kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] PURA PURA HAMIL DARIPADA DI HINA DAN JADI PEMBANTU DI RUMAH MERTUA
NOTE: Thread ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh narasumber. TS kutilkuda hanya menuliskan kembali apa yang diceritakan oleh narasumber. Nama dan lokasi disamarkan untuk melindungi privasi narasumber.

Perkenalkan, namaku Ana. Aku seorang wanita berusia 35 tahun, lebih tepatnya di tahun 2022 ini aku berusia 36 tahun. Aku sudah menikah tahun 2020 lalu yaitu 28 Desember 2020 secara kecil-kecilan. Aku memang terlambat dalam menikah. Ku akui, aku sempat berpikir aku akan menjadi perawan tua karena di usia 34 tahun masih belum mendapatkan jodoh. Namun ternyata, pada akhirnya aku dijodohkan oleh pemuka agama di desaku dengan seorang pria berusia 28 tahun.

Aku tinggal di sebuah desa di Boyolali, dan pria yang dijodohkan dengan ku merupakan seorang pria yang tinggal di Semarang. Ia bekerja sebagai karyawan di area perkantoran di sekitaran simpang lima. Aku tidak bisa menyebutkan karena bagaimanapun aku menghargai suamiku. Ia mau menerima ku yang gendut, jelek dan juga perawan tua ini. Aku juga bukan orang kaya, karena ayah ibuku sudah meninggal, dan aku hanya hidup sendiri di kampung. Kakak kandungku sudah menikah dan ia tinggal bersama suaminya di Jogja. Oleh sebab itu, aku menerima perjodohan ini karena ku pikir akan menjadi kehidupan baru bagiku. Aku tidak perlu lagi hidup sendiri dan sebatang kara. 

Pernikahan pun di adakan secara sederhana, karena memang aku tidak punya apa apa. Semua biaya ditanggung oleh keluarga suami. Karena pekerjaan utama suami di kota Semarang, maka aku diboyong bersama suamiku ke kota Semarang. Dan kami tinggal di rumah bersama ibu dan ayah mertua. Suamiku empat bersaudara, ia anak ke empat. ketiga kakak dan keluarganya tinggal serumah dengannya. Konsep rumah mereka itu satu lahan dibagi bagi menjadi empat area. sehingga seperti bertetangga dengan kakak ipar sendiri, dan aku tinggal serumah dengan mertua. 

Awalnya masih biasa saja. Mereka masih sungkan, dan masih baik baik saja. setelah satu minggu, semua kembali pada kebiasaan asli mereka. tiap jam 5 pagi, ibu mertua sudah berisik sekali menyapu ataupun memasak. Sebenarnya bukan masalah berisik memasak, tetapi dia teriak teriak menyindir aku yang belum bangun tidur. Aku terbiasa bangun jam 6 pagi karena dulu aku bekerja di pabrik. Lalu aku mulai memasak, dan membersihkan rumah. Setiap aku bangun dan mengerjakan pekerjaan rumah, ibuku langsung masuk ke kamar untuk tidur lagi. Jadi itu hanya trik agar aku bangun dan mengerjakan pekerjaan rumah di jam 5 pagi. 

Aku juga disuruh ibu mertua memasak air panas untuk ibu mertua mandi, suami mandi dan juga anak kakak ipar yang tinggal di rumah itu. Setelah itu aku mempersiapkan sarapan, lalu mengepel lantai rumah. Hingga pukul 07.00 pagi suamiku berangkat bekerja, begitupun aku selesai mempersiapkan rumah. Setelah selesai, ibuku akan mengobrol bersama dengan tetangga. Disanalah aku mulai mendengar kata kata menyakitkan dari obrolan ibu ibu. Ibu mertua mulai membicarakan aku. Mulai dari gendut, bangun siang, masakan kurang enak, hingga target aku harus bisa punya anak. 

sebulan berlalu, benar benar seperti disiksa secara mental. Akhirnya aku mendaftar kerja di pabrik. Karena jujur secara mental aku tidak kuat. Pagi memasak dan ngepel, jam 7 sambil mencuci pakaian mendengarkan gosipan ibu ibu dan mertua menjelek-jelekkan aku, jam 10 saat mau menonton tv sudah disindir lagi sama mertua karena nampak tak ada aktifitas. katanya, " wah santai ya gak ada aktifitas, jangan tidur terus nanti tambah bengkak.."

Belum lagi saat jajan cilok atau makanan keliling, wah sindiran pedas selalu mengalahkan saos sambal cilok. "Jajan terus gimana mau langsing, nanti susah punya anak", ujar ibu mertua. "harus bisa atur keuangan, jangan jajan terus". "Kalau jajan itu emang enak, tapi apa gak sayang uang belanja dari Ardi {nama suamiku}". Akhirnya aku kalau jajan harus ngumpet-ngumpet, kalau tidak aku harus beli dua porsi sehingga satu porsi untuk ibu mertua agar tidak "bernyanyi".

Setelah mulai kerja, aku mulai agak tenang. Jujur tempat kerja itu seperti tempat healing bagiku. Seperti lari dari kenyataan. Hilang lah sudah mulut pedas pagi hari. Tetapi selalu aja ada kesalahan di mata ibu mertua. Pagi jam 5 aku harus memasak dan membersihkan rumah, jam 7 aku berangkat ke pabrik sampai jam 5-6 sore. Sampai rumah aku harus mencuci pakaian suami, ibu mertua dan anak dari kakak ipar yang tinggal disitu. Aku juga harus menstrika dan melayani suami. 

Jujur, suamiku tidak ada power sama sekali. Ia tunduk dengan ibunya, bahkan menuntutku menjadi seperti ibunya. setiap kali berucap selalu memintaku menjadi seperti ibu mertua. 
"mas, jujur aku capek kerja gini, ditambah kerjaan rumah ya ampun banyak banget', keluhku. tetapi ia menjawab," lihat deh ibu, dia aja dulu single parent lhoh, dia kerja, dia masak, dia urus 4 orang anak, bisa kok.. coba deh belajar dari ibu, nanti kamu pasti akan bangga sama diri kamu. kamu belum terbiasa aja". 

Setelah kemarin sebelum bekerja disindir gendut dan banyak makan, sekarang malah sindirannya berubah. karena sudah memasuki 2022, dan aku belum hamil juga, mereka mulai menyindirku mandul. Setiap kali pulang kerja selalu di bilang," kamu itu jangan emosian, jangan stres, nanti gak hamil hamil". Lebih parahnya 10 Februari kemarin aku berulangtahun ke 36 tahun. Suami ku mengucapkan selamat ulang tahun, dan tiba tiba ibu mertua seperti shock kaget berkata, " ha?? 36 tahun?? kamu kapan hamil?? eh sudah seusia itu susah lho kalo hamil. Resiko autis"

Seketika aku kaget dan hanya diam. lalu aku menangis di dalam kamar. Suamiku mencoba menenangkan tetapi membela ibunya," maklum ibu kan memikirkan kesehatan kamu dan calon anak kita. Ibu kayak gitu karena sayang sama kita. Gak seharusnya kamu menyalahkan ibu. Toh kita juga udah periksa dokter katanya kita normal. Dan emang kenyataannya usia kamu 36 kan emang beresiko".

Jujur aku merasa kecewa dengan suami dan mertua. Sudah tiap hari disuruh suruh seperti pembantu. Mulai dari membersihkan rumah, masak, ngepel, nyuci baju, dan melayani suami dan ibu mertua, eh masih saja disalahkan karena belum hamil. Aku harus berbuat apa, kalo emang belum hamil. Aku sudah melakukan program kehamilan dengan suami, tetapi tetap saja belum diberi anak. Aku dari awal nikah kan sudah bilang kalau aku sudah usia 34, berarti kan mereka harusnya sadar dong.

Akhirnya tanggal 12 Februari aku membuat suatu kebohongan. Aku mengaku aku hamil. Aku pinjam test pack teman yang lagi hamil, dan kuminta dia test lalu difoto. Fotonya ku kirimkan ke suami, dan sepulang kerja, ia nampak bahagia. Ibu mertua juga bahagia. Tetapi mereka selalu berkata," jaga bayi itu, jangan sampai keguguran". Padahal aku membohongi mereka. Semenjak mereka tahu aku hamil (padahal aku bohong), mereka melarangku kerja keras, mengepel dilakukan suamiku, dan mencuci juga sekarang dikerjakan oleh suami dan ibu. Aku hanya memasak saja di pagi hari. Ini semua ku lakukan agar tidak lagi jadi pembantu di rumah mertua dan tidak dianggap rendah oleh mertua dan tetangga tetangga julid teman ghibah ibu mertua.

Tapi sejujurnya..
saat ini jujur aku ketakutan dan panik. Aku takut mereka tahu aku membohongi mereka, lalu aku harus bagaimana kalau mereka tahu aku tidak membesar rahim nya. Aku pikir aku akan banyak makan agar gendut dan nanti akan nampak seperti orang hamil. Tetapi kalau ketahuan bagaimana..

Aku bingung.. Aku takut.. Apa yang harus ku lakukan?

Ana, Semarang
2022
bukhorigan
korbanbuaya
annaonymus
annaonymus dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.8K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan