Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

XinHua.NewsAvatar border
TS
XinHua.News
Belajar ke China, Ini Alasan BUMN Harus Waspadai Go-Pay & OVO
Kedidayaan WeChat dan Alipay bisa menjadi contoh bagaimana perusahaan teknologi keuangan (fintech) menggeser dominasi perbankan di China. Kedua platform pembayaran ini menguasai sebagian besar transaksi pembayaran di Tiongkok dan membuat bank tak bisa bergerak leluasa di bisnis ritel.

Mengutip Forbes, saat ini kedua dompet digital ini menguasai 80-90% transaksi pembayaran di China. Bahkan kalangan anak muda lebih mengenal kedua alat pembayaran ini ketimbang uang kartal (uang kertas), seperti dikutip Rabu (6/2/2019).

Ada dua alasan berkembangnya pembayaran mobile payment terutama Alipay dan WeChat Pay. Pertama, infrastuktur. Di China infrastruktur internet berkembang dengan cepat dengan kecepatan tinggi.



Kedua, layanan perbankan yang dianggap tidak ramah. Masyakat China menganggap ke bank menyulitkan. Harus antri dan harus memenuhi berbagi persyaratan agar mendapat memiliki rekening dan mendapatkan kartu debit.


Di China kartu kredit dari perbankan bahkan tidak populer. Alasannya, masyarakat China tidak terlalu suka berutang.

Alipay dan WeChat meraih popularitas fantastis. Mereka berhasil mengumpulkan masing-masing 520 juta dan 1 miliar pengguna aktif bulanan. Konsumen menaruh dana lebih dari US$2,9 triliun pada 2016, setara dengan sekitar setengah dari semua barang konsumen yang dijual di China, menurut konsultan pembayaran Aite Group.

Dana tersebut memang ditaruh di perbankan. Namun bank tidak mendapatkan pendapatan atau fee based income dari kerja sama dengan merchant atau pembayaran melalui jaringan WeChat dan Alipay. Bank juga tidak mendapatkan pendapatan maksimal dari aktivitas top-up.

Zhang Yu, seorang analis di iResearch, sebuah konsultan berbasis di Beijing, memperkirakan bahwa 80% pengguna WeChat telah mencoba layanan pembayarannya, Ten Pay. Ten Pay sekarang memiliki lebih banyak pengguna aktif daripada Alipay, kata eksekutif perusahaan dalam rilis pendapatan kuartal IV-2017.

"Tantangan bagi Alipay selalu terkait dengan konsumen," kata Zennon Kapron, pendiri konsultasi yang berbasis di Shanghai, KapronAsia. "Biasanya sebagai konsumen China, Anda akan menggunakan WeChat secara teratur, dan fungsi pembayaran dalam aplikasi jauh lebih umum dan normal bagi orang-orang."

Untuk menarik perhatian pengguna, kedua perusahaan tidak memiliki pilihan selain untuk menggunakan strategi subsidi marketing.

Di Indonesia, Go-Pay dan OVO sedang gencar-gencarnya mempromosikan produknya. Dengan strategi bakar uang mereka menawarkan diskon dan cashback dengan tujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan aplikasi mereka. Kedua aplikasi ini pun dengan cepat menjadi pilihan konsumen dan pemain lain mundur secara teratur karena tak bisa menyaingi.

Kini, BUMN masuk dengan LinkAja. Platform akan menggabungkan T-Cash milik Telkomsel, My QR milik BRI, Yap! milik BNI. LinkAja akan menjadi senjata rahasia BUMN menghadang ekspansi Go-Pay dan OVO. Sebab sekali tertinggal, sulit bagi BUMN untuk mengejar kedua aplikasi pembayaran digital ini.

https://www.cnbcindonesia.com/fintec...dai-go-pay-ovo

alasan gan
1
2.7K
21
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan