Saat ini sedang ramai peralihan tv analog ke digital. Sejak 2 November 2022 yang lalu, analog switch off (ASO) baru digelar di Jabodetabek, artinya warga di sana harus beralih ke tv digital apabila ingin terus menonton siaran UHF. Yang belum punya tv digital berarti harus punya Set Top Box (STB). Nah, masalahnya tidak semua orang siap membeli STB. Meski demikian, pemerintah dan sejumlah stasiun tv akan membagikan STB ke warga kurang mampu.

Lucunya, ketika ASO kemarin, pada heboh dan banyak orang yang mengaku-ngaku miskin dan tak mampu beli STB (habis-habisan diberitakan oleh MNC Media). Ada berbagai berita warga tak bisa nonton siaran tv, isi beritanya warga yang punya LED TV dengan ukuran besar, pasang Wifi bulanan tapi mengaku miskin.

Kenapa sih banyak orang yang mengaku miskin meski sebenarnya tidak layak disebut miskin? Bahkan biaya bulanan Wifi itu lebih mahal dari harga STB itu sendiri.



Sebenarnya, bukan kali ini saja banyak orang yang pura-pura miskin demi dapat bantuan atau pun mengeluh. Ketika musim bansos untuk terdampak Corona pun demikian, banyak orang-orang mampu yang ngaku-ngaku miskin dan dapat bantuan. Sebaliknya, mereka yang benar-benar miskin malah tidak kebagian.

Pada Dasarnya Homo Sapiens itu Serakah dan Tak Pernah Puas


Ya, manusia pada dasarnya tidak pernah puas. Meski dirinya sudah mampu dan berkecukupan, tetap saja merasa miskin dan banyak mengeluh. Padahal banyak orang yang kondisinya di bawah dirinya. Contohnya saja ya orang dengan tv LED dan pasang Wifi tadi. Pasang Wifi bulanan itu kebutuhan sekunder dan tersiernya dan artinya kebutuhan primer sudah terpenuhi. Kalau cerdas, mereka bisa berhenti sejenak langganan interner broadband untuk membeli STB.

Sedangkan mereka yang benar-benar miskin, boro-boro pasang Wifi. Televisinya saja mungkin tidak punya bahkan untuk makan sehari-hari saja masih tanda tanya!

Kebiasaan Buruk Warga Wakanda


Ketika ada bansos, pasti banyak yang berbondong-bondong ingin dapat jatah. Parahnya mereka yang mampu bahkan kaya ingin dapat bagian dengan dalih "kita juga sama-sama rakyat". Orang-orang mampu ini bermental miskin dan maunya dibantu terus padahal sudah sudah jelas mampu. Hal ini mengakitabkan orang yang benar-benar miskin justru tidak kebagian jatah.

Dari pembagian bansos ini saja kita kerap menemui petugas yang tidak kompeten dalam membedakan mana warga yang mampu atau dan mana yang benar-benar miskin. Kolusi di mana-mana dan yang dapat bagian adalah mereka yang dekat dengan orang dalam.

Dengan mental yang seperti ini tidak heran kalau banyak warga yang pada akhirnya ngaku-ngaku miskin padahal mampu.

Gimana gan, ada yang mau nambahin? .

Referensi