Sumber Gambar

Rumah ibadah merupakan salah satu tempat yang biasanya memiliki peran serta fungsi yang cukup vital di masyarakat. Biasanya orang-orang beragama tidak hanya menjadikan bangunan ini untuk sekedar melakukan serangkaian ibadah saja. Melainkan menjadi tempat berkumpul dan bersilaturahmi antar jemaah agama tertentu.

Biasanya, setiap agama memiliki hak dan izin untuk mendirikan rumah ibadahnya masing-masing. Tentu untuk membangun sebuah rumah ibadah, ada perizinan dan juga kesepakatan dengan warga sekitar. Sehingga pembangunan rumah ibadah in nantinya tidak menjadi pertanyaan apalagi polemik bagi masyarakat di sekitar lokasi.

Sayangnya, masih banyak teman-teman kita di sana yang kesulitan membangun rumah ibadah. Hal ini dikarenakan banyaknya penolakan hingga pembubaran ibadah di berbagai tempat. Biasanya karena pendiri rumah ibadah itu berasal dari agama yang bisa dibilang minortias di wilayah tertentu. Sehingga keberadaannya mungkin tidak diinginkan.


Sumber Gambar

Salah satu yang seminggu lalu sempat terjadi adalah disegelnya dua rumah ibadah di Kelurahan Banyuanyar, Banjarsari, Kota Solo. Dua rumah ibadah berupa gereja itu ditutup paksa oleh ormas setempat karena terhalang oleh masalah perizinan. Ormas tersebut bahkan memasang spanduk bertuliskan penolakan mereka terhadap gereja tersebut.

Hal ini kemudian menjadi ramai di sosial media dan mendapat tanggapan langsung dari walikota Solo, Gibran Rakabuming. Usai mengetahui ini, Gibran langsung bergerak mendatangi lokasi. Usai kedatangannya, ia dengan tegas mencopot semua spanduk bernada penolakan yang ada di sekitar gereja. Ia juga meminta kepada pengelola gereja untuk mempercepat proses perizinan.

Gibran juga melakukan pertemuan dengan pengelola gereja yang pada akhirnya semua berjalan damai. Akhirnya, kegiatan ibadah mereka harus dipindah ke lokasi lain dulu sembari menunggu perizinan selesai dibuat. Gibran juga kabarnya akan membantu supaya perizinannya cepat diproses sehingga mereka bisa melalukan ibadah di tempat mereka sendiri.


Sumber Gambar

Ya pada akhirnya kalau sudah masalah perizinan ya harus diurus terlebih dahulu kemudian baru rumah ibadah bisa digunakan. Jangan malah langsung digunakan tapi perizinannya belum ada, kalau begitu nantinya malah membuat orang-orang yang tidak suka memanfaatkan hal tersebut untuk memulai penolakan seperti yang terjadi di Solo ini.

Namun sayangnya, mengapa harus sampai ada spanduk penolakan yang terkesan begitu dilarang. Justru itu yang pada akhirnya menjadikan hal ini seakan merupakan kejadian intoleran yang berkali-kali terjadi di Indonesia. Padahal kalau memang mempermasalahkan soal perizinan ya ditegur saja bukan malah ditolak yang membuat mereka jadi kelihatan gak suka.



Sumber Gambar
Lagipula, kalau menurut TS ini masalah administrasi saja. Di mana memang rumah ibadah mereka belum memiliki izin. Maka harus kita tegur supaya diberi izin. Bukan malah memasang spanduk penolakan yang nantinya narasi bisa digiring ke arah isu agama. Yang tentu kita tahu masih menjadi hal yang lumayan sensitif di negara kita ini.

Dan ormas ternyata rajin juga mengecek izin dari rumah ibadah, apakah karena rumah ibadah agama minoritas? Entahlah, tapi mungkin di Solo ormas-ormas memang serajin ini ya? Bukan hanya jaga parkir dan kondangan. Ini menjadi pelajaran ke semua yang ingin membangun rumah ibadah untuk menyeesaikan perizinan dulu supaya ormas seperti ini tidak memiliki celah untuk masuk dan ikut campur perihal rumah ibadah.

Sayang ya hal ini masih saja terjadi, semoga ke depannya tidak adarumah ibadah yang ditolak lagi?



Menurut kalian, perlukah para ormas melakukan penolakan semacam ini?

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi