MICHAEL

Luangkan waktu sejenak, dan cobalah diam. Diam sediam-diamnya. Tidak bergerak. Amati dirimu dan sekitarmu.

Apakah kau sudah diam? Apa yang kau rasakan?

Apakah kau bisa diam? Apakah kau sanggup diam?

Sementara kau "diam", apa yang sedang bergerak?

Dalam kondisi diam kaku laksana patung pun, kita tetap bergerak. Bergerak sungguhan, bukan "hanya" gerak pikiran atau perasaan. Karena bumi senantiasa berotasi.

Bumi berotasi di porosnya dengan kecepatan 360 derajat per hari. Kecepatan itu menjadi sekitar 460 meter per detik di permukaan bumi (daerah khatulistiwa), atau 1.600 km per jam! Jadi sesungguhnya seluruh benda yang kita anggap "diam" seperti rumah, meja, atau pohon di halaman, akan bergerak dengan kecepatan 1.600 km/jam.

Ibarat kita berada di dalam mobil, di dalam kereta atau di dalam pesawat terbang. Saat kita duduk diam pun, kita sedang bergerak, karena mobil, kereta atau pesawatnya bergerak. Duduk diam di pesawat bukan berarti kita diam. Kita senantiasa bergerak dengan kecepatan tinggi.

Bumi bukan hanya berotasi di porosnya, tapi sekaligus berevolusi mengedari matahari. Posisi "absolut" kita di alam semesta semakin kompleks bila ditambah lagi bahwa galaksi bima sakti pun bergerak terhadap galaksi lainnya. Alam semesta pun senantiasa "mekar" ukurannya. Big-bang belum usai, big-bang masih dan terus terjadi, dan tentu saja kita di dalamnya, di dalam segala "kerumitan" yang luar biasa indah ini.

Alam semesta tidak pernah "diam" karena selalu "switching" dalam antara 0 dan 1. Switching state "binary" ini menciptakan gelombang (wave), dan darinya kita mulai bisa mendefinisikan apa itu time, space, frequency, matter, dan lainnya. Alam semesta senantiasa dynamic. Sebuah recursive formula yang senantiasa dieksekusi terus-menerus.

Pagi hari ini saya sudah terlibat diskusi kecil dengan my lovely sister Gadis Clara, yang "menemukan" hal baru yang menarik dalam mendalami dunia Astrologi. Dan seperti kata Gadis, dunia astrologi memang berlapis-lapis. Setelah menyelesaikan sebuah lapisan, semesta akan membuka sebuah lapisan baru lagi untuk kita pahami. Terus-menerus, dan ini justru bagian yang paling mengasyikkan. "Rahasia" demi rahasia akan terungkap saat kita mau dan siap untuk memahaminya.

Dan seperti yang dikatakan Gadis pula pagi tadi, bahwa pengetahuan Astrologi ini sungguh luas dan dinamis. Alam semesta yang senantiasa "bertumbuh" ini, bayangkan seperti apa dalam 100 tahun lagi, 1.000 tahun lagi, atau 10.000 tahun lagi. Tentu saja akan ada planet dan bintang baru, juga planet dan bintang yang lenyap. Kita manusia pun saat ini di tengah evolusi dari makhluk 7 chakra, menjadi 9 chakra. Semua yang terjadi selalu hanya sementara. Dan semua adalah relatif.

Ada sebuah teka-teki begini:

"Kau berada di tengah-tengah sebuah ruangan kaca berbentuk persegi. Keempat dinding ruangan itu menghadap ke selatan. Sedang di manakah engkau berada?"

Jawaban: "tepat di kutub utara"

Ternyata, arah mata angin pun hanyalah relatif, tidak pernah absolut. Matahari terbit di timur, terbenam di barat. Di kutub utara tadi, dari arah manakah matahari terbit dan terbenam? (silahkan ketikkan jawabanmu di bagian comment atau reply)

Jadi bagaimana kita bisa diam?

Kita tidak pernah bisa diam. Tidak dalam dunia binary ini. Diam absolut hanya akan kita alami saat kembali bersama "the source". Perasaan "nyaman" saat kita "terkoneksi" dengan semesta hanya menandakan bahwa frekuensi kita "in harmony" dengan semesta, tapi tidak pernah "diam".

Semesta ibarat aliran air di sungai. Saat kita "in harmony" adalah saat kita mampu "mengapung" dan "menghanyutkan diri" bersama aliran air sungai itu. Saat itulah kita akan merasa amat sangat nyaman, merasa "terhanyut", tidak lelah melawan arus. Itulah kondisi "zero divergence".

Zero divergence dapat diartikan tidak ada pembelokan, tidak ada perlawanan, tidak ada pengurangan, tidak ada yang hilang, tidak ada yang terbuang.

Ibarat kita sedang bersepeda di jalan yang beraspal mulus. Idealnya kita akan selalu ingin berada di tengah jalur aspal itu. Bila kita menyimpang keluar jalur, maka yang akan kita temukan adalah jalanan penuh kerikil, rumput liar, berlumpur atau bahkan berbatu-batu besar, yang tentu tidak sesuai dengan sepeda kita. Dan tentu saja akan menghabiskan waktu dan energi besar untuk mengendarai sepeda di "luar" jalur tersebut.

Kemampuan untuk mengapung dan mengikuti arus sungai semesta adalah sebuah hal. Tapi kehidupan di alam semesta bukan cuma mengapung-apungkan diri di arus sungai seperti itu. Karena ada banyak tempat-tempat indah yang bisa dan layak disinggahi di sepanjang aliran sungai itu, hanya bila kita mampu mengenali dan mampu berlabuh pada saat yang tepat.

Dan di dalam air sungai itu sendiri tentu saja ada batu-batu besarnya, ada "ranjau-ranjau" yang perlu dihindari saat kita sedang "terbawa arus" seperti itu. Semua itu yang membuat hidup ini indah dan penuh experience, yang akan kita bawa kembali nanti kepada "the source".

"Your destiny is written in the stars". Sudah fix dan tidak bisa diubah, begitu katanya.

Ya benar. Tapi terlebih dulu, "you must learn to read the stars."

Setelah memahami "your stars map", maka tentu kau akan mampu "follow your stars to your destiny."

Karena hidup bukan sesederhana pilih kiri atau pilih kanan, lalu menyerahkan segalanya kepada semesta. Pilih kiri atau pilih kanan ujungnya memang sama, kembali ke semesta lagi. Tetapi jalan yang dilalui tentu saja berbeda. Setiap pilihan menciptakan realitanya sendiri.

Tanggung jawabmu untuk belajar mengendarai sepeda, dan belajar tetap berada dalam jalur aspal yang mulus. Bukan menyerahkan diri untuk "dibonceng" oleh semesta, dan bila nanti keluar jalur, tinggal ngomong "aku cuma dibonceng kok, ngak ngerti kalau keluar jalur".

Kau tentu bukan "zombie", yang ke kiri atau ke kanan sama saja. Sama-sama "kehilangan kehidupannya".