Love is Spontaneous.

Masa kanak-kanak selalu menyenangkan.
Siapa yang tak senang di masa kanak-kanak? Aku.
Aku tak terlalu bahagia dengan masa kecilku. Sungguh ironi jika kubahas, atau mungkin bisa diartikan kelam dan ya sudahlah, semua sudah terjadi. Akan tetapi, begitu banyak anak-anak pula yang mengalami masa kanak-kanak begitu gembira; penuh canda tawa serta spontanitas.

Spontanitas.
Hal ini jarang dimiliki orang dewasa, kecuali mereka yang berjiwa bebas. Free spirited, begitu bahasa bekennya mungkin. Maklum, aku hanya seorang gadis udik yang bahkan tak tahu mana itu Amerika dan Hawaii.

Orang dewasa selalu berkutat pada rencana -- plan A, plan B, gagal plan keduanya, buatlah plan C! What kind of life full with schedulle? Nah! I don't wanna live like this. Shit always happen ketika aku mencoba berencana. Jadi selama hidup ini, aku mengaplikasikan gaya atau cara hidup seronok. Bukan seronok bokev, tapi seronok barbar kaum madesu. Hehehe
Kulakukan apa pun dengan mendadak. Eh, tak apa pun sih. Kadang ada hal penting semacam membuat E-KTP atau paspor itu butuh rencana. Ga bisa mendadak semaunya sendiri, sesuai mood.

Spontanitas yang terjadi, kerap kulakukan itu perihal melakukan kegiatan bilamana libur dan ada ruang kebebasan tak melulu dikejar rutinitas mencari duit. Seperti contoh, kenapa ada jenis orang yang sejak malam mula sudah merencanakan mau sarapan apa, minum apa, dan nanti pakai baju apa. Aku tak mengusik kebiasaan orang yang teragenda dengan baik dan rapi serta teliti macam kaum Zodiak Virgo yang teramat detail macam tukang tagih kredit! Tapi bagiku, mereka yang begitu memiliki harian ketat terjadwal rapi, ga masuk dalam kapasitas otak bebalku yang free spirited!
Karena aku pribadi, biasa sarapan ketemunya aja tukang apa, atau mau masak apa. Walau ga bisa masak, ya merebus es balok masih bisa dan dijamin meleleh loh! Serius! Aku bangga akan keahlianku yang bisa masak es balok.

Nah, coba sebutin hal spontan apa yang orang dewasa ga punya? Yep!
((( Nanya sendiri, jawab sendiri. Tanda-tanda orang cerdas, jenius IQ di atas genteng))).
Spontanitas yang orang dewasa ga miliki itu MENERIMA! Mereka, para orang dewasa selalu denial akan apa yang dinamakan cinta.

Bayangkan, misal Samiun pergi beli kupat tahu. Terus biasa dia membeli kupat tahunya tutup, jadilah Samiun beli soto aja di lapak baru seberang pom bensin minggir dikit di tikungan empang Haji Badrun, terus lurus deket pohon pete segede mata kebo. Nah, di situlah Samiun beli soto. Yang jualannya Siti. Bahenol, bohai, mantap, montok, pokoknya segala jenis ungkapan keindahan duniawi milik Si Siti dah!
Dan Samiun sepanjang perjalanan, menepis sambil dzikir walau dalam keseharian dia jarang ibadah. Dalam hatinya bilang, "Astagfirullah!" Sambil elus dada. Di kata Si Siti iu pembuluh darah yang menuju ke jantung sampe dielus gitu dada Si Samiun inget kemolekan ragawi Si Siti.

Di rumah, Samiun ga nafsu tidur dan susah makan. Eh, kebalik ya. Ya pokoknya gitulah. Samiun buang-buang waktu menepis perasaan alias getaran aneh yang kadang bikin perutnya mulas tapi bukan mau boker, dan celana dalamnya agak becek tiap inget lirikan si tukang soto itu. Alhasil, sehari semalam Samiun gelisah. Susah aktivitas, bawaannya ga fokus. Kabur-kaburan aja gitu saraf cerebrumnya. Untung ga parkinson juga tuh.
Semakin disangkal, semakin resah, gundah gulana tak keruan. Samiun antara bingung mau pura-pura beli soto lagi padahal mau minta nomor Siti, atau fokus aja sama kegiatan hidupnya sebelum kenal Siti? Dia udah kayak alay yang melamunkan lem aibon buat nge-fly.
Dan habislah sudah seminggu kemudian waktunya dalam kegundahgulanaan. Kerjaannya ga bagus, Si Samiun Junior alias kelamin dia makin engas dan bikin nyeri kepala karena ga keluar, dan muka dia kuyu -- kesehatannya menurun akibat efek psikosomatis; sakit raga akibat pikiran stress.

Samiun lupa jadi orang yang spontan; menerima tanpa menyangkal kalau dia tertarik kepada Siti. Lama-lama pertanyaan pun ada dalam benak Samiun: Apa aku jatuh cinta sama tukang soto itu? Ah, engga!

Samiun buang-buang waktu dan ga cerdas! Alih-alih terus hidup penuh penyangkalan kebanyakan orang dewasa punya, kenapa dia ga jadi anak-anak saja? Kenapa ga memeluk apa adanya momen itu? Momen di mana jantungnya berdegup keras saat pertama melihat Siti, momen di mana si Samiun Junior mengeras tiap liat kulit Si Siti, momen di mana Siti memenuhi pikirannya, momen di mana baskom pun terasa wajah Siti, momen di mana daun yang berguguran tak ubahnya gerak-gerik Siti saat membuat soto, momen di mana saat makan soto dia berkhayal Siti yang menyuapi, momen di mana Samiun berlagak kekanak-kanakan yang pantas. Jiwa kekanakan saat jatuh cinta itu sungguh pantas. Karena apa? Karena cinta itu murni, sangat lugu hingga yang bisa menerimanya dan menyikapinya dengan baik hanyalah jiwa kanak-kanak kita.

Jika Samiun bisa memunculkan jiwa murni kanak-kanaknya, maka dia tak membuang waktu satu minggu lamanya hanya berkutat pada keresahan gelisah perasaannya.

Yuk, mari kita jadi Samiun yang kanak-kanak saat kita merasa adanya timbul benih cinta pada orang yang terasa berbeda di mata dan hati kita. Tak perlu menyangkal, terimalah. Jadilah spontan seperti anak-anak sekali-kali. Seru, walau tak akan semua bisa sukses sesuai apa mau kita, tapi prosesnya kita akan suka. Percaya!

Jangan sangkal perasaan cinta; kepada siapa pun itu termasuk musuh. Karena sejatinya hati tak sekeras baja, hati itu selembut terigu. Hanya kitalah yang bisa menjadikan terigu itu bermacan adonan apa pun yang kita suka: kotak, bulat, gurih, pedas, manis, berkuah, kering, terserah. Bentuk hatimu sesuai kamu. Akan ada ragu pasti, karena manusia letaknya di wadah ketidaksempurnaan, maka wajar jika ada keraguan bahkan terhadap hati sendiri. Untuk itu, spontanitas kekanak-kanakan inilah yang akan jadi perisai untuk menepis keraguannya.

Jangan ragu untuk mengaku cinta!

Bahkan Kahlil Gibran pun memilih membawa cinta sampai liang lahat.

Untuk Selma Karami, begitu katanya. Kubawa cintaku sampai mati.

Jangan malu!

Ayo, akui jika kita tengah jantuh cinta dan hadapi dengan keseruan layaknya anak-anak.


Ciao!

P.S : Kembali ke masa kanak-kanak. Peralatan sekolah hadiah Natal.