Agan aganwati sudah melihat berapa kali di beranda sosial media tentang konten-konten pamer? Pamer apa aja. Entah makanan sultan. Entah mobil mewah. Entah uang segepok. Apapun deh, pokoknya pamer kemewahan. Bisa dipastikan, kemungkinan besar sih, berhasil menarik perhatian banyak orang. Banjir like dan komen, bahkan banjir pengikut. Kebanyakan sih mereka komennya ingin tahu apa pekerjaan orang tersebut sehingga bisa mendapatkan uang sebanyak itu dan mendapatkan barang-barang mewah.
Dan yang seringkali berhasil adalah pamer body dan wajah. Ini pasti berhasil. Asalkan cukup berani aja posenya. Hehe. 

Hana Hanifah

Menurut sudut pandangku pribadi sih, konten pamer seperti ini hampir selalu berhasil karena berhasil memecah belah pendapat penontonnya. Atau, mempersatukannya. Tahulah mana konten yang bisa mempersatukan. Semua sudah pasti tahu. Tapi, kalau konten seperti pamer kondisi ekonomi yang merana, ada kemungkinan memecah belah penonton. Karena sebagian pasti memiliki sudut pandang yang lain, dianggapnya cari perhatianlah, atau mencari empati penonton.
Pengemis onlen yang menggunakan nenek-nenek disiram airmisalnya. Itu memamerkan ketidakberdayaan seorang nenek-nenek yang berada di depan kamera berjam-jam untuk mendapatkan hadiah dari penontonnya. Dan itu memamerkan sisi kelemahan mereka.

Kesimpulannya cuman satu, mainkan perasaan manusia, itulah mengapa konten pamer selalu berhasil menciptakan komunitas. Pamer ini tidak terbatas lho ya. Pamer skill itu juga termasuk konten pamer. Tapi, kalau pamer skill, ada skill-skill tertentu yang tidak bisa memainkan perasaan manusia dan sulit mendapatkan enggagement penonton. 
Ada yang mau coba membuat konten pamer seperti yang sudah-sudah ada? Kalau mau, silahkan dicoba, tapi, jangan sampai merugikan sekitar kita ya agan aganwati. Dan sekian untuk opiniku kali ini.

--
Terimakasih sudah membaca tritku.
Sehat dan bahagia selalu.