Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

elviciAvatar border
TS
elvici
B. J. Habibie, Bidang Ilmu Penerbangan Bukanlah Pilihan Pertamanya
B. J. Habibie, Mengenang B. J. Habibie, Biografi B. J. Habibie

B. J Habibie yang lebih suka dipanggil Eyang, sosok yang menginspirasi bagi Indonesia bahkan dunia. Banyak prestasi serta penghargaan dari dunia tidak membuat Eyang Habibie melupakan negara asalnya, Indonesia. Lama tinggal di luar negeri malah semakin memupuk rasa cinta tanah airnya. Ia bercita-cita memajukan Indonesia di bidang industri penerbangan seperti yang digelutinya selama belajar dan bekerja di Jerman.

Eyang telah berpulang menghadap Yang Kuasa pada 11 September 2019 lalu di usia 83 tahun. Kini, cita-cita dan keteladanannya harus kita teruskan, generasi muda yang ia cintai.

Saya membaca biografinya dan mengajak mengenal B. J. Habibie lebih jauh.





Quote:

Ilmu Penerbangan Bukanlah Pilihan Pertamanya

Selesai sekolah di SMA Kristen Dago, Habibie kuliah teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.

Selang setahun, ibunya meminta B. J. Habibie melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ia bertemu Laheru, temannya di ITB. Laheru mengatakan ia akan pergi ke Jerman melanjutkan pendidikan. B. J. Habibie menyatakan bahwa ia juga berniat. Laheru memberitahu B. J. Habibie bagaimana memperoleh izin dan mendapat visa, tetapi yang paling penting adalah menghubungi Kementerian Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan di Jakarta.

B. J. Habibie ke Jakarta menemui petugas yang berwenang. Ia ditanya jurusan yang akan dipilihnya, B. J. Habibie memilih Ilmu Fisika. Petugas sambil tersenyum menjawab bahwa tidak ada jurusan Fisika, yang ada hanya jurusan lain, termasuk jurusan Ilmu Aeronautika.

B. J. Habibie berpikir sejenak, lalu bertanya, “Mana antara kedua jurusan tersebut yang paling banyak menggunakan Ilmu Fisika? Petugas tersebut menjawab bahwa melihat kecanggihan pesawat terbang, maka tentu ilmu Aeronautikalah yang paling banyak ilmu Fisikanya. B. J. Habibie akhirnya memilih jurusan Aeronautika di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule,Aachen, Jerman Barat.

Quote:

Dua tahun sesudah B. J. Habibie meraih gelar insinyur, niatnya kembali ke Indonesia terlaksana setelah mendapat liburan selama dua bulan dari tempat kerjanya sebagai Assistant Research Scientistpada Institut Konstruksi Ringan Technische Hochschedule di Aachen. Kaul utamanya pada waktu itu ialah berziarah ke makam ayahnya di Ujungpandang. Ibunya juga mengharapkan B. J. Habibie mendapat jodoh di Indonesia.

B. J. Habibie dan adiknya, Junus Effendy Habibie berkunjung ke rumah suami istri Mohammad Besari dan Sudarmi di Bandung. Saat itulah Habibie bertemu Hasri Aunin Besari, bergelar dokter di Universitas Indonesia tahun 1961. Gadis Ainun inilah yang dikenal B. J. Habibie sejak sekolah di Bandung dulu. Kini keduanya sudah dewasa. Bertemu pandang. Saling menegur, “Kok gula jawa sudah jadi gula pasir,” sapa B. J. Habibie.

Quote:



B. J. Habibie dan Hasri Ainun Habibie menikah pada tanggal 12 Mei 1962. Masa berbulan madu dihabiskan di Kaliurang Yogyakarta, Bali dan kemudian ke Ujungpandang memenuhi niat ke makam ayahnya. Mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Ilham kelak menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi di Muenchen dalam ilmu aeronautika. Ia meraih gelar PhD dengan predikat summa cumlaudeberikut pujian, lebih tinggi dari yang pernah dicapai ayahnya. Ia pernah memimpin proyek pembuatan pesawat. Jika saja tidak dihentikan IMF, proyek pesawat bermesin jet N2130 di IPTN Bandung tersebut akan menjadi pesawat jet pertama buatan bangsa Indonesia. Sedangkan Thareq Kemal, menyelesaikan Diploma Inggeneur di Braunsweig, Jerman.


Sumber gambar: crop google

Berpandangan Sangat Jauh Ke Depan

Pada tahun 1965-1966, lewat prakarsa B. J. Habibie sejumlah 30 orang Indonesia dapat bekerja di MBB (Messerschmitt-Bölkow-Blohm),perusahaan penerbangan di Hamburg, Jerman. Lalu mengambil pengalaman dan keterampilan pada indutri pesawat terbang di Jerman Barat. B. J. Habibie berhasil meyakinkan pihak perusahaan bahwa orang-orang Indonesia terampil dalam bekerja. Ini ditargetkan untuk membentuk tim yang tangguh guna membangun industri pesawat terbang di Indonesia. Sempat tertunda selama delapan bulan karena masalah biaya. Kendala itu diatasi B. J. Habibie dengan meminta kredit dari perusahaan tempatnya bekerja. Saat itu ia sudah menjadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur di sana. Kemudian, uang pinjaman itu ia berikan kepada teman-temannya di Jakarta untuk membeli tiket. Sebab itu akhirnya semua teman-temannya bisa datang.


Sumber gambar: crop google

Quote:

Jadi, bukan motivasi material ketika B. J. Habibie menerima panggilan Soeharto pada tahun 1973. Jadi, memang ada programnya. Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998 (empat periode Kabinet mulai dari Kabinet Pembangunan III s.d VI). Gebrakan Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginan mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurutnya, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dikagumi Pangeran Kerajaan Saudi

Pangeran Sultan bin Abdul Aziz dalam kunjungan ke industri pesawat terbang Indonesia, jauh melampaui kecanggihan yang diduganya semula. Ia amat gembira dan bangga bahwa ada orang Asia, muslim lagi, yang mampu membangun dan memimpin industri penerbangan teknologi canggih ini. Atas kekagumannya itu Pangeran mengundang melakukan ibadah haji di tahun 1984 itu juga. Di sana, B. J. Habibie diterima secara pribadi oleh Pangeran. Habibie tidak dapat melupakan waktu Pangeran mengatakan kepadanya bahwa pemerntah Kerajaan Saudi sangat berbangga bahwa seorang Islam seperti B. J. Habibie di Indonesia telah mengangkat nama Islam di mata dunia dengan prestasi dan progresivitas yang ditunjukkannya. B. J. Habibie terheran dan bertanya,”Dari mana Anda tahu itu semua?” dan Pangeran berkata, “Habibie, ingat, dunia ini tidak buta dan tidak tuli.”

Quote:

Sosok yang Religius

Dengan salat lima waktu, selain sebagai ibadah yang harus dilaksanakan sebagai muslim, B. J. Habibie merasakan manfaat salat secara biologis. Orang bertanya bagaimana ia selalu energik dan seperti segar bugar setiap hari.

Quote:

Menjadi Presiden Republik Indonesia Ketiga

B. J. Habibie menanggapi isu-isu yang bersifat kritik, koreksi, atau bahkan memojokkannya, selalu dengan tenang. Namun, tantangan-tantangan tersebut tiada habis-habisnya. Selesai satu masalah, B. J. Habibie segera dihadapkan dengan permasalahan lain. Karena itu, ia pernah berkata: “Jangan menghiraukan semua kritik negatif itu, sebab semua itu tidak akan ada henti-hentinya sampai kapan pun.”

Puncak karir Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.


Sumber gambar: Wikipedia

Makka, Andi Makmur. 2008. The True Life of Habibie: Cerita di Balik Kesuksesan. Jakarta: Pustaka IlMaN.
Wikipedia

Baca biografi dari awal di: B. J. Habibie, Si Jenius yang Pernah Dibeli Raja Barru Dengan Sebilah Keris
Diubah oleh elvici 18-09-2019 16:46
RetnoQr3n
anasabila
Gresta
Gresta dan 23 lainnya memberi reputasi
24
4.5K
172
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan