- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Boy & Ibu [MEMOHON RESTU]
TS
aksaka
Boy & Ibu [MEMOHON RESTU]
Quote:
Boy, mencari restu hidup kepada ibunya, namun telat. Sehebat apapun engkau, orang tua adalah tempat terbaik untuk kembali.
Hai agan dan sista yang bersahaja
Ane izin mau share cerita ini, kurang atau lebihnya mohon dimaafkan ya gan
SELAMAT MEMBACA!
Quote:
Quote:
Original Posted By Ibu (1)Pagi dikala fajar mulai hadir dengan perlahan-lahan, ketika manusia-manusia pinggiran kota tengah bersiap dengan semangat, semangat mencari nafkah, berhamburan di halaman stasiun kereta listrik. Anak-anak sekolah dengan tampang masih mengantuk dan menenteng tas, sedang bersiap ketika kereta di ujung rel telah terlihat.
“Prit! Prit!” Suara pluit petugas berbunyi dan menghimbau kepada para calon penumpang agar tetap berada di belakang garis kuning. Garis kuning yang berarti jarak teraman bagi para calon penumpang agar tidak tersambar kereta yang datang dengan sigapnya.
Kereta telah tiba di stasiun, ramai? Sudah pasti. Suasana gerbong sungguh pengap walaupun pendingin udara di dalamnya telah disetel pada angka yang paling dingin. Para penumpang ada yang kembali melanjutkan mimpinya entah itu duduk ataupun berdiri, ada yang sedang membaca berita melalui gawainya, ada yang sedang menonton film, bermain game, dan mendengarkan musik.
Pintu tiap-tiap gerbong pun tertutup. Membawa tiap-tiap individu ke tujuannya. Tidak peduli mereka sedang semangat atau tidak hari ini. Yang penting, kereta itu harus datang dan pergi tepat sesuai waktu yang telah dijadwalkan.
Beberapa jam sebelum kegiatan di stasiun ramai oleh para calon penumpang. Ibu Nur sudah berada di stasiun itu untuk mempersiapkan dagangannya. Lebih tepatnya di ujung stasiun, tepat para calon penumpang kereta listrik berjalan menuju ke pintu masuk stasiun.
Baginya, datang sepagi itu ketika jarum di jam menunjuk pada angka tiga bukanlah hal yang berat. Seakan gelap sudah menjadi sahabat menemani awal harinya. Ibu Nur sudah dua puluh tahun melakukan rutinitas itu. Menjajakan kue-kue jajanan pasar yang ia beli di pasar induk di sudut kota.
Rutinitasnya setiap pagi gelap adalah bangun untuk berbelanja di Pasar Induk, lalu langsung menuju stasiun untuk menyiapkan gerobak, gerobak tua peninggalan almarhum suaminya. Gerobak sudah dipersiapkan kemudian dilanjutkan dengan menyusun dagangannya. Setelah semua rapih, ketika adzan subuh berkumandang maka Ibu Nur akan segera bergegas menuju mushola di ujung stasiun. Sehabis dari mushola, ibu Nur kembali ke gerobaknya dan sudah siap menjajakan dagangannya.
Dua puluh tahun sudah Ibu Nur berjualan di stasiun. Karena sudah lama berjualan di stasiun itu, maka para penumpang kereta seakan sudah kenal dengan ibu Nur. Wajahnya yang menunjukan kegigihan seorang wanita, senyumnya yang penuh keikhlasan ketika melayani para pembeli. Ah, senyuman tanpa rekayasa. Lihatlah, senyuman itu amat sangat menunjukan menunjukan kelembutan hatinya.
Maka tak heran apabila Ibu Nur memiliki banyak pelanggan setia. Karena selain murah senyum, kue-kue dagangannya sangat membantu mereka yang tak sempat sarapan di rumah ataupun yang tak terbiasa makan berat untuk mengawali hari.
Masalah kejujuran Ibu Nur tidak usah diragukan lagi. Pernah suatu hari ada pembelikuenya membeli dengan selembar uang lima puluh ribu. Karena terburu-buru yang membuatnya tidak fokus, ketika ibu Nur sedang mencari-cari uang kembalian. Entah tiba-tiba pembeli itu dengan cepat telah menghilang.
Lantas, Ibu Nur mencari pembeli itu dengan mengarahkan matanya ke arah stasiun. Betul saja, pembeli terlihat sudah masuk ke dalam stasiun. Dengan cepat bagai sambaran kilat, Ibu Nur berlari mengejar dan masuk ke dalam stasiun untuk menyerahkan uang kembalian pembeli itu.
”Nona! Nona! Ini uang kembalianmu.” Teriak Ibu Nur sambil berlari kecil
Pembeli itu masih belum menyadari bahwa ada yang memanggilnya.
“Non, ini uang kembaliannya. Kenapa tadi langsung pergi saja.” Ibu Nur menyodorkan uang itu dihadapannya.
“Oh, iya. Terima kasih bu. Maaf tadi saya buru-buru.” Saut pembeli sambil melempar senyum.
Dengan nafas yang setengah ngos-ngosan. Ibu Nur pamit kepada pembeli itu untuk kembali ke gerobak dagangannya.
Ah, betapa jujurnya bukan Ibu Nur? Padahal kalau saja ia tidak mengejarnya dan memberikan uang kembalian itu, bukan sepenuhnya salah ia, atau bisa saja Ibu Nur menunggu esok hari ketika si pembeli itu lewat lagi hendak menuju stasiun.
Namun, tidak seperti itu. Baginya apabila dapat segera dilakukan sekarang juga, maka ia akan segera melakukannya. Takut juga kalau ia lupa nantinya setelah berjualan melayani banyak pembeli.
Pembeli hari ini cukup ramai, mungkin karena hari ini Senin. Orang-orang bangun agak sedikit telat, karena semalam baru pulang larut setelah menghabiskan weekend bersama keluarga. Jalanan semalam macet menggurita akibat dari proyek jalanan yang sebahagian menutup jalan.
Pukul delapan, suasana di stasiun tidak seheboh jam-jam sebelumnya. Orang-orang telah tiba di tujuannya masing-masing. Entah itu kantor atau sekolah. Waktu yang tepat bagi Ibu Nur untuk sedikit beristirahat walaupun sesekali ada pembeli yang masih membeli dagangannya.
Tiba waktu siang, waktunya Ibu Nur untuk merapihkan dagangannya dan kembali ke rumah. Sebelum kembali ke rumah, Ibu Nur menyempatkan diri untuk kembali datang ke mushola untuk beribadah. Setelah selesai dan dagangannya telah rapih, Ibu Nur pulang ke rumah.
“Prit! Prit!” Suara pluit petugas berbunyi dan menghimbau kepada para calon penumpang agar tetap berada di belakang garis kuning. Garis kuning yang berarti jarak teraman bagi para calon penumpang agar tidak tersambar kereta yang datang dengan sigapnya.
Kereta telah tiba di stasiun, ramai? Sudah pasti. Suasana gerbong sungguh pengap walaupun pendingin udara di dalamnya telah disetel pada angka yang paling dingin. Para penumpang ada yang kembali melanjutkan mimpinya entah itu duduk ataupun berdiri, ada yang sedang membaca berita melalui gawainya, ada yang sedang menonton film, bermain game, dan mendengarkan musik.
Pintu tiap-tiap gerbong pun tertutup. Membawa tiap-tiap individu ke tujuannya. Tidak peduli mereka sedang semangat atau tidak hari ini. Yang penting, kereta itu harus datang dan pergi tepat sesuai waktu yang telah dijadwalkan.
Beberapa jam sebelum kegiatan di stasiun ramai oleh para calon penumpang. Ibu Nur sudah berada di stasiun itu untuk mempersiapkan dagangannya. Lebih tepatnya di ujung stasiun, tepat para calon penumpang kereta listrik berjalan menuju ke pintu masuk stasiun.
Baginya, datang sepagi itu ketika jarum di jam menunjuk pada angka tiga bukanlah hal yang berat. Seakan gelap sudah menjadi sahabat menemani awal harinya. Ibu Nur sudah dua puluh tahun melakukan rutinitas itu. Menjajakan kue-kue jajanan pasar yang ia beli di pasar induk di sudut kota.
Rutinitasnya setiap pagi gelap adalah bangun untuk berbelanja di Pasar Induk, lalu langsung menuju stasiun untuk menyiapkan gerobak, gerobak tua peninggalan almarhum suaminya. Gerobak sudah dipersiapkan kemudian dilanjutkan dengan menyusun dagangannya. Setelah semua rapih, ketika adzan subuh berkumandang maka Ibu Nur akan segera bergegas menuju mushola di ujung stasiun. Sehabis dari mushola, ibu Nur kembali ke gerobaknya dan sudah siap menjajakan dagangannya.
Dua puluh tahun sudah Ibu Nur berjualan di stasiun. Karena sudah lama berjualan di stasiun itu, maka para penumpang kereta seakan sudah kenal dengan ibu Nur. Wajahnya yang menunjukan kegigihan seorang wanita, senyumnya yang penuh keikhlasan ketika melayani para pembeli. Ah, senyuman tanpa rekayasa. Lihatlah, senyuman itu amat sangat menunjukan menunjukan kelembutan hatinya.
Maka tak heran apabila Ibu Nur memiliki banyak pelanggan setia. Karena selain murah senyum, kue-kue dagangannya sangat membantu mereka yang tak sempat sarapan di rumah ataupun yang tak terbiasa makan berat untuk mengawali hari.
Masalah kejujuran Ibu Nur tidak usah diragukan lagi. Pernah suatu hari ada pembelikuenya membeli dengan selembar uang lima puluh ribu. Karena terburu-buru yang membuatnya tidak fokus, ketika ibu Nur sedang mencari-cari uang kembalian. Entah tiba-tiba pembeli itu dengan cepat telah menghilang.
Lantas, Ibu Nur mencari pembeli itu dengan mengarahkan matanya ke arah stasiun. Betul saja, pembeli terlihat sudah masuk ke dalam stasiun. Dengan cepat bagai sambaran kilat, Ibu Nur berlari mengejar dan masuk ke dalam stasiun untuk menyerahkan uang kembalian pembeli itu.
”Nona! Nona! Ini uang kembalianmu.” Teriak Ibu Nur sambil berlari kecil
Pembeli itu masih belum menyadari bahwa ada yang memanggilnya.
“Non, ini uang kembaliannya. Kenapa tadi langsung pergi saja.” Ibu Nur menyodorkan uang itu dihadapannya.
“Oh, iya. Terima kasih bu. Maaf tadi saya buru-buru.” Saut pembeli sambil melempar senyum.
Dengan nafas yang setengah ngos-ngosan. Ibu Nur pamit kepada pembeli itu untuk kembali ke gerobak dagangannya.
Ah, betapa jujurnya bukan Ibu Nur? Padahal kalau saja ia tidak mengejarnya dan memberikan uang kembalian itu, bukan sepenuhnya salah ia, atau bisa saja Ibu Nur menunggu esok hari ketika si pembeli itu lewat lagi hendak menuju stasiun.
Namun, tidak seperti itu. Baginya apabila dapat segera dilakukan sekarang juga, maka ia akan segera melakukannya. Takut juga kalau ia lupa nantinya setelah berjualan melayani banyak pembeli.
Pembeli hari ini cukup ramai, mungkin karena hari ini Senin. Orang-orang bangun agak sedikit telat, karena semalam baru pulang larut setelah menghabiskan weekend bersama keluarga. Jalanan semalam macet menggurita akibat dari proyek jalanan yang sebahagian menutup jalan.
Pukul delapan, suasana di stasiun tidak seheboh jam-jam sebelumnya. Orang-orang telah tiba di tujuannya masing-masing. Entah itu kantor atau sekolah. Waktu yang tepat bagi Ibu Nur untuk sedikit beristirahat walaupun sesekali ada pembeli yang masih membeli dagangannya.
Tiba waktu siang, waktunya Ibu Nur untuk merapihkan dagangannya dan kembali ke rumah. Sebelum kembali ke rumah, Ibu Nur menyempatkan diri untuk kembali datang ke mushola untuk beribadah. Setelah selesai dan dagangannya telah rapih, Ibu Nur pulang ke rumah.
Diubah oleh aksaka 08-04-2019 04:38
0
719
Kutip
12
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan