Pagi yang indah di negeri matahari terbit. Terlihat di luar sana bunga merah muda itu berguguran sedikit demi sedikit. Di kamar tiddur penginapan ini, aku menghirup secangkir teh hijau yang disediakan.

Saat itu, aku ingin pergi ke kamar mandi, dan menemukan seorang wanita tergeletak di depannya.

Dia Fuyumi, seorang wanita cantik kelahiran negara itu namun berkebangsaan Indonesia. Dia baru saja mudik, ikut dengan kami.

Aku melihat dari dekat. Nampaknya baru saja dia kehilangan nyawa, karena dia sempat menulis gambar kotak dan simbol sama dengan melalui darahnya.

Mengingat aku bersama tiga pria lainnya, tentu saja aku mencurigai mereka karena hanya kami yang sama-sama menginap di sini. Ditambah mengetahui bahwa ketiga-tiganya bermasalah dengan Fuyumi.

Yang pertama adalah Yoshi. Seorang pesepak bola yang hobinya dilarang oleh Fuyumi. Sejak dilarang, dia tidak pernah terlihat main bola lagi.

Yang kedua adalah Roni, teman dari Indonesia yang ikut denganku. Aku tahu dia mencoba berpacaran dengan Fuyumi tapi ditolak mentah-mentah.

Yang ketiga adalah Hatsu. Dia adalah pembimbing jalan bagi kami di sini. Dulu, Fuyumi yang mabuk menampar wajahnya. Bisa saja dia masih mengingat kejadian itu.

Aku kembali menghirup tehku, dan setelah berpikir, aku tahu pelakunya.