Dari mana sih penyedia uang elektronik kayak Gopay atau OVO bisa untung? selama ini kita sih taunya keuntungan mereka dari data yang diperoleh ketika konsumen melakukan transaksi. Namun, apakah benar cuma itu saja?



Gue coba searching-searching di dunia maya nih, mayoritas sih bilangnya memang dari data itu aja. Dari data itu mereka bisa mengembangkan atau mengajak kerja sama mitra untuk bisa mendapatkan cuan lebih besar. 


Nah, di luar itu ternyata mereka bisa mendapatkan cuan walaupun sedikit [kalau itungannya perusahaan]. Kalau buat kantong sendiri ini gede banget asli.


Gue dapat infonya dari situs Channelekonomi.com





Dari aturan itu, berarti ada dana uang elektronik yang disimpan di instrumen investasi yang memiliki imbal hasil lumayan kalau nilainya besar. 


SBN ritel saja bisa ngasih imbal hasil sekitar 7,5%. Kalau ada dana Rp1 trliun terkumpul, berapa besar tuh cuannnya?

Nah, setelah ngulik-ngulik data Bank Indonesia, ane nemu berapa banyak sih dana float yang ada di uang elektronik, khususnya dari penyedia nonbank kayak Gopay dan OVO. 

Data Bank Indonesia menunjukkan jumlah dana float uang elektronik di Indonesia sampai Februari 2019 sudah tembus sekitar Rp4 triliun. Rinciannya, penyedia uang elektronik dari bank senilai Rp2,61 triliun, sedangkan uang elektronik nonbank Rp1,79 triliun. Total penyedia uang elektronik ada 36 institusi keuangan. 

Khusus penyedia nonbank, jika 30% dana floatnya disimpan di giro dengan bunga 2% per tahun berarti ada potensi keuntungan sekitar Rp10 miliar. 

Nah, 70% dana float yang disimpan di SBN dengan asumsi kupon 7,5% per tahun. Berarti penyedia uang elektronik itu bisa meraup untung Rp94,4 miliar. 

pertanyaannya, untung uang elektronik itu digunakan kembali oleh penyedia uang elektronik sebagai biaya gimmick promo atau tidak ya?

Kalau ternyata semua promo menggunakan keuntungan dari situ, ini akan berlanjut ke kisah haram atau enggak sih pakai uang elektronik?

Ini bakal dibahas di thread selanjutnya aja ya hehe