juga lau maenye? Pondok Gede kesini-kan dari ujung-ke-ujung?" jawabku tertawa malu.
Sungguh gagal total orang tuaku sengaja nyekolahin di Pesantren; supaya jadi orang bener.
Orang bener? Perasaan sebelum masuk asrama udah bener? Tapi kalau dipikir-pikir lagi? Memang saat di asrama aku rada bener--kenapa pas keluar jadi koslet begini?
Gelas soda susu yang kedua sudah hampir habis, menemani obrolan kami.
"Sekarang pasti udah pada selsai main perang-peranganya, jadi lo aman. nih buat ongkos lo balik," kataku, memberikan rp20.000. Sambil mengucapkan terima kasih ia menerima dengan baik.
Aku membayar soda susu, es jeruk; kami berdiri mau meninggalkan warung.
Aku berjalan didepan, baru beberapa langkah; melihat kebelakang? Rada bingung aku, melihatnya terhuyung-huyung mau jatuh.
Aku menahanya, memegangi, tanpa tau harus berbuat apa?
"Wets? Ngape lo man? Mabok lo," tanyaku, memapahnya kembali duduk.
"eh, ngape lo?" tanyaku lagi, khawatir melihat wajahnya yang pucat.
"Ga... Gak tau... Kepala gua ... Tau-tau sakit." Keluhnya, memegang kepala.
Sialan? Kepala nih orang sakit? Kenapa juga aku ikut-ikutan pusing jadinya.
Bisa aja belagak cuek; ninggalin--tapi kok rasanya gak enak ya?
Kalau nemenin terus juga rasanya merepotkan? Begini nih jadinya, kalo kebanyakan ikut campur urusan orang; pusing sendiri.
Mending kuajak kerumah, sampai rumah baru mikir lagi baiknya gimana.
"Lo ikut aje ke rokum gue," kataku berusaha santai.
"deket kok, paling cuma lima belas menit sampe... Ntar sampe rokum gue, lo bisa nelpon keluarga lo minta jemput... Gimane?"
"Jadi ngere..."
"Take it easy man, gak ada yang repot ... Malah kalo gue nemenin lo disini, itu baru namanye lo ngerepotin gue." Tukasku cepat, memotong ucapanya.
ia mengangguk lemah, melihat mukanya yang pucat; jangan-jangan gegerotak lagi nih orang!
Tak perlu makan waktu lama untuk menemukan Taksi,di sekitar jalan utama; padat kendaraan berlalu-lalang di lampu merah Cengkareng.
"WOOI! Boerju! Mau kemana lo?" teriak Akri-berlari mendekat.
"Mau baliklah gue," sahutku datar, hati-hati memayang Redaya masuk Taksi.
"ngape emang Ri?" tanyaku, menutup pintu.
"Gak,ngapa-ngapa" sahut Akri menggoyangkan tangan.
"anak-anak lagi pada nokip, disono..." ia menunjuk Halte.
"lo mau ikut gak?"
"gak, gue mau balik"
"siapa yang didalam Taksi?" bisiknya, curiga-menatap kaca Taksi.
Aku menepuk bahunya, memberi sisa rokok beserta bungkusnya.
"Besok, gue jelasin Ri." kataku tanpa menunggu jawaban-masuk Taksi.
"ke Komplek Newgardenia pak." pintaku pada supir Taksi.
Ia mengangguk, hening; hanya suara radio komunikasi berbunyi setiap beberapa menit menemani perjalanan kami.
"Boerju? Panggilan lo?" tanyanya, setengah terpejam.
"Ah, yoi! Panggilan lama." sahutku rikuh, menunjukan gelang di tanganku--; kubuat sendiri dengan tali prusik, simpulnya kupelajari dari saudara yang biasa naik gunung.
Kesanya kalo pake ini serasa jadi anak gunung? Padahal belum ada gunung yang kudaki selain twins air-bag mountain tentunya.
Di tengah-tengah gelang, kumasukan aksesoris alfabet berbentuk dadu; ada enam buah--kalau diurut dadu ini bertuliskan: ’B-O-E-R-J-U’
"Kerenn...," pujinya.
"yoi!" sahutku bangga-rasanya mengeluarkan asap naga dari hidung.
"tapi norak... Tapi keren" timpalnya tawa lemah.
"Sialan lo." sahutku tertawa, ingin rasanya melempar ia keluar dari Taksi.
"Oh ya! Lupa gue," kataku menepuk jidad dengan komik. Merogoh tasku.
"nih, coba lo telpon keluarga lo." kataku tak sabar, ingin rasanya cepat-cepat terlepas dari kerepotan yang kubuat sendiri--memberikan HandPhone (NOKIA 8210) padanya.
-------
“APA LO BILANG!? Dipalak? Dikeroyok? Pala lo luka!?” teriak Meidina khawatir.
“I... Iya k, ada orang nolongin gua, jemput gua k Mei, pala gua sakit pas mau balik sendiri tadi...”
“YA! YA! Gua jemput! Ya ampun Reda, untung lo gak apa-apa... Mana alamatnya?”
-------
Redaya memberikan alamat atas petunjukku; melihat matanya yang berkaca-kaca? Kurasa bukan karena ia cengeng? Entah kalau aku menjadi dirinya? Dikejar-kejar pasukan konyol penikmat pil anjing! Mungkin air mata bukti dari rasa syukur selamat dari ambang maut?
Aku meremas perlahan bahunya."Santai man," kataku perlahan, melihat jalan; sudah memasuki komplek.
"bentar lagi sampe..." Hiburku, memberi petunjuk jalan pada supir Taksi.
Membayar Taksi, melihat Siti yang tercengang melihatku membawa Mummy.
Tiga kuli bangunan sedang santai di teras, menikmati kopi dan gorengan.
"Kamar gue, udah jadi Sit?" tanyaku cuek-atas keherananya melihat Redaya--; sambil mengangsurkan tas.
"Oh... Udah di cat biru semua, tinggal nungguin Rudi..." sahut Siti, mengambil tas.
"Nungguin gue?" sahutku alis berjengkit, tetap memapah Redaya berjalan.
"Boerju... Dah gua dah mendingan kok... Bisa jalan sendiri gua."
"Yakin lo man?" tanyaku masih khawatir--kembali menatap bertanya pada Siti.
"Rud, gua nungguin lo dulu, itu papan-papan yang buat rak komik mau dijejer dimana?" kata Qinoy (25 tahun" menyeruput kopi.
Semenjak kejadian kecelakaan motor--ditolong kuli bangunan; hampir semua kuli bangunan di komplek ini kukenal. Berteman dengan mereka membuatku mengerti; hidup itu keras untuk membeli setitik beras.
Salah satunya Qinoy yang cukup dekat denganku, kadang kami suka nongkrong menenggak Vodka, dirumah kosong yang belum selesai pembangunanya.
Sengaja saatku bosan, mau mengganti suasana kamar dengan warna biru dongker.
Aku menyarankan Qinoy pada ayahku, untuk merombak kamarku.
Walau terkadang aku masih suka jengkel, mengetahui Qinoy yang masih suka pil anjing? Biar semangat kerja katanya?
Peduli setan! Yang jelas sudah kuperingatkan ia tak boleh; dekat-dekat pil anjing, saat kerja dirumahku.
"Hah? Gimane lo Noy? Perasaan sebelum berangkat sekolah udah gue jelasin tadi! Pasang jejer dua disetiap dingding" sahutku keki setengah geli.
"Lah? Lo ngomongnya kecepetan! Gua belon ngarti lo udah kabur! Dah abis ngaso gua langsung kerjain." Grutu Qinoy, mulut penuh bakwan.
"Au ah gelap," jawabku dongkol, mengambil gorengan."Sit, beli rokok gih, man! Ayo masuk." kataku menggigit gorengan, mengajak Redaya masuk.
Melihat kamar seperti kapal pecah? Aroma cat menyengat; menusuk hidung.
kasur, meja, semua barang bergeser ke tengah.
Koran berserakan bekas tatakan tetesan cat. Kaleng cat, kuas, masih berserakan di lantai.
Yang paling membuatku terhibur dari keadaan kamarku yang berantakan; cat biru dongker yang sudah selesai dan tiga sofa baru masih terbungkus plastik! Aku masih ingat ayah menggeleng saatku meminta sofa ruang tamu, dipindahkan beberapa ke kamar!
"Lagi di rombak kamar lo?" tanya Redaya,menyadarkanku yang lagi menikmati sofa baru.
"Ampe lupa gue, ada lo?" sahutku berdiri.
"yah cuma cari suasana baru... Lo santai aje dulu disini... Anggep aje rokum sendiri, bentar gue ambilin minum." kataku berlalu, meninggalkanya dikamar.
Berjalan ke dapur, mengambil gorengan--membuka kulkas--mengambil dua kaleng Coca-cola.
"ini rokoknya Rud..." ucap Siti, memberikan rokok.
Mulut menggigit gorengan, tangan kanan megang kaleng Coca-cola, tangan kiri mengambil rokok.
"sofa kapan datangnye Sit?" tanyaku tak jelas-mengunyah gorengan.
"baru tadi siang dianter, kata bapak di telpon, suruh di taro di kamar Rudi"
tak memberi komentar, aku hanya tertawa dengan gorengan dimulut. Kembali ke kamar; betapa terperanjat aku? Ternganga (gorengan sampe jatuh dari mulut) melihat Redaya memegang bong yang kusembunyikan? Sekarang berada ditanganya.
"Eh, so... Sory, gua lihat ada plastik disini..." ia menunjuk plastik disamping sofa; tadi aku juga lihat plastik itu tapi tak memperhatikannya.
Aku melemparkan kaleng Coca-cola ke tanganya, tadi aku masih santai mengira ia geratakan-menemukan bong yang kusembunyikan!
Tapi sekarang baru aku ngeri ... Siapa orang yang merapikan peralatan setan ini kedalam plastik?
Berusaha keras mengurangi debaran jantung yang melonjak-lonjak, tenggorokan susah menelan serasa ada kodok bangkong dalam tenggorokan.
Menarik nafas dalam-dalam--membungkuk--mengambil gorengan di lantai--memeriksa plastik.
"Biasa man, kalo iseng main-main olahraga blebeg-blebeg." kataku makan gorengan--; beralasan taktis; kalau ia user pasti mengerti, kalau tak paham? Tinggal kutambal alasan ngarang lainya.
"Oh, kalo k'k gua jarang nyabu,k'k hobinya olahraga mompa darah-hampir setiap hari malah." Sahutnya santai, mengembalikan bong.
Aku serasa jadi pesulap jalanan; beraksi didepan David Copperfield! Sial! Olahraga mompa darah? Maksudnya apa sih?
"Oo... Lau sering make juga?" tanyaku mengambil rokok, berlagak ngerti ucapanya.
"Gak juga sih..." sahutnya menggeleng.
Huh iyalah, tampang anak kemaren sore bisa apa sih? Rasa percaya diriku kembali menggelembung.
"...tapi kalo ngubas kadang-kadang gua masih dikasih k'k gua. Kalo wakap doang gua gak dikasih, pernah sekali-kalinya dikasih ngedrag--kalo cucao gak pernah dikasih gua." jelasnya, mengambil rokok.
Sangking bingungnya aku menghisap rokok yang belum kubakar.
Melihat mukanya yang heran melihat tampang bodohku; yang seperti habis melihat monyet bisa terbang! Siaal! Wakap? Ngedrag? Cucao? Bahasa planet mana tuh?
Menahan jengah, dibakar rasa ingin tahu yang lebih besar, aku bertanya langsung.
"Wah man! Mainan lau ketinggian, gue belon sampe sono," kataku berlagak cuek, membakar rokok.
"wakap? Barang apaan tuh?" tanyaku penasaran.
Ia tertawa ringan; monyet nih anak, malah ketawa? Ngajak ribut apa?
"...wakap maksudnya make pe'te." sahutnya singkat.
Apaan? Pe'te saudaranya jengkol? Fuck! Terasa bener kalau beda pengalaman! Dikasih penjelasan tetap saja aku masih bingung? Ah dasar kebanyakan gaya; dasar akunya yang masih hijau.
Bersambung...
Diubah oleh masternagato 08-03-2015 17:51
0