Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Konflik bersenjata Papua: Kisah bocah jadi korban tembak, bom mortir, & pihak ketiga
Konflik bersenjata Papua: Kisah bocah yang jadi korban tembak, bom mortir, dan pihak ketiga 

Warga Distrik Kiwirok mengungsi ke hutan-hutan di pegunungan setelah huru-hara dan konflik bersenjata pecah di wilayah mereka. Pengungsi hidup dalam sejumlah tenda sederhana.

Konflik bersenjata di Papua antara aparat Indonesia dan milisi pro-kemerdekaan masih terus terjadi. Masyarakat di sejumlah kabupaten, termasuk Pegunungan Bintang, Intan Jaya, dan Maybrat, meninggalkan tempat tinggal mereka untuk mencari tempat aman.

Jumlah masyarakat yang mengungsi dari konflik ini diyakini berjumlah ratusan hingga ribuan orang. Namun, data soal ini sulit diverifikasi karena akses menuju lokasi konflik yang sangat terbatas.

Pimpinan Komnas HAM yang bertugas atas dasar undang-undang, misalnya, dua kali gagal masuk ke Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, karena tak mendapat rekomendasi otoritas setempat soal keamanan.

Padahal, konflik antara TNI/Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di Kiwirok melibatkan persenjataan perang, salah satunya adalah mortir buatan perusahaan senjata asal Serbia.

Di distrik itu pula, huru-hara pembakaran puluhan fasilitas publik terjadi pada September lalu. Sebanyak sembilan tenaga kesehatan pun diserang sekelompok orang hingga satu di antara mereka kehilangan nyawa.

Sementara di Intan Jaya, seorang anak di bawah umur, seorang perempuan, dan laki-laki paruh baya terkena peluru. Beberapa di antara mereka tewas seketika. Aparat mengklaim peluru secara tidak sengaja menyasar ke tubuh mereka.

BBC News Indonesia mengumpulkan berbagai kesaksian, baik verbal maupun yang berbentuk audio visual dari berbagai pihak di lokasi-lokasi ini. Salah satu di antaranya mengungkap adanya pihak ketiga yang diduga berperan dalam konflik ini.

Berikut adalah sepenggal peristiwa yang terjadi di wilayah paling bergolak di Indonesia ini, sejak September 2021 lalu.



Masyarakat di Distrik Kiwirok mengungsi dari permukiman mereka sejak huru-hara pembakaran fasilitas umum berlanjut dengan aksi saling serang antara aparat dan TPNBP.

Kisah bocah yang jadi korban tembak di Intan Jaya

Aksi saling serang antara aparat dan milisi yang mendambakan kemerdekaan Papua terjadi di Kampung Jogotapa, Sugapa, Intan Jaya, sejak sore. Tanggal menunjukkan 26 September 2021.

Dari segala arah, milisi TPNPB menembaki tentara dan polisi yang berada di Koramil 1705-08/Sugapa. Dengan persenjataan mereka, aparat membalas serangan itu.

Bertinus Sondegau sudah terbiasa mendengar desingan peluru dari rumahnya. Namun dia merasa ada yang berbeda dengan kontak tembak hari itu.

Bertinus dan keluarga kecilnya terjebak di antara dua pihak yang saling bertikai. Rumah mereka hanya berjarak sekitar 30 meter dari Koramil. Di dalam rumahnya, Bertinus mendengar rentetan tembakan peluru dan suara dentuman.

"Saya dengar tembakan TNI dari arah Koramil. Mereka kasih keluar semua peralatan, tembak ke kiri dan kanan, sampai tanah goyang," kata Bertinus.


Kontak tembak antara aparat dan milisi pro-kemerdekaan menyisakan sejumlah rumah dan kantor-kantor yang terbakar.

Sekitar pukul sembilan malam, salah satu peluru menembus dinding rumahnya.

Peluru itu masuk dan merobek perut putranya yang belum genap berusia dua tahun, Melpianus. Akibatnya, organ di dalam perut Melpianus tumpah keluar. Tangis pecah di rumah itu. Melpianus berhenti bernafas tak lama setelahnya.

Malam itu, anak berusia enam tahun di permukiman yang sama, Yoakim Mazau, juga tertembak. Dia mampu bertahan untuk tetap hidup.



YESKIEL BELAU
Keterangan gambar,
Bertinus menggendong jenazah Melpianus dalam ibadah pemakaman sederhana di dekat rumah mereka.

Keesokan paginya, Bertinus berjalan kaki dan membopong jenazah anaknya ke halaman Gereja Santo Petrus Agapa. Balita itu ditutupi selimut merah. Wajah Bertinus pilu. Ia mencoba menahan tangis.

Penduduk sekitar turut mengantar Melpianus menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Pastor Yeskiel Belau memimpin ibadah pemakaman sederhana untuknya.

"Terimalah dia dan anugerahkanlah kepadanya keselamatan yang kekal," ucap Pastor Yeskiel merapal doa di hadapan makam Melpianus.

Di samping peti jenazah mungil, Bertinus terus menunduk. Dia menopangkan wajah ke nisan berbentuk salib yang bertuliskan nama anaknya sambil terus-menerus sesenggukan.

Di nisan itu tertera tanggal lahir Melipanus. Selang 16 hari setelah kematiannya, Melpianus semestinya merayakan ulang tahunnya yang kedua.


SATGAS NEMANGKAWI
Keterangan gambar,
Sebuah ambulans terbakar di sekitar kawasan Bandara Bilorai, Sugapa, Intan Jaya, pada 26 September lalu, usai kontak tembak antara aparat dan TPNPB.

Sejak pertempuran antara aparat dan TPNPB menewaskan Melpianus, Sugapa senyap. Rumah-rumah kosong. Masyarakat mengungsi ke gereja, Koramil dan juga kantor polisi. Banyak kios tutup.

Bertinus bertahan di gereja usai pemakaman itu. "Sampai saat ini tidak ada pihak yang datang untuk bertanya atau meminta maaf," kata Bertinus.

Perbincangan kami dengan Bertinus, awal November lalu, sempat berhenti sejenak. Dari dalam gereja terdengar suara tembakan bertubi-tubi. Semua orang di dalam gereja diingatkan untuk waspada.

Situasi di Sugapa beberapa pekan sebelumnya tidak seperti ini. Awal Oktober lalu ribuan umat katolik dari berbagai kampung berbondong-bondong berjalan kaki ke ibu kota kabupaten itu. Perayaan besar digelar menyambut penahbisan tiga imam baru di Gereja Santo Michael.

Yeskiel dan Fransiskus adalah dua dari tiga pastor yang ditahbiskan pada 12 Oktober. Pada hari-hari itu, Sugapa penuh sesak. Ribuan orang mengikuti pawai.

Sebagian dari mereka mengenakan koteka dan rok rumbai. Suasana riuh rendah. Anak-anak dan orang dewasa berbaur. Mereka menyanyikan beragam lagu. Prosesi bakar batu dirayakan.



ANTARA/HO/DOK DANREM 173/PVB
Keterangan gambar,
Komandan Korem 173/PVB Brigjen Taufan Gastoro membagikan makanan kepada anak-anak yang berada di pengungsian di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Walau situasi diklaim aparat mulai kondusif, sekelompok warga tetap memilih berlindung di pengungsian.

Yeskiel tidak mengira situasi gegap gempita itu bakal segera sirna. Di tengah kondisi mencekam, awal November lalu Yeskiel tetap harus melakukan perjalanan ke Distrik Homeo, Kabupaten Paniai. Keuskupan Timika menugaskannya menjadi imam di sana.

"Saya dan rombongan ke Paniai naik mobil. Kami bisa jalan setelah izin dari Bupati disampaikan ke Kapolres dan Danramil. Di pos tentara, tas kami diperiksa. Setelah dianggap aman, baru kami diizinkan lewat," kata Yeskiel.

"Saat kami lewat, saya lihat tentara membawa tiga pemuda. Saya lihat ada busur dan anak panah. Saya tidak tahu pemuda itu ditangkap atau pengungsi.

"Sepanjang perjalanan sepi sekali. Kami sempat cari solar tapi semua kios tutup. Saya harus ketuk pintu kios, katakan bahwa saya pastor, baru mereka membuka pintu," ujarnya.

Saat Yeskiel meninggalkan Sugapa, warga lokal bernama Mina tetap bertahan di pengungsian yang dikoordinasikan pihak gereja.

Mina adalah satu dari ratusan atau mungkin ribuan warga Sugapa yang mengungsi sejak kontak tembak akhir Oktober lalu.

Setiap pihak di Intan Jaya menyebut angka yang berbeda terkait pengungsi. Rentangnya dari ratusan hingga ribuan orang. BBC News Indonesia tidak bisa memverifikasi secara langsung kebenaran beragam angka itu.

"Kami hidup dalam ketakutan. Kami juga trauma karena kontak tembak ini terjadi di dekat rumah kami," ujar Mina.



POLRES INTAN JAYA
Keterangan gambar,
Salah satu korban konflik bersenjata di Intan Jaya, 9 November ini, adalah perempuan bernama Agustina Ondou. Peluru menembus perutnya. Dia dilarikan ke rumah sakit di Timika, satu hari setelahnya.

Ini bukanlah pengalaman pertama Mina dan keluarga tidur di tenda pengungsian. Awal Februari lalu, mereka juga meninggalkan rumah atas alasannya yang sama.

Walau sebagian warga menanggap gereja adalah tempat mengungsi yang paling aman dan nyaman, tenda-tenda yang didirikan di lokasi itu tidak layak huni, apalagi untuk menampung begitu banyak orang.

Pengungsian itu beratap terpal dan beralaskan alang-alang. Tempat ini diutamakan untuk anak dan perempuan. Namun mereka kerap harus saling bergantian mengisi ruang.

Di pengungsian, kelangsungan hidup Mina dan keluarganya juga bergantung pada bantuan. Jika tak ada sumbangan makanan, mereka harus menahan rasa lapar.

"Kami tidak bisa ambil bahan makanan ke kebun karena kebun letaknya di antara gunung. Setiap gunung dikuasai aparat dan TPNPB," kata Mina.

Pengungsi lainnya, seorang laki-laki paruh baya bernama Mepa, menyebut aksi saling serang antara aparat dan TPNPB tidak pernah separah ini.

Tidak hanya berlangsung selama belasan hari, lokasi pertempuran juga sudah bergeser dari hutan ke sekitar permukiman warga.

Begitu aksi saling serang terjadi pada 26 September lalu, aktivitas Sugapa berhenti, termasuk penerbangan yang merupakan penghubung Sugapa dengan kota-kota besar lain di Papua.

"Yang kami rasakan adalah penderitaan di atas penderitaan. Anak kecil trauma karena kontak tembak bahkan terjadi di sekitar halaman gereja," ujarnya.


AMNESTY INTERNATIONAL INDONESIA
Keterangan gambar,
Korban tewas dari kalangan warga sipil sebelumnya muncul dalam konflik bersenjata di Intan Jaya, salah satunya Pendeta Yeremia Zanambani, pada September 2020. Aktivis HAM menuding ada keterlibatan tentara kematian Yeremia. Tuduhan itu ditolak Polda Papua.

Saat liputan ini disusun, warga sipil kembali menjadi korban kontak tembak antara aparat dan TPNPB di Sugapa. Pada 9 November, perempuan bernama Agustina tertembak di bagian pinggang. Pelipis mata kanannya juga terluka.

Polisi membuat klaim bahwa peluru itu tanpa sengaja mengarah ke perempuan berusia sekitar 20-an tahun tersebut. Agustina dituduh berada di lokasi kontak tembak antara aparat dan TPNPB.

Namun sejumlah pihak di Intan Jaya menyebut hal yang berlawanan, bahwa tak ada peristiwa saling tembak saat peluru masuk ke tubuh Agustina.

Setelah tertembak, sejumlah warga lokal bersama pengurus gereja menyelamatkan Agustina. Tubuhnya dibopong di atas tandu kayu sederhana dari pinggir Kali Dogabu, melewati perbukitan, menuju puskesmas.

Keesokan harinya Agustina diterbangkan ke Rumah Sakit Mimika oleh aparat dan pemerintah lokal.


AFP/SEVIANTO PAKIDING
Keterangan gambar,
Para imam gereja Katolik dari Keuskupan Timika mengecam konflik bersenjata di Intan Jaya. Pastor Amandus Rahadat (paling kanan) mendesak pemerintah menyelesaikan konflik secara dialogis.

Pada hari yang sama, pemerintah lokal dan pimpinan kepolisian serta militer mengabarkan kepada pihak gereja bahwa masyarakat bisa kembali ke rumah. Namun tidak semua warga langsung meninggalkan pengungsian.

Meski begitu, Kepala Polres Intan Jaya, Ajun Komisaris Besar Sandi Sultan meminta BBC News Indonesia tidak menggunakan istilah 'mengungsi' untuk mendeskripsikan rentetan peristiwa ini.

Sandi juga mengatakan hal yang sama saat warga sipil berbondong-bondong menuju gereja saat eskalasi kontak tembak di Intan Jaya meningkat, Februari lalu.

"Mereka tidak mengungsi, tapi menyelamatkan diri," ujar Sandi.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata 'mengungsi' bermakna menyelamatkan diri ke tempat yang dirasa aman.

Bagaimanapun, pertanyaan utama yang muncul dalam hari-hari terakhir, apakah saat ini warga sipil sudah terbebas dari potensi tertembak atau menjadi korban berikutnya dari konflik bersenjata di Intan Jaya?

Dan bagaimana aparat membedakan siapa kombatan dan siapa warga sipil?

"Mereka yang membawa senjata adalah musuh, yang tidak membawa senjata berarti masyarakat," kata Kepala Polres Intan Jaya, Ajun Komisaris Besar Sandi Sultan.

Saat Melpianus tertembak, tak ada satupun anggota keluarganya yang menyimpan senjata. Agustina Ondou juga tak memiliki senjata. Begitu pula Pastor Yeskiel yang nyaris tertembak di halaman gereja.


ANTARA
Keterangan gambar,
Sejumlah bangunan terbakar pada saat huru-hara terjadi di Kiwirok, akhir September lalu.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59456672
Lanjutnanya di bawah

muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 memberi reputasi
-1
1.2K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan