Jeddah, Dw - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) pada hari Rabu (2/8/2018) memperingatkan negara-negara Arab akan risiko menggelembungnya utang, dan mendesak pemerintah setempat melanjutkan reformasi ekonomi meskipun harga minyak telah mulai naik.

AFP melaporkan harga minyak mentah telah mengalami rebound di wilayah tersebut akibat kesepakatan pembatasan produksi di antara negara-negara produsen minyak namun IMF mengatakan perubahan tersebut tidak seharusnya mengganggu perombakan belanja negara yang saat ini sedang dilakukan.

Jihad Azour, Direktur IMF untuk departemen Timur Tengah dan Asia Tengah, mengatakan pada AFP kenaikan harga minyak seharusnya mendorong perubahan.

"Kita seharusnya tidak berpuas diri... harga minyak naik. Hal itu tidak berarti kita tidak melakukan reformasi. Sebaliknya, lingkungan saat ini menawarkan kesempatan untuk mempercepat beberapa reformasi ini," kata Azour.

Meskipun perekonomian diprediksi menguat, IMF memperkirakan defisit fiskal wilayah tersebut akan mencapai US$394 miliar (Rp 5.105 triliun) antara periode 2018-2022. Sekitar US$81 miliar utang pemerintah akan jatuh tempo di jangka waktu yang sama.

"Utang telah tumbuh rata-rata 10 poin persentase terhadap PDB tiap tahun sejak 2013 dengan berbagai negara membiayai defisit fiskal yang besar," menurut laporan IMF.

Total tanggungan utang Arab Saudi untuk tahun fiscal 2018 mencapai US$105 miliar atau setara dengan Rp.1325 Triliun dan hampir mencapai 21% dari PDB.

Dengan kondisi harga minyak saat ini, diperkirakan hutang Arab Saudi sampai dengan tahun 2020 akan mencapai USD 275 miliar atau setara dengan Rp. 3450 triliun.

https://tradingeconomics.com/saudi-arabia/government-debt-to-gdp