Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kabar.kaburAvatar border
TS
kabar.kabur
Gaya Bayar Zaman Now: No Card No Cry



Jakarta - "Gue mending ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone," gumam Kevin (27) seorang pegawai swasta yang berkantor di bilangan Sudirman, Jakarta Selatan. Dia beralasan karena semua bisa dilakukan di ponsel, termasuk transaksi bayar membayar bisa semakin mudah dengan aplikasi di ponsel pintar.

Misalnya, untuk transportasi dari kos di kawasan Setiabudi ke kantor ia menggunakan layanan ojek online yang pembayarannya menggunakan dompet digital. Kemudian untuk membeli makanan biasanya ia menggunakan fitur pesan antar dari layanan ojek online tersebut. Kalaupun ia harus membeli langsung, ia akan mencari toko yang bisa menerima pembayaran menggunakan layanan QR code.

"Ya supaya simpel aja, lagipula mereka (penyedia emoney/dompet elektronik) suka kasih cashback juga. Cari yang efisien aja, nggak ribet pakai uang kembalian apalagi dikasih permen," tambah kala berbincang dengan detikFinance pekan lalu.

Selain Kevin, Regi (28) pegawai swasta ini juga semakin jarang menggunakan uang tunai atau kartu untuk bertransaksi. Regi mengatakan ia bisa lebih mudah mengatur arus keluar masuk keuangan tanpa uang tunai atau kartu. Sekadar informasi, Regi sudah menutup kartu kreditnya sejak 5 bulan lalu.

Namun, kini ia memiliki akun aktif PayLater di salah satu penyedia jasa dompet elektronik dengan limit Rp 5.000.000. Cara kerja PayLater ini hampir mirip dengan kartu kredit. Jadi transaksi dulu, baru bayar tagihan kemudian. Ia menggunakan limit ini untuk membeli tiket pesawat dan hotel atau kebutuhan liburannya.

"Sama sih kayak kartu kredit, tapi ini nggak ada fisiknya aja. Tagihannya tetap sama, bisa dibikin cicilan per bulan juga dan bisa dibayar satu bulan setelah transaksinya. Lebih enak aja, nggak perlu masukin nomor kartu atau CVV segala.

Ya memang dia ada biaya layanan, tapi sama lah kalau kartu kredit ada biaya tahunan juga," imbuh dia.

Kemudian, Retno (24) salah satu pegawai swasta mengatakan ia bahkan saat ini tak memiliki dompet seperti orang pada umumnya. Untuk kartu identitas seperti KTP dan kartu pengenal perusahaan ia selipkan di lanyard atau tempat id card yang menggantung di leher.

Ia memiliki pouch yang disiapkan untuk menyimpan uang receh kertas maupun koin. "Biasanya kalau bayar-bayar ya pakai QR code aja atau uang elektronik.

Tapi kalo butuh uang tunai, nggak ada kartu biasa ambil di ATM pakai fitur tarik tunai. Segampang itu sih sekarang, nggak perlu repot kalau lupa taro kartu, atau kartu hilang. Yang penting handphone aman," jelas dia.


1. Program BI

Saat ini memang transaksi non tunai mulai dari transaksi pembelian, pembayaran, transfer uang memang tak lagi membutuhkan uang tunai dan kartu dalam bentuk fisik. Hanya butuh nomor handphone atau susunan kode respon cepat untuk memproses transaksi tersebut.

Soal pembayaran secara non tunai ini sudah digaungkan oleh Bank Indonesia (BI) sejak 5 tahun silam. Yakni 14 Agutus 2014. Gerakan nasional non tunai (GNNT) dicanangkan agar masyarakat menggunakan instrumen non tunai untuk transaksi pembayaran.

Kala itu BI mendorong masyarakat untuk gencar menggunakan kartu untuk pembayaran. Mulai dari kartu kredit, kartu debit hingga kartu uang elektronik. Namun kini, pembayaran non tunai tak hanya menggunakan kartu.

Tarik tunai tanpa kartu, uang elektronik berbasis server, dompet digital hingga kartu kredit digital menjadi metode pembayaran yang sedang booming di kota besar dan mulai masuk ke daerah-daerah yang memiliki jaringan telekomunikasi yang baik.


2. Akan Terus Tumbuh

Wakil ketua asosiasi sistem pembayaran Indonesia (ASPI) Rico Usthavia Frans mengatakan ke depan metode pembayaran tanpa kartu ini akan terus berkembang. Karena makin gencarnya perkembangan teknologi di sistem pembayaran.

"Jelas ini akan terus tumbuh. Seberapa cepat tumbuhnya, tergantung dari para pemain dan regulator," kata Rico.

Dia mengungkapkan, dari sisi pengguna terutama di daerah urban dinilai sudah sangat siap menggunakan metode pembayaran tersebut.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan sebagai regulator BI telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan pengaturan agar industri tidak terfragmentasi dan ekosistem pembayaran lebih efisien.

Filianingsih mengungkapkan, sistem pembayaran di Indonesia terus didorong agar saling interkoneksi agar pengguna bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dan biaya yang lebih murah


3. Data Pertumbuhan

Dari data statistik alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) BI sepanjang Juni 2019 transaksi tunai di kartu ATM/debit mencatatkan volume 357.609.690 kali dengan nilai transaksi Rp 247,4 triliun. Angka ini turun dibandingkan periode Mei 2019 yang volumenya tercatat 385.889.229 kali dan nilai transaksi Rp 321,9 triliun.

Sementara itu untuk transaksi belanja per Juni tercatat 56.357.701 kali dengan nilai transaksi Rp 26,6 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya yang mencatatkan volume transaksi 60.854.893 dengan nilai transaksi Rp 32,3 triliun.

Kemudian untuk transfer sesama bank volume transaksi tercatat 100.833.567 kali dengan nilai Rp 177,4 triliun. Sementara bulan Mei volume transaksi tercatat 127.234.833 kali dengan nilai transaksi Rp 247,8 triliun.

Transfer ke bank lain periode Juni 2019 mencatatkan volume transaksi 44.605.040 kali dengan nilai transaksi Rp 92,24 triliun. Lebih rendah dibanding periode Mei 2019 yang mencatatkan volume 59.839.004 kali dengan nilai transaksi Rp 128,8 triliun.

Kemudian untuk uang elektronik per Juli 2019 mencatatkan volume transaksi 476.037.115 kali dengan nominal Rp 12,9 triliun. Transaksi uang elektronik memang mengalami peningkatan yang pesat pada 2018 hal ini tercermin dari volume transaksi yang mencapai 2.922.698.905 dengan nominal Rp 47,19 triliun naik dibandingkan periode keseluruhan tahun 2017 943.319.933 kali dengan nominal transaksi Rp 12,37 triliun.

Saat ini sudah banyak pilihan masyarakat untuk uang elektronik, dompet elektronik, kartu kredit digital hingga layanan mobile banking yang melayani cardless. Misalnya pemain bemain besar seperti GoPay, OVO, Kredivo, Traveloka PayLater, OVO PayLater, BCA Mobile Cardless, Sakuku, Rekening Ponsel, Go Mobile CIMB Niaga, Sakuku, DANA, LinkAja (besutan BUMN), Paytren, Shopeepay


4. Kata Perbankan



Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan saat ini BCA memiliki fasilitas cardless yakni layanan tarik dan setor tunai yang ada di mobile banking.

Dengan fitur ini memungkinkan nasabah bisa menarik uang tunai tanpa kartu debit. Jadi nasabah hanya perlu mengakses aplikasi BCA Mobile.

"Gaya milenial ya seperti itu, mereka nggak bawa kartu ATM atau dompet ya nggak masalah. Handphone paling penting. Makanya kita ada fitur setor dan tarik tunai di mobile banking itu," kata Jahja saat berbincang dengan detikFinance .

Dari data BCA saat ini data transaksi yang menggunakan internet dan mobile banking per harinya mencapai 15 - 17 juta transaksi. Atau dalam satu tahun mencapai 7 - 7,5 miliar transaksi.

Sementara itu untuk transaksi tarik tunai tanpa kartu (fitur cardless) via BCA Mobile hingga Juli 2019 mencapai 9,2 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp 3,1 triliun.

"Dengan cardless ini kita follow the market, yang penting nasabah bisa menikmati kemudahan," imbuh dia.


https://m.detik.com/finance/moneter/...no-card-no-cry



0
957
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan