feliiaAvatar border
TS
feliia
Teror Si Mata Merah Saat Jurit Malam



Kegiatan hari ini sudah selesai, murid muridpun berbegas masuk tenda untuk istirahat. Suasana saat itu sudah sepi, mataku juga sudah mengantuk sekali. Akupun membaringkan tubuh bermaksud untuk tidur, namun baru saja aku memejamkan mata, serasa ada yang menggerakan tubuhku dengan kencang hingga akupun membukakan mataku lagi. Rupanya Feli, temanku yang sedikit ceroboh membangunkan tidurku untuk mengantarkanya ke toilet. Dengan langkah yang berat dan mata yang masih enggan membuka aku mengantarkanya. Karna teman yang lain sudah tidur pulas jadi akulah yang dibangunkan untuk menemaninya.

"Fell.. jalanya jangan cepet cepet dong, aku kan ngantuk lemes tau". Pintaku pada Feli

"Aku udah kebelet pipis Risa kalo nggak buru buru nanti aku pipis dicelana gimana". Jawab Feli

Akupun mengikuti langkahnya dengan cepat. Setibanya ditoilet aku menunggunya diluar, berdiri didepan pintu toilet yang dipakai Feli. Diruangan yang minim cahaya ini aku menyadari kalai itu hanya ada kami berdua disini, sudah begitu lampu toilet berkedip kedip seperti mau mati. Matakupun mendadak melek melihat sekeliling yang sunyi dan dingin. Seketika aku merindung, bulu kudukupun berdiri tegap. Aku menggedorkan pintu toilet Feli agar ia cepat selesai.

"Felii cepetaan dong, aku udah ngantuk banget nih".

"Iyaaaa sebentar lagi Risa, aku juga mules soalnya nih". Teriak Feli dari dalam

15 menit menunggu disaat saat seperti ini rasanya seperti menunggu sampai 1 jam lamanya. Entah apa yang dilakukan si Feli didalam kenapa lama sekali. Temanku yang satu ini memang agak lambat untuk mengerjakan segala sesuatunya. Untung saja kami berteman baik denganya, jadi aku tidak dibuat kesal beneran oleh tingkahnya.
Lima menit kemudian Feli keluar dari toilet, dan kamipun bergegas dengan cepat kembali ke tenda.

Sesampainya di tenda aku segera berbaring dan melanjutkan tidur. Dan.. lagi, Feli membangunkanku kembali, entah apa lagi kali ini, pikirku kesal.

"Risa kamu denger nggak, dari tadi kaya ada yang manggil namaku diluar. Tapi aku tengok tidak ada siapa siapa".

Benar apa yang dikatakan Feli, aku juga mendengar suara yang memanggil nama Feli dari luar sana. Seperti suara cowok, segera aku membuka tenda dan menengok suasana disekitar, rupanya ada murid lain yang sedang duduk membelakangi tenda kami didepan api unggun. Dengan perasaan kesal akupun segera bicara padanya dari dalam tenda yang sedikit kubuka

"Hey siapa si kamu iseng banget malam malem gini manggil manggil nama Feli. Ganggu tau, mending tidur aja sana". Teriaku dengan tegas dari dalam tenda.

Tanpa lama lama akupun segera menutup tenda kembali, tidak peduli dia tidak merespon perkataanku.

"Emang ada siapa Sa, tadi aku tengok nggak ada siapa siapa loh".

"Tau siapa, murid sebelah kali, aku nggak liat mukanya karna dia nggak liat kemari. Sudahlah ayo langsung tidur, aku udah ngantuk banget loh dari tadi kamu bangunin terus".

"Iya maaf Sa, ayo kita tidur". Kata Feli.

***************

Fajar telah berlalu, kini Matahari mulai menampakan diri dari ufuk Timur. Masih terdengar suara Ayam jago berkumandang, yang sepertinya berasal dari pemukiman warga setempat membangunkan insan yang hidup untuk melakukan aktifitasnya. Begitu juga dengan kami, kami bergegas bersiap siap untuk melanjutkan kegiatan yang sudah dijadwal

Kami berlima dalam satu regu, ada Feli, Nisa, Jeni, aku dan Ayu, murid pemberani yang paling dewasa diantara kami. Maka kamipun menjadikan gadis itu sebagai ketua regu. Kami biasa bersama sama untuk mengerjakan tugas sekolah maupun dalam pergaulan diluar sekolah.

Setelah memasak, kami berkumpul didepan tenda untuk sarapan. Kami berbincang bincang cukup seru saat itu, dan aku menceritakan apa yang terjadi semalam pada mereka. Namun karna Kakak pembina sudah menyuruh kami bersiap siap untuk melakukan kegiatan selanjutnya, merekapun segera melupakanya begitu juga denganku.

Malam ini adalah malam terakhir kita pada kemah ini. Dan jadwalnya untuk melakukan Jurit Malam, kegiatan yang nggak pengen aku ikuti. Untung saja Jurit malam kali ini bisa dilakukan secara berkelompok, maksudnya 1 regu. Jadi tidak terlalu menguji adernalin kami.

Setelah mendengar pencerahan dari kakak kakak pembina, kami memulai kegiatan ini. Saat itu Ayu berada dibarisan depan, dan aku persis dibelakangnya.

Rupanya jalan yang akan kami telusuri melewati rumah besar yang katanya sudah tidak dihuni, tidak apa apa pikirku, yang penting tidak ketemu kuburan.

Kini 20 menit sudah perjalanan kami, untuk mencairkan suasana kami bernyanyi nyanyi kecil dan menghitung jumlah kami. Ayu dibarisan depan memulai hitungan kala itu, sampai di barisan terakhir Jeni terhitung sampai 5 seharusnya. Namun hitungan kami kala itu sampai 6, mungkin salah satu temanku ada yang lagi iseng. Pikirku.

"Lah ko 6, bukanya kita berlima". Ayu yang berada diposisi depan segera membalikan badanya ke barisan belakang.

"Tau nih, siapa si yang becanda. Jangan becanda dong..!". Pungkasku namun tidak ada yang mengaku.

"Ya udah kita hitung ulang lagi yah.." Ayu memberikan perintah selayaknya ketua regu yang bertanggung jawab.

Dimulai dari Ayu, Risa, Feli, Nisa dan Jeni. Dan lagi hitungan mereka kali ini sampai 6. Karna kesal hitunganya yang salah lagi, Ayu menghitung jumlah anggota dengan mengabsen nama mereka masing masing.

"Ayu satu.. "
"Risa Dua.. "
"Feli Tiga.. "
"Nisa Empat "
"Jeni Lima "

"Nah ini baru bener ada 5, tadi siapa yang becanda bilang 6 ". Tanya Ayu sang ketua regu.

"Tapi kita nggak becanda Yu, bukan kita yang bilang 6 kok". Jawab Nisa.

"Lah terus siapa dong.? " Ayu bertanya kembali

Belum sempat mereka menjawab, tiba tiba terdengar samar samar suara perempuan sedang tertawa kecil disekitar mereka. Menyadari tidak ada yang tertawa diantara kami, Ayu segera memberi arahan kepada anggotanya.

"Guys... Suara apa itu". Tanya Nisa ketakutan
"Udah jangan panik kalian, tetap tenang sebisa mungkin. Baca ayat Kursi dalam hati yah". Perintah Ayu

Belum sempat kami melanjutkan perjalanan, aku melihat penampakan yang sangat tidak enak, terlihat sosok perempuan dibawah pohon yang sepertinya sedang menatap Feli dengan wajahnya yang pucat. Mungkin dialah sosok yang mengganggu kami sedari tadi. Aku mencoba tetap tenang dan tidak memberitahu pada mereka, karna hanya aku saja yang melihatnya kala itu.

Panas dingin tangan ini yang mendadak gemeter karena berusaha tetap tenang seolah tidak melihat apa apa. Aku hanya bisa menggenggam tangan Ayu, menyadari tanganku yang dingin dan gemetar Ayu mengetahui apa yang baru terjadi padaku. Diantara kami, akulah yang paling peka dengan hal hal seperti ini, dan ini bukan pertama kali nya terjadi Ayu sudah paham dengan sikapku yang tiba tiba berubah.

sumber gambar

Kami menuruti perintah Ayu dan kembali melanjutkan perjalanan. Kembali Ayu memimpin barisan, akan tetapi belum lama kami melanjutkan perjalanan, pemandanganku kembali dikejutkan dengan sosok makhluk besar yang mengerikan. Bagaimana tidak, makhluk itu bermata merah dan seluruh badanya hitam, ia berdiri disebelah kanan jalan yang sepertinya juga memperhatikan Feli

Aku semakin tak karuan dan kali ini aku tidak bisa mengontrol sikapku. Akibatnya merekapun tahu apa yang terjadi, dan disaat panik paniknya seperti ini tiba tiba suara perempuan tadi kembali terdengar. Kali ini malah lebih kenceng, alhasil aku yang sudah panik sedari tadipun tidak bisa diam lagi.

"A a a Ayuuu....." Seketika aku lari dan teriak berniat mengucap Allahu Akbar namun karna lidah mendadak kaku jadi teriak Ayu. Disusul mereka ikut berlari terbirit birit tanpa terkecuali.

"Heey.. Tetep pada barisan, jangan pada mencar". Teriak Ayu yang masih sempat memberi arahan agar teman temanya tidak terpisah.

Kami berlari cukup jauh, hingga sampailah didepan rumah besar yang kosong itu, kami berniat untuk istirahat sejenak disekitar karna tempat tersebut lumayan terang. Kami duduk berdekatan ditanah kosong yang luas ditepi jalan persis disamping rumah tersebut. Sementara itu tak henti hentinya kami berdoa dalam hati memohon perlindungan pada Sang Pencipta.

Setelah suasana sudah lebih baik, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali, Akan tetapi si Jeni yang sedari tadi celingukan tiba tiba ia berdiri dan mematung dengan bibir terbuka seperti mau ngomong tapi apa daya lidahnya medadak kaku.

"Jen kamu kenapa". tanyaku. Kami semua panik dan segera berdiri. Aku melihat sekeliling yang dilihat Jeni kala itu.
Daann... Jeng jeng... Apa yang kami temukan sangatlah mengejutkan bin mengerikan

Sosok makhluk besar bermata merah itu kembali menampakan diri, kini dengan lidahnya yang menjulur menambah kesan seram pada makhluk itu. Kali ini semua teman temanku melihatnya. Dan sialnya kami baru menyadari kalau ternyata tempat yang sedari tadi kami duduki adalah tepat disamping kuburan keluarga. Makhluk itu berdiri disamping rumah besar itu, jadi disamping rumah itu adalah kuburan keluarga yang sudah ditumbuhi rumput rumput segar. Segera aku menepuk pundak Jeni yang masih berdiri mematung dan aku menggandengnya.

Jeni sudah sadar, kami semua kembali lari terbirit birit menyelamatkan diri dengan segera. Namun sialnya lagi disaat seperti ini si Feli, teman kami yang agak lamban itu tiba tiba ia terpeleset dan jatuh. Sudah dia paling dibelakang terpeleset pula, makin lama lah kita sampainya. Untung saja Ayu yang saat itu menyadari lebih dulu temanya jatuh, ia segera membantunya bangun dan menggandeng Feli agar lari lebih cepat.

Setelah berlari cukup jauh tanpa henti, akhirnya sampailah kami di lokasi kemah. Untunglah kami semua baik baik saja, meskipun begitu perasaanku masih was was takut mereka muncul kembali. Dalam kejadian ini sebenarnya ada satu hal yang mengganjal, aku mencurigai Feli melakukan hal yang dapat mengusik makhluk makhluk tersebut sehingga mereka mengganggu kami. Dengan nafas yang tersengal sengal, dan kaki yang masih gemeteran aku mengumpulkan mereka untuk berdiskusi.

"Guys, jadi gini sebenernya makhluk makhluk tadi yang ganggu kita tuh ngincer Feli. Terlebih lagi makhluk yang disamping rumah itu, karna sebelumnya dia juga muncul dan terus memperhatikan Feli". Aku menjelaskan

"Pasti ada penyebabnya." Sambung Jeni

Daaann... Setelah usut punya usut, Feli baru menyadari perbuatanya yang menyebabkan semua ini terjadi. Dia mengakui kemarin malam yang diantarkanku ke toilet ia membuang bekas pembalut dengan sembarangan. Buangnya memang ditempat sampah tapi tidak dicuci dan tidak dibungkus dengan plastik. Sehingga wangi amis darahnya mengundang makhluk makhluk tersebut dan mencari sang pemilik darah.

Begitu tau penyebab kejadian ini, Ayu memberi nasihat kepada kami agar kejadian seperti ini tidak terulang.

"Jadi anak perempuan itu mbok yo harus punya kepribadian yang apik, jangan sembrono dalam bersikap maupun bicaranya. Tutur Ayu, si gadis Jawa yang pintar.


Quote:
KnightDruid
anasabila
someshitness
someshitness dan 8 lainnya memberi reputasi
9
3.4K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan