Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

majestixed7araAvatar border
TS
majestixed7ara
Pengangguran Tembus 20 Juta, kok Pasar Saham AS Malah Pulih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada yang paradoks di Amerika Serikat (AS). Puluhan juta orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi virus corona (Covid-19), tapi pasar saham AS yang ditunjukkan dengan tiga indeks di bursa Wall Street yakni Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq pulih.

CNBC International mengungkapkan beberapa analis mengatakan paradoks ini tercipta karena ada indikasi lebih lanjut bahwa pasar saham AS memang bergerak di luar fakta ekonomi sektor riil yang ada. Sementara, lainnya mengungkapkan beberapa alasan yang jelas mengapa saham pulih, dan berpotensi terus bergerak lebih tinggi.

Pertama, ada kecenderungan data pengangguran sudah mencapai puncaknya sehingga berpotensi menurun. Angka pengangguran di April, yang mencatat rekor 20,5 juta orang Amerika kehilangan pekerjaan, tercipta dari puncak dari dampak pandemi corona.





Sejak itu, ekonomi AS perlahan mulai dibuka kembali. Analisis CNBC mengungkapkan, jalan memang masih panjang, tentu saja, tetapi pasar mengabaikan apa yang akan terjadi 6 bulan ke depan, ketika sebagian besar negara bagian di AS sudah membuka aktivitas bisnis.

Kedua, beberapa analis strategis juga menjelaskan bahwa dampak kerugian pandemi ini sudah agak terkonsentrasi di sektor-sektor tertentu seperti rekreasi dan perhotelan, yang kinerjanya kurang baik dan ikut mempengaruhi sektor lain yang sebetulnya punya fundamental baik.

Dengan beberapa rencana pemulihan dan stimulus dari pemerintah AS dan bank sentral (Federal Reserve/The Fed), sejumlah analis berpendapat bahwa begitu bisnis akan bangkit kembali dan berjalan normal, pemulihan akan cepat terjadi.

Baca: Likuiditas Ancam Bank RI, OJK Bakal Tunjuk Bank Jangkar

Indeks S&P 500, DJIA, dan Nasdaq Composite dibuka menguat pada Jumat pekan lalu (8/5/2020), di mana Dow melonjak lebih dari 300 poin. Sejak level terendah 23 Maret, rata-rata tiga indeks utama ini telah melambung lebih dari 30%. Pada penutupan pekan lalu, DJIA menguat 1,91% di level 24.331, S&P naik 1,69% di level 2.929, dan Nasdaq melesat 1,58% di level 9.121.


Dampak Terburuk?
Di tengah perdebatan di antara para pakar kesehatan tentang bagaimana dan kapan ekonomi AS harus dibuka kembali, beberapa negara telah mulai mengurangi langkah-langkah lockdown atau karantina wilayah.

Sejumlah negara termasuk Florida memulai pembukaan kembali tahap pertama pada Senin lalu. California menjadi negara terbaru yang melonggarkan langkah pencegahannya, dengan membolehkan toko pengecer yang berisiko rendah diizinkan untuk membuka kembali kiosnya mulai Jumat lalu.

"Pasar tahu bahwa angka pengangguran disebabkan karena penutupan [lockdown] secara luas," kata Kepala Investasi Bleakley Advisory Group Peter Boockvar kepada CNBC International.

"Jadi, sekarang kita memulai proses pembukaan kembali, [sehingga] pasar berasumsi bahwa banyak dari orang-orang ini [pengangguran] diharapkan akan dipekerjakan kembali selama dalam beberapa bulan dan kuartal mendatang."



Selain itu, 78% dari mereka yang menganggur pada April mengatakan bahwa mereka sebetulnya masuk kategori cuti (atau dirumahkan sementara). Itu berarti secara teoritis pengangguran yang ada saat ini bersifat sementara. Ahli strategi Goldman, Jan Hatzius mengatakan ini penting untuk menganalisis tingkat pemulihan ekonomi di AS akan lebih cepat terjadi.

"Jika pengangguran terkonsentrasi di segmen ini [cuti/dirumahkan sementara], akan meningkatkan ruang lingkup pemulihan pasar tenaga kerja yang lebih cepat ketika ekonomi akhirnya rebound (karena karyawan dapat ditarik kembali ke pekerjaan sebelumnya, seperti dalam beberapa resesi sebelumnya)," katanya dalam sebuah catatan kepada klien, dikutip CNBC.

Saham-saham potensial
Pada awalnya di bursa AS, terjadi aksi jual saham besar-besaran karena ketidakpastian seputar coronavirus. Namun sejak itu, mulai kelihatan jarak antara saham-saham unggulan dan saham-saham 'pecundang'.

Tidak mengherankan saham yang paling terekspos oleh ancaman virus corona, termasuk saham emiten hotel dan maskapai penerbangan, terus diperdagangkan dengan harga yang lebih rendah. Namun saham-saham lain yang potensial mulai menunjukkan 'taringnya'.

Pada Kamis lalu, Indeks Nasdaq pulih dan mencatatkan angka positif sepanjang tahun ini, karena dukungan dari beberapa saham-saham teknologi seperti Netflix dan Amazon yang melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.

"Perusahaan besar [sahamnya] turun lebih sedikit dibanding perusahaan kecil. Sangat mungkin bahwa sebagai akibat dari krisis ini, [perusahaan] yang kuat akan menjadi lebih kuat ... dan pasar saham mencerminkan hal itu dalam penilaian relatifnya," kata Peter Orszag, CEO perusahaan penasihat keuangan Lazard dan mantan Direktur Office of Management and Budget (OMB), kantor manajemen anggaran di bawah era Presiden Obama.

"Konsumen AS sudah terbukti menjadi mesin [pemulihan] ekonomi selama dekade terakhir, dan investor yang berinvestasi banyak ke pasar ini percaya bahwa perubahan perilaku tidak mungkin menciptakan dislokasi dalam permintaan beberapa kuartal," tambah Shannon Saccocia, Kepala Investasi di Boston Private Wealth.

Saccocia mengatakan dengan nada yang lebih hati-hati bahwa dia percaya permintaan untuk layanan konsumen di AS akan kembali dengan cepat begitu keputusan pemerintah soal lockdown menyeluruh dicabut.

Rekor Pengangguran AS April 2020/CNBCFoto: Sektor terdampak di AS/CNBC
Rekor Pengangguran AS April 2020/CNBC

Guyuran Stimulus
Ketika coronavirus menimbulkan kekacauan di pasar, pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia, termasuk The Fed AS, turun tangan memberikan stimulus.

Pada Maret, Presiden AS Donald Trump menandatangani paket stimulus federal dengan rekor angka mencapai US$ 2 triliun yang dikenal sebagai Undang-Undang CARES (CARES Act) atau Coronavirus Aid, Relief, and Economic Security Act, sementara The Fed mengumumkan mereka akan melakukan pembelian aset tanpa batas.

"Jatuhnya aktivitas ekonomi ini bersejarah, demikian juga respons kebijakan global guna meredam dampak kejatuhan ekonomi dan mendukung upaya pemulihan, karena langkah-langkah penahanan [sebelumnya terlalu] santai," kata ahli strategi JPMorgan, Marko Kolanovic, dalam sebuah catatan baru-baru ini kepada klien.

"Kami memperkirakan dampak pelonggaran suku bunga The Fed dan kredit lebih dari mengkompensasi [kejatuhan] sementara dari penurunan pendapatan perusahaan-perusahaan di AS," katanya.

Suku Bunga Nol?
Sebagai bagian dari langkah-langkah stimulusnya, pada Maret lalu, The Fed, memangkas suku bunga mendekati nol persen. Pada pertemuan bank sentral AS pada akhir April, The Fed berjanji untuk mempertahankan tingkat suku bunga pada posisi terendah dalam sejarah sampai ekonomi AS pulih.

Kebijakan ini dilakukan guna mendukung kegiatan ekonomi karena dengan begitu aktivitas meminjam uang menjadi lebih murah.

"Suku bunga akan menjadi sangat rendah - hampir tidak positif - untuk jangka waktu yang sangat lama, sehingga memberikan beberapa dukungan terhadap harga saham," kata Peter Orszag.

Di tengah ketidakpastian yang sedang terjadi, Kate Moore, Kepala Strategi tematik untuk Tim Alokasi Global di BlackRock (salah satu pengelola dana investasi terbesar di dunia), mengatakan penting bagi investor untuk melihat persoalan secara mendalam dan menentukan siapa pemenang atau sektor-sektor potensial.

Dia percaya pasar saham bergerak lebih tinggi karena tiga alasan: tingkat infeksi virus corona atau Covid-19 yang melambat, pembukaan kembali secara bertahap ekonomi negara-negara bagian di AS, dan hubungan yang membaik antara AS dan China.

"Kita perlu terus mendapatkan dukungan pemerintah dan kebijakan agar pasar bergerak maju, dan agar kita tidak hanya bereaksi terhadap berita yang sedikit lebih baik, tetapi juga pada sesuatu yang lebih didorong secara fundamental," katanya.

"Pada dasarnya tidak ada yang bisa menghentikan AS," kata Warren Buffett, Chairman dan CEO Berkshire Hathaway, pada pertemuan rapat umum pemegang saham (RUPST) virtual pertama perusahaan konglomerasi itu pada Sabtu. "Keajaiban Amerika, sihir Amerika selalu menang dan itu akan terjadi lagi."

https://www.cnbcindonesia.com/market...as-malah-pulih
anasabila
onik
zafinsyurga
zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
590
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan