Baru-baru ini sebuah kecerdasan buatan telah lahir dan kemunculannya mengguncang dunia ke level yang tidak disangka. ChatGPT namanya. AI buatan OpenAI ini tidak hanya menawarkan kemudahan mencari informasi layaknya Google, tetapi juga bisa menjadi teman untuk berbincang bagi siapa saja yang mau.

Jika Anda pernah melihat kecerdasan buatan di film-film maka Anda mungkin akan familiar dengan ChatGPT. ChatGPT bisa mencari dan mengolah data layaknya manusia. Kecerdasan buatan ini bisa menulis cerpen, puisi, artikel dan bahkan menjawab soal matematika. Yang paling luar biasa adalah, semua karya buatannya original, tidak terdeteksi oleh mesin deteksi plagiarisme.



Pantas saja banyak pihak ketar-ketir, salah satunya adalah beberapa sekolah di Amerika. Menyadari kehebatan ChatGPT, beberapa sekolah sepakat tak lagi memberi murid-murid tugas (yang mana pasti bisa diselesaikan dengan mudah menggunakan ChatGPT) dan mulai memberlakukan ujian secara lisan. Selain itu beberapa perusahaan pendeteksi plagiasi juga mulai memperbarui software mereka untuk bisa mendeteksi karya yang dibuat oleh ChatGPT.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya saya belum menemukan berita yang membahas hal tersebut secara serius. Di Indonesia, yang mana pekerjaan rumah adalah salah satu kurikulum dasar, ChatGPT pasti akan sangat dimanfaatkan oleh para murid yang malas mengerjakan PR.



Penggunaan ChatGPT yang di luar kontrol jelas akan merusak kemampuan otak si anak, terutama kemampuan mengambil kesimpulan. Jika kita semua sudah begitu terlena dengan kemudahan AI dan membiarkan AI melakukan semuanya maka manusia tak akan ada bedanya dengan hewan ternak.

Ujian online jelas tak lagi bisa dipercaya dan ujian tulis pun masih punya peluang untuk dicurangi. Mau tak mau para guru harus menilai murid-murid secara lisan satu per satu hanya untuk memastikan tak ada ChatGPT di balik mereka. Tentunya metode itu amatlah merepotkan. Saya tak yakin banyak guru yang mau melakukannya.



Kemunculan ChatGPT jelas akan membawa perubahan bagi dunia pendidikan dan mau tak mau pemerintah harus mengevaluasi sistem penilaian yang diterapkan di sekolah-sekolah. Apakah membuat laporan dan essay masih akan relevan dengan kemunculan ChatGPT? Haruskan kita membanned ChatGPT? Atau merubah sistem pendidikan kita?

Berikan pendapatmu di bawah.