Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ariyanyusufAvatar border
TS
ariyanyusuf
After The End World
"Cahaya apa itu!" sebuah pertanyaan dari Ahsen mewakili semua orang di kelas.

Aku tertegun. menyaksikan fenomena ribuan triliun serpihan cahaya hijau menutupi cakrawala. bermula dari ufuk barat menyebar ke seluruh penjuru. sangat terang hingga sanggup merebut kedigdayaan matahari.

Kepalaku mendadak dipenuhi kilas balik peristiwa keji mimpi hari itu.

"Ini terbukti!"


.
.
.



(3 hari sebelum datangnya cahaya)

Orang-orang baik dewasa anak anak pun orang tua tak terkecuali, berlari panik ketakutan, melupakan kendaraan serta harta benda mereka yang terjebak kemacetan. Ledakan pecah dari sisi lain kota menggetarkan aspal dan bangunan gedung gedung bertingkat, menyisahkan jeritan dan rintihan kesakitan tak berkesudahan.

Aku lari terbawa arus orang-orang. Kanibalisme di sekitar cukup untuk bilang bahwa ini bukan saatnya berhenti.

Suasananya tiba tiba berubah, seluruh orang orang tadi hilang berganti kesunyian, kini hanya ruang putih kosong sejauh memandang. aku terdiam mengumpulkan oksigen, sementara seorang pria muncul dari ketiadaan. Menatap kearahku dengan raut datar sedikit ekspresi.

'kau masih menyangkal. Itulah alasannya mimpi ini terus menghantuimu.' aku maupun sosok itu terdiam cukup lama, tidak satupun dari kami berniat melempar kata-kata dalam waktu dekat.

ditengah keheningan itu dia berjalan lebih dekat kearahku.
'Kau punya potensi, sulit untukku mengabaikannmu' dia menghela nafas dalam tanpa melepas raut datarnya. aku masih takut padanya meski ini bukan kali pertama.

"Dengar baik-baik, kuharap kau berhenti menyangkal ini, besok dari pengiriman peti kemas perusahaan ayahmu. Ada sindikat penyelundupan barang ilegal. Kapal Ares 005. Peti kemas berkode seri DENSOL13497, kuharap kali ini kau tidak abai atau perusahaan ayahmu akan terancam, meski itu tidak berguna pada akhirnya'

'Buktikan, percayalah pada semua ini.. percayalah demi kebaikan kaummu sendiri.'

Pria itu memudar layaknya asap tertiup angin. Bersama itu aku mulai merasakan sinar pagi menusuk melalui kaca jendela kamarku.


Aku Zian Aldera Reindal. Beberapa hari berlalu dan aku masih dilanda mimpi terburuk dalam sejarah hidupku. Tiada lagi malam sunyi penuh ketenangan.


"Ahh pagi! Apa kau merasa lebih baik hari ini" Aku kaget mendapati ayah berdiri diambang pintu kamar memakai setelan jas rapi ketika kubuka.

Adhicandra Reindal duda satu anak. Percayalah kau akan ragu saat tahu umurnya baru 40an. Dia memiliki tubuh yang cukup tinggi dan masih tegap. wajahnya cukup rupawan bawaan karena ayahnya orang luar, sekarang itulah yang dia wariskan padaku. membawaku pada masalah saat masa-masa awal pubertas dulu.

"Lebih baik dibanding kemarin. Ada kerja hari ini?"

Aku salah menanyakan itu, kapan dia pernah dirumah selain untuk tidur.

"Ya ada banyak urusan di kantor. Ayah udah siapkan sarapan di meja, makanlah sebelum kau berangkat"
Aku mengangguk sebagai balasan.

"Ok ayah berangkat"

"Tunggu, ada yang ingin ku katakan" aku menghentika langkahnya teringat satu hal.

"Apa?"

"Hari ini ada jadwal kapal peti kemas Ares 005?"

"Hmm tunggu ayah cek. Memang ada apa?"

Dia mengambil ponsel dari sakunya, sedikit mengotak atik layar.

"Ada yang ingin aku pastikan di kapal itu, bolehkah?"

"Ya Kapal itu tiba di pelabuhan pukul 2 siang nanti. Apa sebegitu penting?"

"Penting! ini ada hubungannya dengan mimpi burukku belakangan"
"Ayah tidak janji tapi nanti coba aku bicarakan dengan pihak sana"

"Aku mengerti"


Kelas harusnya telah mulai sejak tadi namun aku tak berniat hadir. karena harus ke pelabuhan siang ini, untuk itu aku mengajak Ahsen, lebih tepatnya dia memaksa ikut. Sahabat karibku sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. fisiknya tinggi tegap mengingat dia seorang atlet. Ahsen lebih tua setahun dariku, dulu dia tinggal di kelas saat kelas dua sekolah dasar.

Sejujurnya aku masih setengah percaya, meski tidak dipungkiri semua yang dia katakan selalu terbukti. tapi kali ini berbeda ini bukan hal kecil, seperti tebakan judi atau peristiwa harian lainnya. aku datang untuk bukti kata katanya.

Kapal yang kami tunggu akhirnya bersandar di bahu dermaga. Para kru dan pihak pelabuhan sibuk memulai pekerjaan memindahkan kargo dari atas kapal. aku berdiri di tepian demaga. setelah menghubungi ayah, seperti dugaan dia takkan datang selalu saja ada alasan.

Sebagian telah aku ceritakan padanya, tentu ia ragu, tapi setelah aku memaksanya dia memberiku izin bertindak selama masih dalam koridor pengawasan pihak terkait.

Peti kemas berkode seri DENSOL13497, setelah dipindahkan pihak keamanan bergegas membongkar konteiner setinggi 2 meter lebih ini.

Dari yang terdaftar di catatan Bereau International des Conteiners (BIC) peti kemas ini berisi bahan-bahan tekstil dan banyak lainnya. Tidak ada yang mencurigakan darinya. Semuanya terdaftar resmi dan terlihat baik, sebelum...

Para petugas dari pihak keamanan berhasil menemukan kotak paket berisi lusinan senjata api ilegal. barang itu di selundupkan dengan kedok bahan tekstil. Mereka tersimpan rapi diantara tumpukan kain.

jantungku berdetak cepat dengan perasaan campur aduk melihat itu semua. sekarang aku agak takut pada mimpi itu.

"Pistol asli"

Coba mengalihkan perhatian dari pemikiran itu, aku malah semakin dikejutkan oleh barang-barang ini, pistol ini lebih berat dari yang pernah ku bayangkan, meski baru pertama kali memegangnya, tidak diragukan ini pistol asli. Ada tulisan glock-17 di samping kiri moncongnya ku pikir itu nama senjata ini. Banyak diantara mereka masih berupa komponen komponen yang belum dirakit.

'adakah alasan lain dia mengungkap ini padaku'

'Pecahnya Kerusuhan... hingga Ancaman..'

aku tertegun saat pikiran nekat itu terlintas dalam benakku.

'mungkinkah... ini ditujukan untukku'

Aku pikir para petugas itu cukup bodoh untuk meninggalkan semua ini tanpa pengawasan berarti.

"pedang yang sangat tajam"

Ahsen menunjukan ujung jarinya. Ada goresan kecil berdarah disana.
Aku raih pedang yang dibawa ahsen, benda ini cukup terkenal. Katana, salah satu jenis pedang asal jepang. Itu berwarna putih dengan gagang hitam pekat terbalut dengan sarung berwarna sama.

Para petugas segera menarik semua benda-benda ilegal itu untuk penyelidikan lebih lanjut.

selanjutnya aku bersama Ashen mengabiskan sore di salah satu restoran tepi pantai, menyusun langkah yang ingin kuambil nanti.


.
.
.


aku tidak bisa berhenti mengabaikan semua itu, kini ada banyak hal yang ingin kulakukan.

Kejadian kemarin membuka pikiranku. Tidak ada salahnya bersiap, paling tidak jauh lebih baik andai peristiwa itu terbukti.

persiapan ini tentu butuh uang cukup besar, aku yang seorang pelajar ini, hanya sedikit uang yang kupunya meski telah membongkar semua isi tabunganku. untuk menutupi itu, aku menjual semua barang berharga hingga kendaraanku.

Dari semuanya aku hanya punya buget sebesar Rp18.000.000,00

Aku hari ini absen, menggunakan semua waktu untuk belanja barang 'perang'.

Banyak yang harus disiapkan untuk memudahkan aku bagi beberapa kelompok.

seperti alat yang kubeli dari toko senjata siang tadi, sebuah machete/ golok dan 2 buah belati. jika masih kurang aku bisa memasukkan pisau dapur rumah ini dalam daftar lagipula cukup banyak varian pisau disana.

Untuk pelindung diri aku menyiapkan sepatu boots, satu set pelindung siku dan lutut, juga sarung tangan kulit.

Tidak lupa bagian terpentingnya, yang menghabiskan lebih dari separuh keuanganku, pasokan bahan pangan untuk sebulan penuh. ini yang paling ribet, aku harus bolak balik super market hingga 3 kali. aku ingin menyimpan lebih banyak tapi ini batas kemampuanku.

Kotak p3k dan obat obatan. Berbagi peralat umum seperti senter, pemantik, teropong dan alat komunikasi walkie talkie.

Semua aku kemas dalam ransel menyimpannya dalam bagasi mobil agar sewaktu waktu diperlukan. Tidak di jabarkan secara rinci kapan peristiwa itu bermula. Dia hanya bilang dalam waktu dekat.

tindakan ini cukup gila beruntung ayahku orang yang sangat sibuk jadi aku cukup leluasa.


.
.
.


Keesokan harinya aku bangun cukup pagi.

"Tidak bisakan ayah dengar apa kataku kali ini! Sekali saja Yah, aku takkan ganggu kau lagi"

"Nggak bisa"

"Pandemi ini akan datang percayalah!"
segelas susu di meja makan tumpah saat aku menggebrak meja. aku cukup kesal pada ketidakpeduliannya.

"kau dengar dari mana? semua baik, tak ada berita besar apapun disini."

"Jangan bilang aku belum mengingatkanmu!"

Aku memandangnya tajam, aku tidak main main soal ini. Sedari malam perdebatan ini tapi tak kunjung berakhir. bukan masalah jika ia hanya bekerja di kota saja. Masalahnya ia akan keluar kota dengan waktu yang tidak ditentukan. Itu yang membuatku cemas.
"ini proyek besar Yan, penting bagi ayah"

Apa dia bisa berkata begitu saat peristiwa itu terjadi.

"Terserah, saat ada hal aneh dari langit pastikan kau tetap di dalam ruang tertutup. Mulai hari ini aku bawa mobil"

Aku pergi meninggalkannya sendiri. Tidak ada gunanya melanjutkan perdebatan ini, malah akan memperburuk emosiku.

Hari itu aku berangkat dengan suasana kacau.

Kebetulan sekolah mengadakan sosialisasi pengenalan dan tindakan penyelamatan diri dari bencana kebakaran. Kegiatan itu dipimpin langsung oleh orang-orang dari pihak pemadam kebakaran sendiri. Mereka membawa peralatan lengkap dan terbaru, menerangkan dan membimbing semua siswa meski sebagian besar tidak ada yang peduli, sibuk dengan dunianya masing masing.

Kegiatan itu berakhir pukul 10.30 seluruh siswa berhamburan mendatangi kantin sekolah. Meninggalkan teras dan lapangan panas.

"Sialan jam segini baru selesai! mana ga boleh pergi juga!"

Ashen mengeluh disampingku. Ia menenguk tuntas es jeruk pesanannya.

Siang itu kami menghabiskan seluruh jam istirahat dengan candaan dan obrolan ringan. Sejenak melupakan seluruh beban dalam benakku.

Semua pergi menuju kelas saat bunyi bel bergema. Cukup kemarin hanya karena bolos dan Alpa poin skorsku sudah bertambah 80, aku masih cukup waras untuk tidak melakukan lagi.

"Cahaya apa itu" perkataan Ahsen mengambil seluruh atensi siswa yang masih fokus dengan guru didepan.

Aku terdiam. menyaksikan ribuan triliun serpihan cahaya hijau menutupi cakrawala. Mulai dari ufuk barat menyebar ke seluruh penjuru. Merebut kedigdayaan matahari.

"Ya tuhan! terbukti!"

Aku membuka kasar loker milikku, mengambil tas cadangan yang telah aku simpan disana.

"Sen, ikut aku cepetan!"

Aku menyeret Ahsen pergi, tujuanku saat ini adalah ruang tertutup tanpa banyak orang. Aku terus berpacu dengan waktu menuruni anak tangga. Ditengah itu semakin kurasakan tangan kananku panas tanpa sebab selayaknya terbakar.

setelah cukup lama berlarian aku menemukan ruangan paling cocok untuk sembunyi, Ruang Musik itu pilihan yang cukup bagus saat ini. beruntungnya lagi tempat itu masih kosong.

"Kenapa kau ini? Apa ada yang tidak beres?"

"Akan ada pendemi dalam beberapa jam kedepan, kita harus tetap di sini sampai semuanya aman"

"Pandemi? Apa maksudmu? aku tak paham"

"Cahaya itu membawa penyakit, tapi bukan itu bagian terburuknya. orang yang terinfeksi akan menjadi radikal tak terkendali." Ahsen mengerutkan dahi,

"Dari mana kau tahu? Tak ada pemberitaan apapun di media"

"Ada yang mengatakan padaku, sulit ku jelaskan. tapi percayalah padaku!"
"Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah berdiam diri disini"
"..."
aku tau tidak mudah baginya untuk percaya begitu saja, meski aku yang mengatakannya. jika aku berada di posisinya mungkin aku akan menolaknya mentah-mentah.

"jadi... seberapa parah itu?" aku diam sejenak.

"Sangat parah kupikir seluruh negri akan Chaos"

kami berdua terdiam. dalam keheningan itu kami sibuk dengan dunia kami masing masing. beruntung sinyal ponsel masih belum terputus. jadi aku menghubungi ayahku, mengatakan padanya untuk tetap dalam ruangan tertutup selama sinar misterius itu.
juga kukatakan pada Ahsen untuk menghubungi keluarganya.


"Mereka malah berfoto dengan cahaya itu" Ahsen menunjukkan foto yang dia ambil dari sosial media.

pemberitaan cahaya misterius itu menyebar cepat bak air bah. Para pakar mulai berhipotesis mengenai itu, tetapi untuk saat ini belum ada satupun berita mengenai dampak buruk apapun darinya.

"sangat bahaya saat terpapar langsung dengan cahaya itu, mereka akan terdampak beberapa jam setelahnya."

"Cahaya itu akan berlangsung selama 90 menit."

"Oh jadi berapa lama kita disini."

"Cari aman.. mungkin kita keluar besok..liat situasi nanti"

"Kau bercanda? Aku tidak bawa makanan apapun ini masih pukul dua siang"

"Aku bawa, noh di dalam tas"

"Sial ini masih berlanjut" pekikku kecil merasakan telapak tangan luarku terasa panas kembali.

"Kenapa tanganmu?"

"Entahlah rasanya seperti terbakar sejak tadi"meski telah kujilati berlumuran liur panasnya tak kunjung reda.

"Coba lihat" saat aku berhenti dari kegiatanku, aku tersentak mendapati gambar seperti peluru tercetak jelas di sana. Tiga buah peluru berkuran lima inci satu di bagian tengah agak besar dari yang lain.

"Apa? Kau buat tatto? Sejak kapan"

"Tidak aku tidak pernah membuatnya"

"Kupikir ini muncul dari rasa sakit ini"

"Mustahil gimana itu terjadi"

"Entahlah aku pusing biarkan aku tidur sejenak, apapun yang terjadi jangan kau jangan keluar"

"Ya ya baiklah"


'Waktunya telah tiba, kulihat kemampuanmu juga telah terbangkitkan'

'Kemampuan? Apa yang kau maksud ini' ujarku seraya menunjukkan tato peluru di bagian luar telapak tanganku.

'Tepat!, lalu kau menyimpan barang itu'kan?' Aku terdiam sejenak, apa yang dia maksud benda itu.

dengan tidak yakin aku menjawab ya.

'bingo! barang itu akan melengkapi kemampuan spesialmu'

'tunggu, kemampuan spesial aku kurang paham? benda itu juga aku sangat awam'

'tak usah kau pikirkan, kau akan dapat melakukannya seperti halnya kau bernafas karena saling terhubung dengan kemampuan spesialmu. tunggu saja kau akan tahu nanti'
'sampai jumpa! temanmu memanggil'


"Yan! oi bangun!"
"apa maksudmu ini?" ujarnya memunjukan sebuah pistol dari dalam tasku.

"..." aku terbangun, merenggangkan otot-ototku yang kaku.

"kau mengambilnya hari itu!"

"ya! bagus bukan?" aku tersenyum kecil
"kau gila, jika polisi tau kau bisa masuk sel!"
"jangan khawatir itu takkan terjadi"
0
410
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan