Jahanam Nurani hilang Abu, aku mengabu Menjadi serpih, tersisih Tersentuhku, kau risih Ingat lagi Ingat kembali Sulitkah? Ah, pasti Otakmu sudah pasti tercuci Belajar lagi Bacalah nurani Yang kau sakiti adalah hati Sekali sakit, mati Itu untukmu, jahanam
Sekalian saja mengangkangiku Tinggikan, jatuhkan Tinggikan- jatuhkan Tinggikan - lalu? Sudah? Kau lelah? Tak apa Lakukan lagi Aku terbiasa Aku ini sudah tak berharga diri Kau prioritas, Aku? FORMALITAS!
Detik berdarah, ku ketik ini Menjelang lelah menjemput rezeki Membekali diri dengan kopi Sehisap rokok, sekedarnya Satu menit lagi Ku jalani hari yang biasa Seperti sepertinya Sebagaimana seharusnya Dan, tet Waktuku habis Ketikanku ku akhiri Semangat sudah menghampiri Kerja, kerja, kerja
angin laut lebat pasang surut mendayu-dayu dengan gambaran keindahan sosok aku mengenalnya, dan itu memang engkau dengan seenaknya kau kemari di sela mimpiku, di lelap hari seakan-akan aku takut, bahwa memang kau hanya mimpi
Sekejap aku mengejang Kau dibelakang Memainkan jarimu bagai jalang Kau mematung kaku Sejenak diam lalu berlalu Menghela nafas Maaf, Tak membuatmu PUAS
Pergilah, Berlarilah, Berlalulah, Enyah Hati, Perasaan, Ingatan, Sulit pergi Jadi, Pergilah, Berlarilah, Berlalulah, Ke tempat, entah
Kenapa memaki Aku hanya bermain Acuh kau suka, tidak Kau bonekaku Cukup diam, Liat saja caraku merajam, Kau babu, dan aku tuanmu he he he
Jangan baik, Jika baikmu hanya berkobar Sebentar besar, sesaat mati Dan baikmu sekarang, Hanya selayak arang Tak mungkin menyala lagi
Jauh Terlampau jauh Bagaimana aku mengejar Sedangkan angin menerbangkanmu tinggi Sedangkan bumi menjagaku tertapak Tinggi Terlampau tinggi Bagaimana aku meraih Sedangkan harapan kau tempatkan tinggi Sedangkan aku sekali lagi tertapak, membumi Aku Terlampau aku Sulit menjadi kau Sedangkan aku engga
Kulempar sauhku jauh, Berharap jangkar kekar mengakar Urung pergi, Perlahan menepi, Menyimak lagi Hingga habis sebatang ini
Jangan tanyakan muara, Jangan tanyakan darimana Jangan tanyakan dimana Jangan... Diamlah saja Akhiri saja dahulu, Akhiri saja rindu ini dahulu Kita hidup dalam tirani Diantara nyawa dan mati Jadi, jangan... Jangan tanyakan.. Datanglah saja, Akhiri saja rindu ini dahulu
Kau haruslah diam, Dengan ikhlas, diamlah Biarkan aku dan egoku Terima saja, biarkan aku dengan hidup dengan luasku Kau harus tahu, Jika tak tahu, carilah tahu Aku katakan kau bodoh, jadi carilah tahu Agar aku sempurna bersamamu Kau harus ikhlas, Biarkan aku dengan pintarku mengajarimu Biarkan aku
Kau haruslah diam, Dengan ikhlas, diamlah Biarkan aku dan egoku Terima saja, biarkan aku dengan hidup dengan luasku Kau harus tahu, Jika tak tahu, carilah tahu Aku katakan kau bodoh, jadi carilah tahu Agar aku sempurna bersamamu Kau harus ikhlas, Biarkan aku dengan pintarku mengajarimu Biarkan aku
Berlalulah, Jangan tinggalkan kenangan Sedikitpun jangan Tolong jangan Aku tak mengenalmu lagi, Standar bahagiamu terlalu tinggi Aku tak mampu melampaui Yang aku sedihkan hanyalah mengapa kita bersama Saat berjalan, nyatanya kita beda
Menulis lagi, Aku yang menulis lagi Tanpa kuberfikir kutulis lagi Terulang-ulang Begitu seterusnya Menerima lagi, Aku yang menerima lagi Semuanya biarkan aku terima Aku ikhlas, Tanpa tapi Aku hanya menulisnya lagi Apa yang aku terima, biarkan aku menulisnya Membalas?, bukan aku Biarkan aku diam d
Matahari diantara senja Tampak biasa, nanar saja Aku yang tak biasa Menerima luka tiba-tiba Mahari ini, tujuh tahun lalu Aku bahkan melupakanya Pandanganku hanya padamu Terus begitu, hingga hari ini Matahari ini, dua tahun lalu Hangatkah? Aku lupa rasanya Karena hangat hubungan kita Cincin sudah
Aku menepi Menghindar Menjauh Meninggalkan muaraku Aku pergi Kau memaksaku kembali Kau sia siakan Meninggalkanku mati sendiri Aku tak terima Harapan kuangkat tinggi Membuatku menyala, berapi api Kau redupkan, kau buat itu hanya mimpi Aku... Sudah, Selesai sudah Menangis ditepian Bersama sisa ha
Menikmati detik-detik Saat malam perlahan angkat kaki, undur diri Bersama secangkir kopi, sebatang rokok terakhir Bersama bayangan kenangan samar Darimu, Jika diingat, Kenangan darimu tak banyak Seperti, Hanya jelaga tersisa dari setiap batangku Jika diingat, Hadirmu tak ubahnya mimpi Yang hil