dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Suara GMIM ke Prabowo-Gibran atau Ganjar-Mahfud?
Suara GMIM ke Prabowo-Gibran atau Ganjar-Mahfud?
 12 January 2024

 

KETIKA banyak kalangan di Indonesia selalu membahas suara Nahdatul Ulama (NU) akan memilih siapa Calon Presiden dan Wakil Presiden-nya, maka di Sulut orang bertanya, suara GMIM akan  kemana?
GMIM adalah salah satu gereja terbesar di Indonesia, yang memiliki umat hampir 1 juta di Indonesia. Umatnya tersebar paling banyak di Tanah Minahasa (Minahasa Raya) dan juga punya jemaat di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di luar negeri. GMIM beraliran Protestan dan telah banyak melahirkan tokoh-tokoh Nasional.
Kalau mau jujur di tiga kontestan yang ada, ada dua pasangan yang jadi pilihan utama warga GMIM, yaitu Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud. Sedangkan pasangan Anies-Muhaimin terlihat kurang diminati, tapi mungkin saja dari caleg-caleg di Nasdem atau PKB. Lihat saja di wilayah pelayanan GMIM (Minahasa Raya), hampir tidak ada baliho Anis-Muhaimin.
Yang cukup bersaing dilihat dari alat praga kampanye adalah pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.
Dan karena itu, wajarlah kalau timbul pertanyaan suara GMIM akan memilih siapa. Meskipun sudah ditegaskan oleh Humas GMIM Kombes Pol (Purn) Pnt. John Rori, bahwa GMIM netral dalam Pemilu 2024, tapi warga jemaatnya tentu punya pilihan.
Sebelum ini sempat viral apa yang diungkapkan mantan Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap yang dengan lantang mengatakan, “GMIM berdosa kalau tidak memilih PDI-P…”
Kata-katanya ini menjadi bahan olok-olokkan di media sosial. Kalimat yang dinilai bernada arogansi dari James Sumendap ini memang menunjukkan bahwa GMIM terkesan sudah dikuasai PDI-P.
Maklum saja, karena di wilayah pelayanan GMIM, Kabupaten dan Kotanya (7 daerah) Bupati dan Walikota-nya dipegang PDI-P. Dimana sebagian besar Bupati dan Walikotanya adalah warga GMIM (kecuali Andrei Angouw, Walikota Manado yang beragama Khonghucu. Meskipun istrinya juga adalah warga GMIM).
Selain itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw juga adalah warga GMIM.
Selain itu Ketua Sinode Pdt. Hein Arina juga dikait-kaitkan dengan PDI-P, karena kedua anak kandungnya (Kristi dan Kim) adalah caleg PDI-P. Hein Arina sendiri memang mempunyai hubungan dengan keluarga Dondokambey, karena anaknya Kristi Karla Arina menikah dengan anak dari Adriana Dondokambey (kakak Olly) yaitu Kevin Lotulung yang adalah Wakil Bupati Minahasa Utara.
Kondisi di GMIM memang banyak kali menjadi sorotan, terutama karena pengaruh politik. Dimana terkesan PDI-P ingin ‘menguasai’ GMIM. Dalam iven-iven gereja seringkali warna merah mendominasi, sehingga tidak lagi bisa dibedakan mana iven gereja dan mana iven partai. Sehingga saya sendiri pernah bertanya, apakah GMIM masih gereja atau sudah jadi partai? Begitu pula pendeta-pendetanya terkesan ada upaya untuk dijadikan “petugas partai”.
Pada tahun lalu, Ganjar Pranowo pernah diundang untuk hadir di Auditorium Bukit Inspirasi (ABI) Tomohon. Yang mengundang adalah Sinode Am Gereja-Gereja Sulawesi Utara dan Gorontalo. Tapi GMIM menjadi sponsor utama, karena BPMS secara resmi mengundang seluruh Pendeta GMIM. Dan anehnya para Pendeta yang datang diabsen. Baru kali ini ibadah pakai absen. Sehingga menimbulkan pertanyaan ada apa dengan ibadah seperti ini?
Baliho “Selamat Datang Ganjar Pranowo” pun dipasang di depan rumah dinas Ketua Sinode GMIM, dan bersebelahan dengan Kantor Sinode selama berbulan-bulan.
Ketua Sinode Pdt. Hein Arina memang wajar mendapat sorotan. Karena dinilai condong kepada warna politik tertentu, dalam hal ini PDI-P. Padahal warga GMIM secara politik  mempunyai pilihan dan warna partai yang berbeda-beda.
Bahkan bila dilihat dari ketiga pasangan calon, Pdt. Hein Arina yang secara emosional berasal dari Langowan, seharusnya mendukung pula calon Presiden yang berdarah Langowan, yaitu Prabowo Subianto. Tapi semua punya kebebasan memilih. Hanya saja diharapkan jangan sampai jabatan gereja dipakai untuk kepentingan politik.
Lalu apakah dengan berbagai pendekatan politik yang dilakukan PDI-P warga GMIM akan mendukung dan memilih Ganjar Pranowo dan Mahfud MD? Belum tentu.
Karena kalau melihat dan mencermati postingan di berbagai media, tampaknya pengaruh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming semakin mendapat simpati warga GMIM.
Dan bukan tidak mungkin mayoritas warga GMIM akan memilih Prabowo-Gibran. Atau paling tidak fifty-fifty. Apalagi makin banyak warga GMIM yang kecewa dengan dominasi PDI-P. Terutama politik dinasti yang sudah lama diterapkan, baik Gubernur, Wakil Gubernur, maupun Bupati dan Walikota dari PDI-P. Dan anehnya lagi, banyak kalangan PDI-P yang menuding Presiden Jokowi melakukan politik dinasti. Padahal PDI-P sendiri sudah lama menerapkan politik dinasti. Mulai dari Megawati Soekarnoputri sendiri dengan melibatkan anak cucunya.
Di kalangan ASN pun banyak yang mengeluh karena begitu besarnya tekanan politik. Seakan-akan kalau bukan ‘merah’, tidak akan mendapatkan jabatan atau kedudukan. Dan yang mendapat jabatan atau kedudukan hanya yang dekat dengan “api”. Apalagi kalau ada kedekatan dengan marga Dondokambey.
Masifnya tekanan politik juga berlaku di kalangan pemerintah desa, mulai dari hukum tua sampai perangkat desa lainnya, sudah disusupi kepentingan politik. Sebelum ramainya Pemilu, para Hukum Tua dan perangkat desa sudah “dibujuk” dengan jalan-jalan ke luar daerah, dengan alasan studi tiru atau studi banding. Meskipun studi itu tidak tahu hasilnya apa. Yang penting sudah ada ikatan politik. Begitu pula pengurus partai merah, dari Pengurus Ranting, Cabang, dan simpatisan, diberangkatkan ke luar daerah. Biaya-biaya keberangkatan politik ini memang perlu dipertanyakan asalnya dari mana, dari siapa, dan pertanggungjawabannya bagaimana?
Lalu sekarang bagaimana dengan Prabowo-Gibran? Banyak yang komentar di media sosial maupun dalam percakapan, apa yang Prabowo sudah bikin di Sulawesi Utara? Pertanyaan seperti ini hanyalah karena tidak suka dengan Prabowo. Karena logikanya, apakah seorang Prabowo Subianto hanya memikirkan Sulut. Karena pertanyaan sebaliknya, apa yang sudah diberi Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan bagi Sulut?
Prabowo sendiri sudah menunjukkan kepeduliannya dengan membangun kembali Monumen Penginjil Johann Gotlieb Schwarz di Kota Langowan, tempat asal ibunya Dora Sigar. Mungkin ada yang sinis, apa artinya sebuah patung?
Padahal artinya sangat dalam. Pertama, ia menghargai apa yang telah dilakukan Penginjil Schwarz yang telah membaktikan dirinya untuk mendidik dan membina orang Minahasa, sehingga sumber daya manusia Minahasa menjadi lebih baik. Itu terbukti penginjilan Schwarz telah membawa banyak jiwa untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan dari Minahasa telah lahir banyak sekali tokoh-tokoh Nasional. GMIM juga lahir dari Penginjilan Schwarz, Riedel dan sejumlah Penginjil lainnya.
Satu hal yang membanggakan pula, Prabowo memiliki ikatan emosional dengan Sulut. Karena bagaimana pun juga ia lahir dari rahim seorang Ibu Kristen yang taat sampai mati. Dan berkaitan dengan identitas dirinya, Prabowo tidak menutup identitasnya sebagai orang Minahasa. Dimana-mana ia mengaku sebagai orang Langowan. Kalau hanya mencari suara untuk kepentingan politik, mengapa Prabowo harus selalu mengatakan sebagai orang Langowan. Karena suara pemilih di Langowan maupun Sulut tidak ada artinya dibandingkan dengan suara di Jawa atau daerah lainnya.
Banyak pula yang mengungkit-ungkit masa lalu Prabowo sebagai penculik, meskipun sudah dijelaskan berkali-kali bahwa tuduhan itu hanyalah politisasi untuk menjatuhkan Prabowo. Begitu pula soal emosional. Mereka tidak tahu bahwa karakter militer melekat di jiwa Prabowo, yang harus tegas dan disiplin. Soal bicaranya yang apa adanya dan ceplas ceplos, dan terkesan keras dan terbuka, karena itu memang karakter orang Minahasa. Karakter Prabowo adalah campuran jiwa militer, berdarah campuran Jawa-Minahasa, dan liberalisme Barat karena ia lama studi di luar negeri. Prabowo memang memiliki kemampuan luar biasa. Bisa bergaul secara Internasional, memiliki kepemimpinan karena karir militernya, punya wawasan luas, tapi tidak lupa jati dirinya, bahwa ia terlahir dari seorang Ibu Kristen asal Langowan.
Prabowo memang pernah terjebak dengan orang-orang intoleran dan radikal, dan itu memang melemahkan posisinya. Dan saya juga secara pribadi pernah menyampaikan, kalau Prabowo ingin mencalonkan diri lagi sebagai Presiden, maka harus menghindar dari kaum intoleran dan radikal. Karena bagaimana pun juga pemilih Kristen di Indonesia cukup besar dan sangat menentukan. Umat Kristen tentu tidak akan memilih calon yang didukung kaum intoleran dan radikal.
Sebagaimana juga pernah dilakukan Ganjar Pranowo yang menunjukkan anti Israel terkait Piala Dunia yang akhirnya batal dilaksanakan. Bagi warga Kristen bila mengutuk Israel maka akan menerima kutuk, dan sebaliknya bila memberkati Israel, maka akan diberkati.
Dengan beberapa catatan di atas, maka warga GMIM diberikan kebebasan untuk memilih.  Apakah Prabowo-Gibran, Ganjar-Mahfud atau Anies-Muhaimin? Selamat memilih pada 14 Februari 2024.

https://cahayamanado.com/nasional/su...ganjar-mahfud/
pilotproject715
adolfsbasthian
toa.sakti666
toa.sakti666 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
263
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan