Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Penunggu Apartemen - KUNCEN
Penunggu Apartemen - KUNCEN


Penunggu Apartemen - KUNCEN

Sore ini seperti sore biasanya. Aku lelah usai seharian kerja di kantor, pulang pun harus bermacet-macetan di jalan. Kukira aku bisa sampai di apartemen sebelum gelap, ternyata tidak. Tepat saat azan magrib berkumandang, aku baru memasuki basement. Kuparkirkan mobil di tempat biasa kemudian mulai mengambil barang-barang bawaanku.

Pintu mobil kubuka dan aku keluar sambil membawa tas. Berjalan masuk ke dalam apartemen melalui lift. Unitku ada di lantai 14 dan perlu waktu untuk mencapai ke sana. Lift berhenti, pintu terbuka saat sampai di lantaiku dan aku bergegas keluar. Pintu unitku ada di koridor sebelah kiri. Kakuku semakin cepat mengarah ke sana. Setelah sampai di depan unitku, aku membuka pintu dan masuk.

“Aku pulang!” ucapku sambil melepas sepatu dan menaruhnya di atas rak. Suasana apartemenku masih gelap, hanya kamar saja yang lampunya menyala. Lantas kunyalakan lampu ruang tamu. “Kok gelap?”

Aku mengintip sedikit ke dalam kamar. Rupanya istriku sedang menyetrika baju. Tidak biasanya dia menyetrika jam segini. Biasanya saat aku pulang, dia sedang santai di sofa sambil main handphone. Aku menaruh tas di sofa dan sedikit melonggarkan dasi sambil berjalan mendekat ke pintu kamar.

Yona istriku menyetrika dengan posisi membelakangi pintu. Aku memandangi punggungnya terbalut dengan kaos lengan panjang oversize. “Kok tumben kamu setrika jam segini? Mau ada acara apa besok?” tanyaku.

“Gak apa-apa, gak enak aja liat pakaian numpuk belum disetrika. Jadi sempit,” jawabnya tanpa menoleh ke arahku dan terus menyetrika.

“Mau kubantu?” tanyaku.

“Gak usah, kamu kan baru pulang, Mas,” ucap Yona. “Tapi kalau boleh jemuran yang di balkon tolong diangkat ya, hihi.”

“Lho, udah gelap gini belum diangkat? Bentar ya.” Aku lalu berjalan meninggalkan pintu kamar untuk menuju ke balkon.

Kubuka pintu geser yang mengarah ke balkon. Angin kencang berembus masuk saat kubuka. Pemandangan langit senja Jakarta terlihat cantik dari sini. Benar saja, ada dua jemuran pakaian menggantung di sana. Untung belum tertiup angin, buru-buru aku mengangkatnya.

Tuut … Tuut … Tuut … 📱

Tiba-tiba handphone di saku celanaku berbunyi. “Haduh, jangan-jangan telepon dari kantor,” gumamku dengan nada malas.

Aku menaruh dua pakaian tadi di meja kecil di balkon. Kuambil handphone dari dalam saku celana dan menyalakannya. Terlihat ada panggilan masuk di sana. Bukan dari kantor, tapi dari Yona istriku. Kenapa dia pakai telepon segala? Padahal teriak saja kan bisa kalau butuh apa-apa. Aku lalu mengangkat telepon darinya.

“Apa, Sayang?” tanyaku.

“Mas? Mas di mana?” Yona malah berbalik tanya.

“Di balkon. Kan tadi kamu suruh aku ambil jemuran,” jawabku.

“Haduh.” Terdengar Yona seperti mengeluh dengan nada panik. “S-siapa yang nyuruh, Mas?”

“Kamu. Kenapa sih? Ini aku ke kamar sekarang deh, gak usah pake telepon! Aku matiin ya?” kataku.

“Jangan! Mas, jangan dimatikan dulu, please! Tetap di balkon, jangan ke kamar!” ujar Yona dengan tegas. “Oke, kamu denger penjelasan aku!”

“Oke, kenapa sih, Sayang?” Aku semakin penasaran.

Yona menarik napas. “Yang di dalam kamar. Itu bukan aku!” kata Yona yang semakin membuatku bingung. “Mas, aku lagi di rumah ibu di Cilandak. Maaf aku baru kabarin sekarang.”

“R-Rumah Ibu?” Aku semakin bingung dengan penjelasan istriku.

“Iya, Mas. Aku juga ketemu sama sosok yang mirip aku di kamar. Setelah ketemu dia aku panik dan aku langsung kabur ke rumah Ibu!” Yona menjelaskan. “Mas, sekarang kamu mending keluar apartemen sekarang. Gak usah ke kamar! Cepet aku tunggu di rumah Ibu ya!”

“Yov, Yovi? Ini Ibu, Nak! Iya, Yona sekarang di Cilandak. Sekarang juga kamu ke sini ya, udah gak usah ngeliat yang di kamar!” Tiba-tiba Ibu mertuaku bicara mengambil alih telepon.

“Terus yang di kamar siapa?” gumamku dengan wajah bingung. Jantungku berdebar keras dan seketika aku berkeringat dingin. Aku masuk ke dalam dan menaruh handphone-ku di meja. Aku tidak dengan mudah kabur begitu saja. Ini apartemenku, propertiku! Kalau itu bukan istriku lantas siapa? Aku harus tahu jangan-jangan ada orang asing masuk ke sini.

Aku berjalan dan berhenti di depan pintu kamar. Dia masih ada di sana, masih menyetrika baju seperti saat aku lihat tadi. Aku menelan ludah dan mengatur napas. Siap untuk bertanya. Tapi belum sempat aku bertanya, sosok yang menyerupai istriku bertanya duluan.

“Mas, udah tahu ya?” tanya sosok itu sambil tetap menyetrika.

Napasku semakin terengah-engah. “S-Siapa kamu?”

“Ini aku.” Sosok mirip Yona itu berhenti menyetrika kemudian berbalik badan menghadapku. Ia menunjukkan wajahnya yang hancur penuh dengan darah dan luka borok. Keadannya sudah tidak berbentuk. Matanya melotot dengan pupil yang kecil, lalu mulutnya tersenyum lebar menyeringai menunjukkan gigi-gigi kecilnya yang berwarna hitam. Air liur berwarna cokelat kental keluar dari sela-sela giginya.

“Hihihihihihihi!” Ia tertawa sangat keras sambil menatapku. Suara tertawanya itu aku tidak tahan, sangat nyaring dan tidak nyaman di telinga.

“Brengsek!” Reflek aku mengucap kata kotor dan langsung lari tunggang-langgang ke luar. Satu-satunya barang yang aku ambil saat itu hanyalah handphone. Setelahnya aku membuka pintu dan keluar apartemen sambil lari terbirit-birit menuju lift. Selama berada di lift menuju turun ke basement aku membaca doa yang aku bisa.

Aku benar-benar kembali ke mobil saat itu juga. Kemejaku sudah basah oleh keringat dingin. Di mobil aku berusaha menenangkan diri. Memutar musik sekeras-kerasnya sambil mengatur napas. Setelah sudah cukup tenang. Aku mengirim chat ke istriku.

“Sayang, aku otw!”

Setelah itu, aku mulai menyalakan mobil dan beranjak pergi meninggalkan apartemen. Malam itu aku tidur menginap di rumah Ibu mertuaku. Ternyata Yona juga mengalami hal yang sama. Aku takut kembali ke apartemen dan baru kembali esok hari untuk mengambil berkas penting dan kembali bekerja ke kantor.

Setelahnya, aku dan istri mengungsi sementara di rumah Ibu karena masih shock dengan apa yang kami temukan di apartemen. Perlu waktu bagi kami untuk mengumpulkan keberanian kembali ke apartemen.

Tamat

Quote:


emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan
azhuramasda
jlannister
bukhorigan
bukhorigan dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.1K
71
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan