i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Anies Sebut Masalah Anggaran Muncul Tiap Tahun Gara-gara Sistem Warisan


Anies Sebut Masalah Anggaran Muncul Tiap Tahun Gara-gara Sistem Warisan

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menilai masalah penganggaran sudah terjadi selama bertahun-tahun dan pangkalnya adalah di sistem. Dia merasa mendapat 'warisan'.

"Ini problem muncul tiap tahun. maka yang kita koreksi adalah sistem nya. Sistem masih manual pengecekan manual maka ada puluhan ribu item. Saya kerjakan satu-satu kemarin. Tapi saya tidak berpanggung," ucap Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (30/10/2019).

Anies menyebut saat ini sistem yang digunakan Pemprov DKI sudah digital tapi tidak smart alias pengecekan masih dilakukan secara manual. Akibatnya, tetap ada pegawai yang teledor setiap tahunnya.

"Terlalu detail di level itu ada beberapa yang mengerjakan dengan teledor. Toh diverifikasi dan dibahas. Cara-cara seperti ini berlangsung setiap tahun. Setiap tahun muncul angka aneh-aneh. Kalau sistem smart, maka dia akan melakukan verifikasi," ucap Anies.

Menurut Anies, masalah ini juga muncul di era gubernur sebelum dirinya. Oleh sebab itu, dia tidak mau mewariskan hal ini ke penerusnya nanti.

"Kan ditemukan juga di era-era sebelumnya. Selalu seperti ini. Karenanya, menurut saya, saya tidak akan meninggalkan ini ke gubernur sesudahnya, PR ini. Karena saya menerima warisan nih, sistem ini. Saya tidak ingin meninggalkan sistem ini untuk gubernur berikutnya," ucap Anies.

Anies berjanji akan membuat sistem dengan pengecekan otomatis di awal tahun depan. Sehingga, tidak ada lagi masalah anggaran aneh karena kesalahan input data.

"Agar gubernur berikutnya tidak menemukan masalah yang sama dengan yang saya alami. Karena sistemnya sudah ada dari dulu, sehingga perencanaan yang dimulai di Januari, kan ada nanti rembuk Musrenbang, itu nanti tidak lagi menggunakan sistem yang melakukan pengecekan manual," kata Anies.
(aik/imk)
sumber

********

Warisan.
Bicara soal warisan, pasti kita berpikir soal amanah dan rejeki. Amanah karena warisan adalah sesuatu yang harus dikelola dengan baik. Sementara rejekinya, kita tidak perlu susah payah memperoleh warisan yang kita dapatkan.

Bahkan warisan dari kolonial yang mencengkeram negeri ini saja masih kita pakai untuk mengatur negara yang besar ini berikut rakyatnya yang bisa memenuhi wilayah Singapura.

Pemda DKI Jakarta, sejak era Jokowi-Ahok, dipaksa untuk terbuka dengan melakukan e-budgeting. Apapun yang dianggarkan oleh Pemda DKI Jakarta bisa dilihat dan dikoreksi oleh masyarakat Jakarta. Dengan begitu, kejujuran seluruh perangkat Pemda DKI Jakarta bisa dinilai langsung oleh masyarakat Jakarta, termasuk jika ada titipan-titipan haram yang diminta oleh DPRDnya, yang sejak dahulu dianggap sebagai sarang tikus berdasi, tempat manusia-manusia yang katanya terhormat tapi lantas membiarkan dirinya jadi hina sehina-hinanya karena menggerogoti uang rakyat.

Era Anies Baswedan, e-budgeting ini nampaknya membuat sulit dan mati kutu langkahnya. Sama-sama kita ketahui, diawal Anies menjabat saja, saat rapat anggaran 2018, banyak anggaran titipan yang dicut oleh DPRD saat itu. Dan yang paling mencolok adalah permintaan dana dari DPD Jakarta (tahu dong siapa anggota DPD Jakarta yang membela Anies) yang anehnya dititipkan kepada Wakil Ketua DPRD saat itu dari Gerindra. Jadi si Wakil ini seperti calo anggaran. Lucunya sekelas DPD tidak tahu adab dan aturan permohonan anggaran. Dan saat itu banyak yang lolos, seperti dana hibah yang tak jelas serta dana guru honorer yang dikelola oleh sebuah kantor yang tak jelas. Tapi semua bisa diredam oleh buzzer-buzzer Anies.

Tapi kali ini, semenjak ada PSI, partai baru yang diisi oleh mantan pendukung Ahok, Anies mulai gerah. Langkahnya seperti dikuntit. Dan gongnya adalah saat PSI menguliti KUA-PPAS 2020. Disanalah slogan Gubernur Magang terbukti. Banyak anggaran fiktif yang membuat masyarakat terperangah.

Ucapan Sekda DKI Jakarta nampaknya benar-benar jujur. Anies menandatangani anggaran tanpa melihat lagi. Ya mungkin benar karena baru bangun tidur didalam kantornya yang nyaman. Terlalu capai senam mulut menyusun kata-kata.

Dan sekarang, Anies menyalahkan sistem e-budgeting yang terkenal ampuh menghadang anggaran fiktif. Ok, biarkan. Bahkan hewanpun kalau terpojok pasti akan melakukan pembelaan, dan terkadang membabi buta asal serang.

Lalu Anies berencana membuat sistem hebat yang bisa menyisir sendiri besaran nilai anggaran yang aneh katanya. Padahal sehebat-hebatnya AI, jika merunut pada logika pertambahan dan penjumlahan, jika hasilnya benar, AI pun akan diam membenarkan. Kecuali jika dalam penjumlahan dan perkaliannya menghasilkan jumlah yang tak sesuai. Jangankan AI, anak SD juga akan tertawa jika itu memang salah. Yang jadi masalah, penambahan dan perkalian itu menghasilkan jumlah yang sesuai. Apakah nantinya AI akan teriak-teriak ke Anies? Padahal yang membuat masalah adalah pos-pos anggaran yang tidak masuk akal dan AI tak akan bisa protes dengan pos-pos anggaran yang dibuat manusia-manusia laknat.

Jadi, Anies cuma membual seperti biasa. Dia hanya tengah membela diri karena tahu situasinya sekarang berbalik. Publik tahu bahwa mengharapkan Anies lebih baik dari Ahok bagai mengerami telur buaya. Berharap anak buaya yang menetas jadi jinak, jutru yang mengerami dimakan anak buaya yang baru lahir.

Lihat, sekarang buzzer-buzzer Anies mulai bergerak. Mereka tetap membawa nama Ahok. Mereka bilang bahwa semua itu adalah ulah anak-anak buah Ahok yang sekarang masih ada di Pemda DKI Jakarta.

Padahal Tim Gubernur Untuk Persiapan Presiden bukanlah orang-orang Ahok.

Waktunya sudah dekat Nies.
Tidurlah yang nyenyak.


Quote:


Diubah oleh i.am.legend. 30-10-2019 17:17
sebelahblog
4iinch
tien212700
tien212700 dan 65 lainnya memberi reputasi
66
8.9K
187
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan