Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tamimpardede500Avatar border
TS
tamimpardede500
Generator Pembuat Gempa & Bencana alam




Seism generator, mesin pembuat gempa.

insyaALLAAH karya. Tamim Pardede

Mulai jam 21:30 malam ini akan saya operasikan yg versi 2.1 dan sdh diprogram utk 53 negara didunia, yg lainnya menyusul insyaALLAAH.

Mungkin banyak orang yg belum percaya bahwa ada alat yang dapat membuat gempa. Banyak "pakar" membantah ini, padahal ini semua bukanlah teori. Namun sudah menjadi hukum. Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian adanya anomali sebelum terjadinya gempa. Apakah anomali itu alamat pertanda gempa atau letusan gunung berapi atau dsb nya, ataukah anomali itu sendiri merupakan penyebab gempa atau letusan. Saya insyaALLAAH sudah sampai pada tekhnologi merekayasa anomali dari gaya elektrofisikmagnetik rambatan jauh, sehingga mampu membuat materi apapun menjadi kacau. Hal paling logika yg sangat sederhana adalah berubahnya air menjadi embuh oleh karena audio ultrasonic. Maka kedunguan apalagi yg akan menjadi dasar bantahan bagi mereka yg mengatakan bahwa gempa atau bencana tidak bisa direkayasa. Wkwkwk. Kalau di beberapa negara memiliki senjata pembuat bencana semacam HAARP, maka senjata yg saya temukan adalah portable namun memiliki kekuatan diatas HAARP tersebut.

Demikian saya lampirkan penelitian mengenai beberapa kasus gempa yg akan menyadarkan jiwa2 keblinger yg cuma bisa membantah namun minim ilmu. Hahay

Polarisasi Magnetik. Anomali polarisasi
Hz/Hh dan Hh/Hht yang diduga sebagai
prekursor gempabumi menurut penelitian
Hayakawa Hattori dan Yumoto and
The Magdas Group adalah kenaikan nilai.
Hal ini didukung konsep anomali EM bahwa
jika nilai polarisasi magnetik naik melebihi
rerata harian pada saat microcrack. Setelah ada
anomali, maka beberapa waktu kemudian akan
terjadi gempabumi, sehingga hal ini dapat
dikatakan sebagai tanda-tanda awal kejadian
gempabumi.
Pola kenaikan nilai Hz/Hh yang diduga
sebagai prekursor gempabumi ditunjukkan pada
Anomali Hz/Hh dengan kenaikan
kecil terjadi pada 17 Januari sebesar 0,42 yang
diikuti dengan gempabumi 2 Februari (5,3 SR).
Anomali kenaikan signifikan ditemukan pada
16 Februari, sebesar 4,58 anomali ini diikuti
gempabumi pada 26 Februari dengan magnitud
5,4 SR, 73 km dari sensor EM. Beriringan
dengan gempa tersebut, pada 18 Februari terjadi
anomali sebesar 4,5 yang diikuti gempabumi 6
Maret dengan magnitude 4,6 SR, sejauh 58 km
dari sensor EM.
Anomali berikutnya adalah kenaikan pada
28 Maret sampai dengan 2 April sebesar 2.6, 10
hari sebelum gempabumi 8 April dengan
magnitude 5,2 SR, 75 km dari sensor EM.
Selanjutnya, terjadi anomali signifikan sebesar
3,7 yang diduga sebagai prekursor untuk
gempabumi 16 April dengan magnitude 5,5 SR
dengan jarak 221 km. Selanjutnya, ditemukan
anomali signifikan tanggal 25-29 April sebesar
5,2. Ini diduga prekursor untuk gempabumi

pada 16 Mei dengan magnitude 3,7 SR.
Meskipun magnitudenya kecil, namun ini
merupakan gempa dangkal (10 km) yang terjadi
di darat dan dekat dengan Observatori
Pelabuhan Ratu. Anomali yang tidak diikuti
kejadian gempabumi terjadi pada 30 Mei - 5
Juni sebesar 4,8, tepat dengan badai magnetik
kuat pada 1 Juni 2013.
Kejadian berikutnya adalah gempabumi
tanggal 21 Juli dengan magnitude 4,4 SR yang
terjadi di laut dengan kedalaman 66 km dan
dekat dengan stasiun pelabuhan Ratu (26 km
arah selatan). Gempabumi ini didahului dengan
kenaikan kecil (1,5) pada 10-18 Juli. Pada
waktu-waktu selanjutnya emisi EM pada
spektrum ULF cenderung stabil. Pada bulan
Agustus sampai dengan September, tidak ada
anomali kenaikan yang terjadi. Pada 3 Oktober
terjadi kenaikan kecil (0,6) yang kemudian
diikuti kejadian gempabumi tanggal 24 Oktober
(4,7 SR) dengan kedalaman >100 km pada jarak
34 km dari Observatory. Anomali sebesar 3,5
pada 3 Nopember diikuti dengan gempabumi
pada 24 Nopember dengan magnitude 4,9 SR
dengan jarak 51 km. Gempa terakhir yang
didahului tanda-tanda awal adalah gempa
tanggal 18 Desember dengan magnitud 4,3 SR,
hiposenter berada di darat sejauh 40 km dari
Pelabuhan Ratu. Anomalinya sebesar 0,08 yang
terjadi pada 10 Desember.
Gambar 5. Pola prekursor gempabumi dengan polarisasi komponen horisontal terhadap rataan tahunan (Hh/Hht)
Metode polarisasi yang berikutnya adalah
Hh/Hht yang hasilnya ditunjukkan pada
Gambar 5. Anomali signifikan ditemukan pada
14 Januari sebesar 2,1, ini diduga prekursor
untuk gempabumi pada 2 Februari dengan
magnitud 5,3 SR, dengan jarak 190 km dari
sensor EM. Sedangkan anomali pada 29 Januari
sebesar 4,4 diikuti gempabumi 26 Februari
dengan magnitud 5,4 SR, 200 km dari Stasiun
EM. Anomali sebesar 5,35 tanggal 24 Februari
diikuti gempabumi 4,6 SR tanggal 6 Maret
sejauh 58 km dari sensor EM. Gempabumi 5,2
SR pada 8 April didahului dengan anomali
Hh/Hht pada 16 Maret sebesar 3,6. Gempabumi
tanggal 16 April (5,5 SR) sejauh 221 km di
dekat selat sunda juga terdeteksi dengan
anomali sebesar 3 pada 7 April. Gempabumi
dengan episenter di darat dan dekat dengan
Pelabuhan Ratu (24 km) pada 14 Mei, sebesar
3,7 SR didahului dengan munculnya anomali
sebesar 1.9 pada 22 April. Gempabumi pada 21
Juli dengan magnitud 4,4 SR 26 km dari stasiun
Em didahului dengan kenaikan nilai Hh/Hht
pada 15 Juni sebesar 6,8. Setelah itu, ditemukan
anomali 1 harian yang terjadi pada agustus
sampai awal Oktober, yang tertinggi adalah
sebesar 5,6 pada 16 Oktober dan kemudian
diikuti gempabumi pada 24 Oktober (4,7 SR).
Anomali Hh/Hht berikutnya ditemukan pada 7
November sebesar 5,8 yaitu 6 hari sebelum
gempabumi magnitude 4,9 SR pada 1
November. Anomali selanjutnya ditemukan
pada 25 November sampai 14 Desember
sebesar 9,5, yang diikuti dengan gempabumi
dengan hiposenter berada di darat pada 18
Desember (4,3 SR), 40 km dari sensor EM.
Beberapa kenaikan yang cukup signifikan pada
gempa-gempa dengan magnitud kurang dari 5
SR lebih disebabkan karena episenter
gempabumi yang relatif dangkal, dan lokasinya
dekat dengan stasiun pengamatan EM
Pelabuhan Ratu, sehingga dapat menyebabkan
efek gangguan yang besar pada emisi ULF

Rentang waktu
munculnya anomali impedansi cenderung
sebanding dengan Rhypo. Semakin jauh
Rhypo’nya, maka anomali impedansi juga
semakin besar, sedangkan polarisasi magnetik
cenderung sebaliknya, yaitu semakin menurun.
Pada Gambar 7c, korelasi antara rentang waktu
dan magnitudo, dengan metode polarisasi
ditemukan bahwa pada magnitudo yang
semakin besar, akan ditemukan anomali dengan
rentang waktu yang semakin lama pula. Dengan
metode impedansi, pada magnitudo yang besar,
rentang waktunya akan semakin cepat. Korelasi
pada Gambar 7d antara nilai anomali dan
magnitudo pada metode impedansi, semakin
besar magnitudo, maka nilai anomali yang
muncul cenderung makin besar. Sedangkan
pada polarisasi magnetik ditemukan hal yang
sebaliknya. Jika magnitudo yang besar maka
nilai anomali cenderung menurun. Korelasi
antar parameter komponen EM tersebut tidak
menunjukkan hasil yang linear murni. Artinya,
perubahan nilai korelasi yang ditunjukkan
memiliki perubahan cenderung kecil.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dengan beberapa
metode yang telah digunakan, dapat
disimpulkan bahwa karakteristik sinyal EM
pada spektrum ULF sebegai prekursor
gempabumi adalah penurunan nilai impedansi
EM, dan sinyal mengalami kenaikan nilai untuk
metode polarisasi magnetik.
Pola hasil pengolahan yang ditunjukkan
pada grafik mengindikasikan anomali terjadi
dalam rentang waktu tertentu. Detailnya, pada
metode Hz/Hh ditemukan 10 kali anomali
dengan rentang nilai anomali 0,5 sampai dengan
5,2, untuk metode Hh/Hht, nilai kenaikannya
bervariasi antara 1,9 sampai dengan 9,5.
Sedangkan untuk metode impedansi, ditemukan
nilai penurunan 3,01 sampai dengan 16
sebanyak 10 kali penurunan. Rentang waktu
anomali terhadap kejadian gempa juga
bervariasi. Untuk metode polarisasi Hz/H dan
Hh/Hht, ditemukan rentang waktu anomali
sampai kejadian gempabumi berkisar antara 4
sampai 39 hari. Sedangkan pada metode
impedansi EM, ditemukan bahwa rentang
waktu munculnya anomali berkisar antara 4
sampai dengan 32 hari. Sedangkan korelasi
menunjukkan kesebandingan antara magnitudo
terhadap rentang waktu dan nilai anomali
polarisasi magnetik, Rhypo terhadap nilai dan
rentang waktu anomali impedansi. Sedangkan
hasil yang cenderung tidak sebanding adalah
antara Rhypo terhadap rentang waktu dan nilai
anomali polarisasi, serta magnitudo terhadap
nilai dan rentang waktu anomali polarisasik.
ryo_321
ryo_321 memberi reputasi
1
1.4K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan