.Dhealova.Avatar border
TS
.Dhealova.
Musnahnya Etika Dalam Mengabadikan Momen!
Quote:


Halo, kenalin nama Gue David. Gue baru 1 tahun belakangan ini balik ke Indonesia, tepatnya Jakarta.
Sebelumnya Gue grew up di Melbourne, Australia.

Melalui tulisan ini, gue mau mengajak Kalian diskusi tentang fenomena yang menarik ini.
Oke, kita mulai dari:

Di dunia yang modern ini, bila kita hidup di kota besar, kita wajib dituntut untuk beradaptasi terhadap kemajuan global, dalam kasus ini adalah teknologi.
Dan sangat luar biasa, masyarakat Indonesia pada umumnya mampu beradaptasi dengan sangat baik, sebagai contoh: anak-anak neumur 3-4 tahun sudah sangat mahir
mengoperasikan iphone / ipad untuk bermain game, nonton video, dll. Anak SD sudah memiliki akun instagramnya sendiri yang berisikan foto2 gebetan dan juga -
tidak ketinggalan curahan hati si bocah.

Quote:


Tapi sayang, kehebatan "beradaptasi" orang Indonesia atas teknologi tidak berbanding lurus dengan pemahaman etika-nya. Ini pengalaman pribadi saya yang mun-
gkin pernah dialami oleh Agan-agan sekalian. Well, kejadian ini memuncak ketika saya bingung untuk mencari tempat hangout di Jakarta yang tidak ramai.
Dan akhirnya Saya memutuskan untuk jalan-jalan ke tempat yang tidak biasa, museum. Setelah mencari info dari sana dan sini, Saya memutuskan untuk pergi ke Mu-
seum di daerah Kota Tua, yaitu museum BI (Bank Indonesia) dan Museum Seni rupa dan keramik. Sampai di TKP (Museum Seni Rupa), saya merasa senang karena saya melihat banyak animo
masyarakat, entah anak kecil, ABG labil, sampai orang tua yang tertarik datang ke Museum, keadaan ini berbeda ketika dulu saya masih SD. DUlu saya sering dat
ang ke museum, dan pada saat itu museum adalah tempat yang tempat untuk menjauhkan diri dari keramaian dan kesumpekan Ibu kota, karena sepi, ber-
sih dan tenang. Tapi ketertarikan masyarakat yang lumayan tinggi untuk mengisi libur akhir minggu tidak disertakan dengan etika berkunjung ke museum
sebagaimana mestinya. (maaf) 'Sampah', mungkin itu satu kata yang mewakili pengunjung museum kebanyakan.

Quote:


Mereka tersebar, menyampah, merusak, dalam segi estetik ataupun non estetik, seperti peraturan yang ada. Selfie di mana-mana! Tanpa peduli dengan keadaan sekitar, mereka selfie dengan objek apapun
Baik itu; Patung, lukisan, beragam kerajinan dari tanah liat, pohon, pintu, tembok, wc, keran air (seriously). Bahkan ada yang selfie dengan patung yang
bermodelkan wanita topless, pria itu menerobos batas kunjungan, masuk ke dalam, lalu sambil memegang (maaf) payudara dan dia selfie bersama khayalannya
Yang luar biasa. Mereka mengabadikan momen yang luar biasa tersebut adalah orang yang jenius. Mereka tanpa membaca keterangan yang diberikan pihak museum
Kelihatan sudah paham betul dengan objek yang mereka lihat, sampai ingin mengabadikan momen dengannya. Tidak peduli Bocah, ABG labil, Bapak-bapak,-
Tante Girang, Om-om senang, semua sama saja. Mereka melanggar apa yang tidak seharusnya dilakukan, paling sering itu adalah melewati batas kunjung dan
menyentuh lukisan. Tidak jarang saya melihat lukisan yang kusam, dan tidak jarang juga saya memergoki dan menasehati orang2 yang menyentuh lukisan.

Setelah dari museum yang bisa dibilang memang kurang terawat, saya melanjutkan ke Museum Bank Indonesia. Museum yang bisa dibilang masih baru ini
(Diresmikan pada tahun 2006) mendapatkan beberapa penghargaan museum, baik lokal ataupun Internasional (dalam bentuk sertifikat.
Museum ini memiliki konsep seperti lorong waktu/ Jadi, kita menelurusi "lorong waktu" di mulai dari awal berdirinya BI sampai krisis-krisis yang menghantam perbankan Indonesia.
Sebenarnya pengunjung Museum ini tidak terlalu "Parah" seperti museum keramik dan seni rupa, mungkin karena yang datang berasal dari kalangan yang memang ingin menikmati suasana museum.
Walaupun masih ada sekitar 2-3 Ababil yang selfie sana-sini. Tapi, kebetulan pada saat kunjungan Saya itu, menemukan hal yang sangat membuat saya malu sebagai WNI.
Jadi, ada seorang Pria Bule yang datang sendirian, lalu "dikeroyok" oleh Tante-tante arisan yang minta selfie bareng!? (for god sake)
Dari awal masuk pintu "lorong", sampai berakhirnya "Lorong" si Bule di ajak selfie bareng, yang di mana itu sangat menggangu pengunjung lainnya yang sedang membaca keterangan-keterangan dari benda yang dipamerkan di museum.

Kejadian ini, sekitar 2 minggu yang lalu. Yang jadi pertanyaan saya: "Mengapa mereka bisa seperti itu ya?"

Dan, entah mengapa WNI di luar negeri, misalnya yang berlibur ke Singapore, mereka sangat taat sekali kepada peraturan lokal, seperti tidak merokok di tempat umum, membuang sampah pada tempatnya, bahkan mengantri.
Tapi, bila mereka sudah sampai di tanah air, hilang sudah kedisplinan tsb.

Jadi, yang salah itu "Orangnya atau Peraturannya?"
0
4K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan