si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Hari Ini 20 Tahun Lalu, F-16 TNI AU Nyaris Dogfight dengan F/A-18 Hornet US Navy
Quote:


Pada 3 Juli 2003, armada kapal induk Angkatan Laut AS (US Navy) yang dipimpin USS Carl Vinson (CVN-70), bergerak dari Singapura melalui Selat Karimata dan Laut Jawa menuju Australia. Saat melewati perairan Bawean, F/A-18 Hornet diperintahkan untuk lepas landas dari kapal induk dan melakukan manuver-manuver di ruang udara Indonesia.

Manuver yang dilakukan itu tentu mengganggu penerbangan sipil, ditambah penerbangan yang mereka lakukan tidak berizin (black flight). Sekitar pukul 11.41, Pusat Operasi Sektor (Posek Hanudnas II) yang berada di Makassar menerima informasi dari MCC (Military and Civil Cordination Center) Bali; yang memberitahukan adanya black flight5 pesawat di atas Bawean. Pesawat bergerak di udara pada ketinggian 15.000 sampai 35.000 kaki dengan kecepatan 450 knots.

Setelah ada informasi adanya Lasa (Laporan Sasaran) X kemudian diteruskan ke Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional di Jakarts. Pangkohanudnas saat itu Marsda TNI Wresniwiro memerintahkan Lasa X untuk dimonitor. Setelah dilakukan pengecekan data, pihak Kohanudnas menyimpulkan jika 5 pesawat yang dimaksud adalah F-5 Singapura yang memiliki izin terbang mulai 24 Juni - 23 Juli 2003. Kelima pesawat diduga telah melakukan air refueling di Bawean, setelah satu jam, 5 Lasa X itu menghilang.

Tapi, pada pukul 14.50, terdeteksi lagi Lasa X di sekitar Pulau Bawean. Pangkosekhanudnas II saat itu yang dijabat Marsda TNI Panji Utama segera melapor ke Pangkohanudnas. Selanjutnya, Pangkohanudnas memerintahkan F-16 dari Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi bersiaga jika situasi memburuk. Tak lama kemudian MCC Soekarno-Hatta kemudian memberikan laporan jika ada aktivitas pesawat tempur dengan manuver berbahaya mengganggu penerbangan sipil di jalur W-31, sebelah timur Pulau Bawean.

Pukul 15.10, terjadi peningkatan Lasa X, dari awalnya 5 menjadi 9 pesawat. Pangkohanudnas akhirnya menaikkan status Siaga Hanudnas menjadi Waspada Kuning dan Siaga Dua. Pangkohanudnas lalu berkordinasi dengan Pangkoopsau II dan Asops KSAU untuk melakukan pencegatan. Selanjutnya, Komandan Posko Sergap Tempur F-16 Letkol Pnb Tatang Harlyansyah diperintahkan untuk menyiapkan pesawat tempur.

Quote:


Pada pukul 17.04, dua F-16 yang membawa senjata rudal udara ke udara AIM-9P4 Sidewinder dan 450 butir peluru kaliber 20 mm terbang dengan sandi Falcon Flight.Falcon 1 (F-16 TS-1603) dipiloti Kapten Pnb Ian Fuady dan Kapten Pnb Fajar Adriyanto. Sementara Falcon 2 (F-16 TS-1602) dipiloti Kapten Pnb Tonny Haryono dan Kapten Pnb Satrio Utomo.

Kedua F-16 lalu menuju Lasa X terdeteksi di 340 derajat – 015 derajat pada jarak 113-135 Nm dari Surabaya di sekitar Pulau Bawean pada pukul 17.18 WIB. Dua menit kemudian, radar di Surabaya memberitahu ada dua sasaran mengejar dua F-16 tersebut. Pada 17.22, Falcon 1 berhasil menangkap sasaran melalui kontak radar.

Tak lama setelah itu, terjadi upaya jamming dengan F/A-18 Hornet US Navy. Lalu terjadi perang elektronika ECCM (electronic counter-countermeasures) di mana radar kedua pihak saling jamming. Peralatan perang elektronika dari kedua pesawat lantas memancarkan gelombang radio, yang berusaha menaklukan satu sama lain. Kedua F-16 pun mengaktifkan anti jamming dan beralih ke mode auto, sehingga jamming yang dilakukan F/A-18 tidak berhasil.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba RWR (Radar Warning Receiver) Falcon 1 menyalak. Menandakan pesawat F-16 dengan nomor registrasi TS-1603 itu telah dikunci (locked on) oleh salah satu F/A-18. Kedua pesawat lalu melakukan manuver layaknya pesawat yang sedang terlibat dogfight.

Quote:


Melihat keadaan Falcon 1 yang kurang menguntungkan, Falcon 2 mendekat untuk memberi bantuan. Sialnya Falcon 2 ternyata dikejar F/A-18 Hornet yang lainnya. Melihat hal itu, Falcon 2 lalu menggoyangkan sayap (rocking the wing) untuk memberitahu jika dua F-16 TNI AU tidak bermaskud mengancam.

Pada pukul 17.26 Falcon Flight berhasil berkomunikasi dengan salah satu pilot Hornet, pilot F-16 TNI AU menanyakan apa yang sedang dilakukan di wilayah udara Indonesia ? Pilot Hornet itu lalu menjawab: "We are F/A-18 Hornets from US Navy fleet, our position in international water, stay away from our warships."

Pilot F-16 TNI AU lalu menjelaskan bahwa, Hornet sedang berada di wilayah Indonesia, mereka diminta menghubungi ATC setempat; karena Bali Control tidak mengetahui status mereka. Pukul 17.27, Hornet US Navy lalu terbang menjauh, sementara F-16 kembali ke Lanud Iswahjudi.

Keesokan harinya, pesawat intai B737 dari Skuadron Udara 5 yang berbasis di Makassar ditugaskan melakukan pengecekan. Hasilnya terlihat ada konvoi armada kapal US Navy berlayar diantara Pulau Madura dan Pulau Kangean pada jarak 80 Nm dari ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) II mengarah ke Selat Lombok. Selama operasi pengintaian B737 dibayangi dua Hornet serta helikopter US Navy.

Quote:


Yang unik dari kejadian ini adalah Atase Pertahanan AS di Indonesia tidak mengetahui pelayaran kapal induk tersebut. Pada 10 Juli 2003, Departemen Luar Negeri memanggil Duta Besar AS di Indonesia Ralp Boyce untuk meminta kejelasan atas insiden di Bawean. Pemerintah RI lalu menyampaikam protes melalui nota diplomatik.

Setelah dilakukan pertemuan antar perwakilan kedua negara, Amerika akhirnya mangatakan jika setiap kapal perang dan pesawat militernya yang meintasi kawasan Indonesia akan mematuhi peraturan yang telah disepakati dalam konvensi hukum laut; di mana peraturan itu telah diakui oleh Indonesia dan AS sebagai bagian dari hukum internasional.

Sekian, sedikit nostalgia 20 tahun lalu Gan. Dan cerita ini adalah jawaban mengapa Indonesia harus memperbarui alutsistanya (terutama pesawat tempur). Karena masih banyak Kaskuser yang awam dan menanyakan pertanyaan "buat apa beli alutsista mahal-mahal ?" Jawabannya tentu untuk menjaga kedaulatan negara kita, harga yang mahal tentu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pesawat tempur tersebut. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, sampai jumpa emoticon-Cendol (S)



--------------------




Sumber Referensi: Tulisan ini dirangkum dari Majalah Angkasa No. 94 Tahun 2015 berjudul F-16 Fighting Falcon: The Most Popular Modern Jet Fighter | Buku Insiden di Atas Bawean karya Marsda TNI Wresniwiro
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Diubah oleh si.matamalaikat 05-07-2023 05:28
masboeing
koi7
itkgid
itkgid dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.1K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan