Hi Gan & Sist
tau kan Pasar Ular yang ada di Jakarta Utara?, salah satu ikon Tanjung Priok era 2000-an, kini mulai terlupakan. Pasar yang terkenal dengan barang-barang vintage dan harga yang ramah di kantong ini dulu ramai dengan tawar-menawar dan keramaian anak muda. Namun, sejak tahun 2018 hingga sekarang, Pasar Ular mulai sepi.

Pasar Ular ini dinamai karena cerita masa lalu saat Jakarta masih bernama Batavia. Ketika itu Batavia masih banyak binatang buas yang tinggal di rawa-rawa, seperti buaya hingga ular.

Tetapi ada juga yang menyebut nama Pasar Ular berasal dari barang-barang di tempat itu yang berasal dari selundupan. Karena itulah para pedagang dan pembeli halus licin dalam jual-beli layaknya ular.

Sementara itu pada 1973, ada sekitar 85 kios di Pasar Ular dan Pasar Buaya yang digusur. Hal ini karena ulah camat setempat yang kemudian menjadi staf walikota. Karena itulah sejak 1969, Pasar Buaya berada dalam pengawasan PD Pasar Jaya.

Pasar Buaya kemudian lenyap, hanya tinggal Pasar ular yang sekarang berada di dua tempat, yakni Pasar Ular di Kebon Bawang dan Pasar Ular di Plumpang. Kedua Pasar Ular ini memiliki ciri khas tersendiri.

Kini, Pasar Ular yang dulunya tenar dengan barang-barang merek terkenal dan barang-barang vintage, mulai ditinggalkan oleh konsumen. Semakin banyak orang yang beralih berbelanja secara online, membuat Pasar Ular kehilangan pesonanya. Para pedagang seperti merasakan dampaknya secara langsung. Mereka berharap adanya perhatian dari pemerintah dan adanya promosi agar Pasar Ular bisa kembali bergeliat seperti sebelumnya.

Sebagai konsumen, kita juga dapat memberikan dukungan dengan mengunjungi Pasar Ular dan berbelanja di sana. Kita bisa menemukan beragam jenis barang mulai dari sepatu, jaket, kaos, celana jeans, ikat pinggang, dompet, jam tangan, kacamata, hingga parfum. Selain itu, kita juga dapat merasakan pengalaman berbelanja yang berbeda dan menikmati nuansa pasar yang khas.