- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Anatomi Bubur Ayam: Perkara Bubur Diaduk vs Nggak Diaduk Masih Berlanjut
TS
fancew
Anatomi Bubur Ayam: Perkara Bubur Diaduk vs Nggak Diaduk Masih Berlanjut
Bubur ayam diaduk vs nggak diaduk ini perkaranya nggak kelar-kelar ya. Semacam makan nasi Padang pake sendok atau pake tangan, semuanya punya penikmat masing-masing.
Barusan banget ane nemu anatomi bubur ayam diaduk vs nggak diaduk, cekidot fotonya ya:
Sekarang ane mau bahas cara makan kedua jenis bubur ini berdasarkan pendapat para netizen, semuanya ane kumpulin jadi sebuah thread di sini. Semoga menghibur ya gansist!
Pembelaan bubur ayam diaduk
Almarhum Pak Bondan makan bubur diaduk, kita harus mengikuti pendapat profesional.
Banyak yang bilang kalau hidup itu selalu penuh kejutan, begitu juga dengan para penganut bubur diaduk: tiap sendokan mengandung kejutan. Siapa yang tau dalam 1 sendok itu bisa mengandung topping apa aja, atau nggak mendapat topping sama sekali kan?
Selain itu, pembelaan lainnya adalah kita harus mengikuti pendapat pakar kuliner Indonesia, salah satunya almarhum Pak Bondan yang mendeklarasikan kalau dirinya menikmati bubur diaduk. Pendapat para penganut pun dianggap valid karena mendapatkan validasi dari sang pakar.
Ada juga yang bilang kalau kita makan makanan ya harus diabisin, makanya dengan makan bubur diaduk jadi semua bumbu bisa tercampur dengan sempurna, rasanya tetap konstan sampai habis. Tapi kubu bubur nggak diaduk pastinya di akhir-akhir, bumbunya udah hilang alias jadi hambar cuma buburnya doang, berujung malah nggak dihabisin. HMMMMMM. Iya gak sih?
Selain pembelaan, juga ada pendapat menjatuhkan kubu sebelah, misalnya buat apa mementingkan estetika tapi rasanya kosong alias hambar? Ya kalo dipikir-pikir sih yajugaya, namanya makanan kan harus dinikmati seutuhnya, keseluruhan rasanya.
Pembelaan bubur ayam nggak diaduk
Foto: Nibble
Satu faktor utama para penganut bubur diaduk adalah FAKTOR ESTETIKA. Kebayang kan bentukannya bubur diaduk? Nah itu dia pembelaan utama mereka. Selain itu, banyak juga yang bilang kalau bubur nggak diaduk itu lebih berbudaya dan berkarakter karena terlihat rapi. Mulai dari topping sate yang masih dalam posisi rapi. Begitu juga bumbu utama, ayam suwir, kacang, cakwe, kerupuk, serta duo bawang goreng-seledri sehingga menimbulkan kedamaian duniawi dan keteraturan.
Tim bubur nggak diaduk ini juga punya pembelaan lain: memilih mana yang jadi prioritas untuk dimakan duluan, jadi bisa memilih sensasi saat makan. Misalnya mau makan bubur, kuah, dan ayam. Lanjut makan bubur, kuah, dan satenya. Terus pas lihat rapinya makanan yang masih ada di mangkok, bentuknya rapi dan teratur jadi nafsu makan tetap terjaga, beda dengan makan bubur diaduk yang bentukannya.... udah nggak tau kayak apaan.
Selain itu, pembelaan terakhir adalah buat apa diaduk toh ntar di perut juga udah diaduk sendiri. Nah ini nah ini nah ini, skak mat!
Kalo ane sih tim makan bubur nggak pake bawang goreng, nggak pake bawang seledri, nggak pake kacang. Mau diaduk atau nggak, yang penting gratis!
Agan tim mana nih? Rapatkan barisan sekarang juga!!
Polling
0 suara
Rapatkan barisan, pilih kubu agan sekarang juga!
tien212700 dan 27 lainnya memberi reputasi
26
21.8K
230
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan