Sumber Gambar

Saham adalah surat berharga komersial yang memberikan pemegangnya hak atas kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Dengan memiliki saham, seseorang atau badan usaha dapat menjadi pemilik sebagian kecil dari perusahaan tersebut. Saham biasa adalah salah satu jenis saham yang paling umum diperdagangkan.

Saham biasa memberikan hak kepada pemegangnya untuk memilih dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan penting perusahaan. Misalnya, pemegang saham biasa memiliki hak untuk memilih dewan direksi dan memengaruhi kebijakan perusahaan melalui rapat umum pemegang saham. Selain itu, pemegang saham biasa juga berhak atas pembagian dividen atau bagian dari laba perusahaan.

Namun, investasi saham juga memiliki risiko. Nilai saham dapat naik dan turun tergantung pada berbagai faktor seperti permintaan dan penawaran di pasar. Selain itu, jika perusahaan mengalami kerugian atau kebangkrutan, pemegang saham biasa berisiko tidak mendapatkan pengembalian modal yang diinvestasikan.


Sumber Gambar

Rupanya, resiko saham anjlok atau memburuk juga muncul bahkan di saat-saat tidak ada ancaman. Seperti yang belakangan ini terjadi, siapa sangka bahwa pada akhirnya konflik di Palestina dan Israel menjadi salah satu faktor turunnya saham beberapa perusahaan. Hal ini jelas merugikan dan menjadi kabar buruk bagi para pemilik bisnis.

Dua brand yang kabarnya mengalami penurunan saham atau anjlok adalah McDonald’s dan Starbucks. Dilaporkan dari Daily News Egypt, kabarnya kedua perusahaan itu mengalami penurunan saham yang signifikan. Hal ini dikabarkan akibat dari gelombang kampanye boikot terhadap McDonalds dan juga Starbucks yang dianggap mendukung Israel.

Tidak hanya Starbucks dan McD. Saham dari brand lain seperti Pepsi, Dunkin’ Donuts, hingga Netflix juga mengalami hal serupa. Dikabarkan akibatnya masih sama, yaitu adanya kampanye boikot yang terjadi di berbagai negara. Hal ini sebagai bentuk simpati dunia terhadap Palestina dan perusahaan yang diboikot ini dianggap sebagai suksesor dari serangan Israel ke Gaza.


Sumber Gambar

Di Indonesia sendiri, kampanye boikot ini bisa dibilang cukup masif di sosial media. Banyak seruan untuk memboikot berbagai produk. Tak hanya menyarankan boikot, mereka juga memberikan alternatif lain yang dianggap tidak mendukung Israel. Tak hanya di sosial media, di lingkungan nyata pun aksi demo dan unjuk rasa banyak digelar oleh masyarakat.

Bahkan salah satu gerai restoran McD di Palu Sulawesi Tengah jadi sasaran demonstrasi masyarakat yang membela Palestina. Bahkan di internet, banyak yang membagikan video hingga foto yang menunjukkan kondisi McDonalds yang sepi. Dinarasikan bahwa sepinya restoran fast food itu karena boikot yang dilakukan masyarakat. Rupanya, narasi seperti ini cukup berpengaruh di masyarakat.

Dalam hal ini, penting untuk menyadari bahwa boikot terhadap produk-produk tertentu dapat memberikan dampak ekonomi terhadap perusahaan yang terkena dampak. Namun, Kemenperin sebagai pembina industri nasional, tidak berada dalam posisi untuk mendukung atau menolak gerakan ini. Ranah Kemenperin adalah menjalankan kebijakan-kebijakan yang mendukung produktivitas industri.


Sumber Gambar

Secara keseluruhan, seruan untuk memboikot produk-produk Israel semakin marak sebagai bentuk protes terhadap konflik dengan Palestina. Aksi ini memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja penjualan perusahaan yang terkena dampak. Namun, efektivitas boikot ini masih perlu dipantau dan dievaluasi. Selain itu, penting untuk memahami bahwa pemboikotan produk tidak berlaku untuk UMKM. Kemenperin sendiri tidak berada dalam posisi mendukung atau menolak gerakan boikot ini.



Jadi menurut kalian, apakah anjloknya saham mereka merupakan dampak dari kampanye boikot yang terjadi? Kita lihat bagaimana ke depannya.

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi