Tulisan ini berkisah dari kejadian kakak perempuan atau "Ayu" saya yang mengalami masalah persis seperti pada judul di atas. Oh ya, tulisan kali hanya meluapkan kekecewaanku dan bisa mengedukasi para lelaki yang menikah namun masih saja suka ngadu-ngadu pada ibunya setiap permasalahan dirumah.

Ayu adalah seorang karyawati disalah satu pabrik, dan suaminya juga seorang karyawan di salah satu perusahaan pengolahan minyak makan. Menurut cerita Ayu, suaminya seorang yang cemburuan.

Saat sudah menikah mereka berdua sama-sama bekerja untuk mencari uang untuk kebutuhan hidup, alasan utamanya adalah untuk membayar hutang biaya pernikahan kepada orang tua suaminya. Cukup aneh sih saya rasa, masa orangtuanya menuntut bayaran pernikahan anaknya sendiri padahal keluarganya termasuk ekonomi menengah ke atas.

Demi memenuhi hutang tersebut Ayuku harus tetap bekerja dan juga harus merangkap menjadi ibu rumah tangga. Ayuku bekerja bukan karena paksaan, ia bekerja karena ia seorang wanita yang mandiri. Berikut awal hancurnya rumah tangga Ayuku, semoga dapat menjadi gambaran hidup yang positif bagi orang lain.

Kita pastinya tau bagaimana loyalitas seorang karyawati, yang artinya ada tuntutan pekerjaan yang diberikan perusahaan. Saat Ayuku telat pulang kerumahnya karena tuntutan pekerjaan, suaminya langsung marah-marah karena rumah berantakan dan Ayu sadar jika suaminya curiga akibat cemburuan. Perselisihan ini mulai terjadi setelah 8 bulan menjalani rumah tangga.



Karena Ayu sering telat pulang, suaminya pun sering marah-marah tak jelas. Dan Ayuku sering dituduh "selingkuh," dan dikatakan tidak becus mengurus rumah tangga. Hal tersebut tidak di gubris Ayuku, dan suaminya ternyata ngadu ke ibunya tentang hal ini. Ayu tau itu, selang beberapa hari setelah ibu mertuanya datang dan menasehati Ayu dirumahnya.

Setelah itu, mertuanya memang tidak menuntut utang pernikahan anaknya harus dilunaskan dalam artian hangus atau tidak ada hutang lagi. Akan tetapi, Ayu harus resign dari pekerjaannya. Karena sadar diri ia adalah istri, Ayu pun menyetujuinya untuk mengundurkan diri dan Ayu pun mulai fokus terhadap pekerjaan rumah.

Setiap kekurangan yang ada dirumah suaminya selalu mengadu kepada Ibunya, misalnya Ayu telat bangun, tidak bisa memasak-masakan enak, saat uang belanja kurang dan bla..bla... Mertua Ayu jadi sering menyindir Ayu melalui media sosial mertuanya. Ayuku juga sering dibanding-bandingkan dengan menantu lainnya hal itu diketahui dari teman gosip Ibunya.

Yang membuat Ayu kesal adalah status mertuanya "Ibu dan anak tak ada beda, sama-sama tidak becus", tentunya Ayu paham sama siapa disematkan status tersebut. Namun, Ayu belum melampiaskan. Suatu saat ketika Ayu ingin pulang kampung kerumah, suaminya menolak untuk ikut. Dan disinilah Ayu melampiaskan kemarahannya sampai puas, cek-cok pun terjadi dan lagi-lagi suaminya mengadu-ngadu kepada Ibunya dan adu mulut pun terjadi antara menantu dan mertua.



Selang beberapa hari, tiba-tiba suaminya melayangkan gugatan cerai. Kalau Ayu berpikir ini adalah ide Ibunya, karena Ayu tau bagaimana suaminya. Karena sama-sama dibakar api emosi, Ayu pun menyetujuinya dan siap bercerai.

Saat ini Ayuku tidak menikah lagi dan fokus membesarkan kedua putrinya, dan suaminya dikabarkan menikah lagi dan cerai lagi.

Semoga tulisan ini dapat membantu membuka pola pikir pembaca, tulisan ini sudah banyak perubahan cerita karena ditulis berdasarkan pola pikir penulis. Akan tetapi, inti dari cerita ini masih tetap yaitu mertua yang suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya dan anak yang suka mengadu kepada Ibunya.




Penulis: Cika Ayunda
Editor: Sambelterasi052
Referensi: ©Pemikiran Cika Ayunda
Komunitas: Toba Ethos