n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Guru Honorer Tinggal Di WC, Bupati Pandeglang: Mungkin Nyaman di Situ


Guru Honorer Tinggal Di WC, Bupati Pandeglang: Mungkin Nyaman di Situ

Suara.com - Bupati Pandeglang Irna Narulita mengakui pernah melarang Nining, guru honorer SD Negeri 3 Karya Buana, yang bersama suaminya, Eby, tinggal di toilet sekolah tersebut.

Namun, kata Irna, keduanya berkukuh menempati toilet yang sebagian disekat sebagai rumah mereka, sembari membuka warung untuk tambahan pemasukan suami istri tersebut.

"Kan memang di sana sambil (buka warung) ngopi, sambil ngewarung (jual jajanan anak sekolah), sehingga mungkin lebih nyaman di situ," kata Irna Narulita saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya oleh awak media, Senin (14/07/2019).

Irna mengaku kaget terhadap ramainya pemberitaan bertajuk 'Guru Honorer Tinggal Di WC Sekolah'. Istri dari politikus Dimyati Natakusumah ini mengaku, telah memarahi camat Cigeulis maupun kepala sekolah.

"Jangan lengah camat, seperti ini usulkan segera perhatikan. Kan sampai ada beritanya, saya malu,” kata dia.

Sang bupati mengaku selama masa kepemimpinannya, telah membangun Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) sebanyak 4.700 unit.

Sedangkan Nining dan Eby, tidak pernah masuk ke dalam daftar warga penerima bantuan Rutilahu tersebut.


Karenanya Irna mengklaim, telah memerintahkan jajarannya di Pemkab Pandeglang untuk urunan membangun rumah bagi Nining dan Eby. Para pejabat di Kabupaten Pandeglang telah dimintakan sumbangan olehnya.

"Minggu ini kami urunan terkumpul Rp 7 juta atau Rp 10 juta kita perbaiki rumahnya. Kami patungan semua, kepala dinas patungan," jelasnya.

Untuk diketahui, Nining sudah 15 tahun menjadi guru honorer di sekolah tersebut. Sejak 2 tahun lalu, persisnya ketika rumahnya roboh, ia bersama sang suami menempati toilet sekolah yang sudah disekat menjadi rumah.

Nining mengakui tak memunyai uang untuk membangun kembali rumahnya yang roboh. Ia hanya bergaji Rp 350 ribu per bulan yang dibayar per tiga bulan. Sementara Eby hanya buruh serabutan.

Ia menuturkan, lebih mementingkan menyekolahkan anaknya ketimbang mengumpulkan uang guna membangun kembali rumah.

Kontributor : Yandhi Deslatama
sumber

==========

Banten...
Propinsi sejuta ulama, sejuta pendekar, sejuta kemiskinan....

Ketika budaya malu hinggap dihati para pemimpin setelah kasus yang tak pernah terungkap akhirnya terbuka lebar.

Seorang guru honorer, gelar S1, gaji 350 ribu, bahkan cuma sepersepuluh dari gaji ibu-ibu PPSU di Jakarta yang sekarang jarang kelihatan karena banyak membersihkan lingkungan perumahan dibanding fasilitas umum. Kenapa tidak berhenti saja Bu menjadi guru honorer?

Oh, Ibu mencintai profesi Ibu karena telah menjadi panggilan hati? Inilah resiko dari pekerjaan dengan ketulusan Bu. Bahkan seorang Dokter muda saja karena ketulusannya harus meninggal dalam kesendirian di wilayah terpencil sana, di ujung Indonesia.

Inilah Indonesia Bu. Dimana tawa dan tangis bisa demikian dekat. Ketika kelebihan dan kekurangan seakan saling berpaling. Ketika budaya malu dan budaya muka tembok saling mendahului. Bahkan ketika caci maki dianggap hal yang wajar, penegakan hukumpun dianggap kedzaliman.

350 ribu dapat apa Bu?
Bahkan seorang petinggi partai bawa uang 100 ribu saja katanya cuma dapat bawang dan cabai.

Mau tanya Bu.
Itu benar nama program Bu Bupati, Rutilahu? Bu Bupati membangun Rumah Tidak Layak Huni? Rumah Tidak Layak Huni koq malah dibangun. Oh, maksudnya merenovasi Rutilahu begitu. Tapi kenapa Ibu tidak termasuk dalam daftar renovasi RuTiLaHu? Ada yang pilih kasih? Atau ada yang menutup-nutupi? Oh itu biasa Bu. Budaya ABS atau AIS masih jamak didengar sampai sekarang.

Terasa tidak adil ya Bu.
Dilain pihak, banyak ASN yang berprofesi guru mendapatkan gaji fantastis, ada saja yang masih kekurangan. Bahkan ada juga yang lebih banyak memberi PR tanpa kelihatan di kelas. Sementara banyak guru honorer harus menerima nasib kurang baik karena digaji dari puluhan ribu sampai gaji seperti gaji Ibu.

Padahal pendidikan adalah tiang utama kemajuan bangsa. Jika sampai sekarang ada guru yang hidup didalam WC Sekolah, mau dikemanakan arah pembangunan manusia Indonesia? Jika sampai 2 tahun Ibu tinggal di WC Sekolah tapi tak ada seorangpun pimpinan wilayah yang mengetahui, alangkah kejamnya hidup. Padahal siswa-siswi Ibu pasti tahu. Guru-guru yang ASN pasti tahu. Komite Sekolah pasti tahu. Ini artinya ada yang salah disana. Sikap tidak peduli nampaknya tengah bermain. Tapi kalau ternyata mereka mengetahui, pimpinan wilayah juga telah mengetahui, tapi mereka pura-pura tidak tahu dan tidak melihat, mungkin seperti apa yang Tengku Dzul bilang Bu.

Berarti mata mereka ketutup tai!
Diubah oleh n4z1.v8 15-07-2019 21:40
Kagemane4869
knoopy
tien212700
tien212700 dan 25 lainnya memberi reputasi
24
7.8K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan