Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aniesdayAvatar border
TS
aniesday
Lelaki Jantan, Mari Lawan Kekerasan Terhadap Perempuan





Secara fisik, betul bahwa perempuan adalah makhluk lemah. Dibandingkan lelaki tentunya. Dalam hal ini saya sepakat dengan Jason Danovan ketika dalam sebuah blogg-nya mengatakan,

Quote:



Itu membuat kekuatan perempuan secara otot kalah dibandingkan dengan pria. Tak bisa perempuan bisa mengangkat beban berkarung beras seperti lelaki tanpa kesulitan. Atau mendorong gerobak besar penuh bebatuan pun menarik bergerbong bahan material bangunan. Kalaupun bisa, pasti perempuan akan melakukannya step by step, bertahap, sesuai dengan kemampuan tubuhnya melakukan hal itu.

Fisik yang lemah menimbulkan imaji, perempuan layak dihinakan. Dianggap tak mampu menandingi superior lelaki, terutama dalam hal pertarungan otot membuat perempuan kerap menjadi korban kekerasan. Dengan pelaku sebagian besar adalah lelaki.

Quote:


Kelemahan fisik perempuan inilah yang kerap memicu terjadinya kekerasan terhadapnya. Dari beragam profesi bisa melakukan, mulai kuli, buruh, pelajar, mahasiswa, pejabat, penguasa, maupun orang orang yang dimata umum terhormat bisa melakukan tindakan ini.

Quote:


Ini sungguh memiriskan. Beragam profesi bisa melakukan, ada yang dari kalangan terhormat ada yang dari kalangan rakyat biasa. Perlakuan terhadap perempuan masih menunjukkan betapa dia berada pada posisi rendahan. Dilecehkan, mendapat kekerasan hanya karena dia perempuan. Makhluk yang dianggap lebih lemah dari lelaki. Dengan pelaku, tentu laki-laki.

Gender menjadi musabab pemusnahan bayi wanita, ketika kelahirannya dianggap sebagai kutukan, maka bayi suci yang dilahirkan dari ibu yang notabene adalah wanita itu harus dilenyapkan, dikubur hidup-hidup. Begitu yang saya baca dari kisah jahiliyah masyarakat Makkah saat itu, sebelum Muhammad, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam lahir menjadi rasul penutup akhir zaman.

Sama seperti di beberapa negara kala itu, meski tidak sampai membunuh atau mengubur bayi wanita yang baru lahir.
Bangsa China zaman dahulu, menganggap wanita adalah makhluk nomor dua, yang kehadirannya melemahkan derajat keluarga. Dia hanya dianggap tukang produksi anak dengan tidak mempunyai hak atas keberadaannya.

Dalam hal ini Konfusius pernah mengutarakan:”Tugas wanita yang terbesar adalah melahirkan anak laki-laki”. Murid Konfusius mengamini, Meng Zi melemparkan statement :”Hal yang terburuk dalam tindakan tidak berbakti adalah kegagalan untuk memiliki keturunan”. Pemikiran konfusius maupun Meng zi setali tiga uang, tidak pro perempuan.

Ini menjadikan wanita under pressure, dia harus melahirkan anak laki-laki, kekecewaan melanda apabila anak yang dilahirkan olehnya berjenis kelamin perempuan. Dalam sistem keluarga patriakhal, apabila tidak memiliki keturunan laki-laki sebagai penerus marga keluarga maka, habislah turunan atau penerus marga itu.

Halnya di Indonesia, kisah heroik RA Kartini mencerminkan betapa kehadiran wanita begitu rendahnya, posisinya adalah kasta kedua sesudah pria, menjadi konco wingking, bukan konco samping. Beberapa suku di Indonesia menguatkan lemahnya kedudukan wanita ini dalam mengambil peranan di masyarakat saat itu, hampir sama pandang dengan suku jawa era RA. Kartini ke belakang.

Uraian-uraian tentang betapa mengenaskan posisi perempuan di masyarakat membuat saya berpikir. Andai para lelaki memperlakukan perempuan sesuai porsi, sebagaimana yang diajarkan agama pada kita, tentulah tak akan ada kekerasan pada perempuan. Ajaran agama manapun mengajarkan betapa kedudukan seorang ibu begitu mulia, penghormatan harus diberikan padanya.

Quote:


Mestinya, bila kita, baik lelaki maupun wanita sama bersedia menjalankan syariat agama, tak mungkin kita dengar lagi ada kekerasan pada wanita. Tugas, pokok dan fungsi telah tertulis dalam kitab ajaran. Bagaimana harusnya bersikap sebagai lelaki, pun bagaimana menjadi seorang perempuan sebagai pendamping lelaki. Tak ada yang lebih tinggi atau rendah kedudukannya. Di mata Tuhan hanya taqwa yang membedakan.

Maka karena mayoritas pelaku kekerasan pada perempuan adalah lelaki, saya berharap melalui tulisan ini terbukalah mata hati lelaki. Berlakulah sebagai lelaki mulia, seperti yang dicontohkan para panutan kita. Tak akan turun gengsi karena menghormati perempuan. Tak pula dikatakan tidak jantan karena berlaku lembut pada perempuan. Ukuran kejantanan tidak terletak padak identitas kelelakian, tapi lebih pada sikap dan tanggungjawabnya sebagai seorang lelaki.

Quote:


Lelaki jantan dalam pandangan saya ialah, dia yang bisa menghadirkan rasa nyaman ketika berdekatan, yang bisa menciptakan rasa aman pada perempuan. Yang bisa melindungi ketika marabahaya datang. Bukan yang hanya menimbulkan ketakutan ketika sedang memandang.

Kebetulan, calon pemimpin negeri ini 5 tahun ke depan berjenis kelamin lelaki semua. Harapan saya siapapun yang kita pilih, hendaklah memenuhi standar kejantanan yang diimpikan para perempuan, seperti yang sudah saya uraikan di atas. Supaya dia bisa membela perempuan ketika sedang mendapat kekerasan. Pun memberikan kesempatan bagi perempuan untuk ikut menjadi bagian penting dalam pembangunan negeri ini. Salam bela perempuan. Lawan dan hentikan kekerasan pada perempuan. Untuk damai Indonesia di masa depan.




Quote:
Diubah oleh aniesday 01-04-2019 11:24
waluyojati121
anasabila
anasabila dan waluyojati121 memberi reputasi
11
10K
108
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan