Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kripikirAvatar border
TS
kripikir
Inilah Nursaka, Bersekolah di negara tetangga, bantu ayah setelahnya, #AslinyaLo
اَلسلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Selamat datang di thread ane


Perjuangan setiap orang berbeda-beda, tak lihat dia sudah dewasa ataupun masih belia, namanya manusia memiliki takdir untuk menjalani hidup seperti apa saja, entah berada di keadaan yang menyenangkan atau bahkan harus berada di keadaan penuh keterbatasan. Manusia hanya bisa menjalani semuanya itu, dan tetap berjuang serta berdoa agar kehidupannya kelak bisa lebih baik dari sebelumnya.



Mari kita mulai mendengar cerita kehidupan dari Nursaka, bocah berusia delapan tahun yang harus bersekolah di Entikong, Indonesia, setiap harinya, ayah dari Nursaka bernama Darsono dan Ibunya bernama Julini, kedua orang tua Nursaka sebenarnya adalah warga negara Indonesia, dulunya keluarga ini tinggal di Entikong, memiliki usaha tempat makan, yang tempat usahanya menumpang orang, namun usaha tempat makannya ini harus gulung tikar karena banyaknya tagihan utang pembeli yang belum dibayar, sehingga perputaran modalnya tersendat, setelah usaha tempat makannya gulung tikar, Darsono dan keluarganya memutuskan untuk mencari pekerjaan di Malaysia, disana pun keluarga ini menumpang rumah adiknya yang menikah dengan orang lokal dan memiliki usaha tempat makan juga, pekerjaan Darsono di Malaysia juga hanya sebagai pengurus kebun orang, sembari berternak. Nursaka sejak masih TK disekolahkan di Indonesia, TK tempat Nursaka sekolah adalah TK Kartika, awalnya untuk bersekolah setiap hari, Nursaka di antarkan oleh ayahnya atau ibunya secara bergantian, karena Nursaka masih TK jadi orang tua tidak tega jika harus melepaskannya sendirian, waktu masuk ke bangku sekolah dasar pun juga sama, kedua orang tuanya lah yang setiap hari selalu mengantar, semenjak sang ibu mengandung adik dari Nursaka, Nursaka tidak lagi di antarkan oleh kedua orang tuanya untuk bersekolah di Indonesia, Ibunya sibuk mengurus kehamilan dan adiknya kelak, sang Ayah juga harus bekerja mengurus kebun orang.



Perjalanan berangkat sekolah Nursaka dimulai dari rumah petak kecil hasil menumpang dari adik Darsono, pukul 05:30 waktu Malaysia, atau di Indonesia pukul 04:30, Darsono sang ayah selalu membangunkan anak kesayangannya Nursaka untuk bersiap ke sekolah, kegiatan setelah bangun tidur, Nursaka biasanya meminum air putih hangat yang di siapkan sang Ayah, kemudian baru bergegas ke kamar mandi, setelahnya segala pakaian dan seragam sudah di persiapkan, sesekali Darsono membantu Nursaka mengurusi perlengkapan sekolahnya, sang ibu Julini yang sibuk mengurusi adik Nursaka, selalu mengingatkan Nursaka agar PR dan perlengkapan lainnya tak tertinggal.



Waktu sudah menunjukkan pukul 05:00 waktu Malaysia atau 06:00 waktu Indonesia, Nursaka harus bergegas di antarkan sang Ayah ke sebuah Kantin di tepi jalan Tebedu, Serawak, Malaysia, untuk mencari tumpangan kendaraan ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN), setiap harinya memang Nursaka hanya menumpang orang kesana, jarak dari tempat Nursaka mencari tumpangan ke PLBN sekitar 3 kilometer, ditempuh dengan waktu 10 menit perjalanan dengan kendaraan.



Sesampainya di PLBN, hal yang harus di lakukan Nursaka adalah dengan memasuki gedung, untuk melakukan registrasi, bocah delapan tahun ini setiap hari selalu melakukan ini,dikeluarkanlah sebuah buku bersampul merah, yang berisi foto ibu dan kedua adiknya, buku itu adalah Pas Lintas Batas (PLB), setelah semua perijinan selesai, Nursaka bergegas keluar dari gedung PLBN.



Di depan gedung PLBN, Nursaka sudah di tunggu oleh seorang perempuan paruh baya dengan motornya, yang ternyata itu adalah ojek langganan pulang pergi Nursaka untuk menuju sekolahnya SD Negeri 03 Sontas, perjalanan Nursaka dari gedung PLBN ke sekolahnya berjarak sekitar 4 – 5 kilometer. Nursaka biasanya selalu datang 30 menit lebih awal ke Sekolah, walau harus menempuh perjalanan cukup jauh dari Malaysia ke Indonesia, tapi Nursaka ternyata adalah anak yang berkeinginan tinggi untuk bersekolah. Jika ditanya kenapa Nursaka tidak sekolah di Malaysia saja, karena untuk sekolah disana memerlukan banyak persyaratan, lebih mudah sekolah di Indoensia. Perjalanan pulang Nursaka hampir sama seperti berangkatnya, saat akan pulang sudah ada ibu-ibu tukan ojek langganannya, kemudian di antar ke gedung PLBN, disana Nursaka mencari tumpangan untuk kembali ke rumah, jika sebelumnya yang mencarikan tumpangan saat berangkat sang ayah, waktu pulang para petugas PLBN atau om-om Polisi yang mencarikan tumpanagan, sampai kerumah biasanya sekitar jam 01:30, misal sampai pukul 02:00 belum sampai rumah biasanya Darsono sang ayah merasa was-was.



Kehidupan sehari-hari Nursaka bocah delapan tahun ini tidak begitu saja, setelah pulang sekolah, harus mengerjakan PR terlebih dahulu dan istirahat, sekitar pukul 05:00 sore waktu Malaysia, Nursaka memiliki kewajiban membantu ayahnya untuk mengurus ternak, dan kegiatan wajibnya Nursaka beserta adiknya Yoga harus mengambil nasi sisa dari tempat makan di dekat tempat tinggalnya untuk dijadikan pakan ternak mereka.



Di sela mengambil sisa nasi di tempat makan, Darsono mengajak kedua anaknya Nursaka dan Yoga untuk berkeliling di pertokoan Tebedu, Darsono mampir ke setiap toko dan POM Bensin, untuk mengecek setiap tong sampah yang ada, dengan semangat Nursaka dan Yoga membantu ayahnya mencari kaleng dan botol minum bekas untuk dikumpulkan, yang nantinya akan dijual kepada pengepul dari Kuching, yang datang setiap beberapa bulan sekali. Uang hasil dari penjualan kaleng dan botol bekas ini, akan di tabung oleh Nursaka di celengan ayamnya berwarna biru. Nursaka selalu mendapat wejangan dari sang ayah untuk selalu mewujudkan keinginan mereka dengan cara menabung. Kata Nursaka untuk apa tabunganna nanti, ternyata untuk membantu biaya sang kakak yang saat ini sedang berkuliah di Jember.

Bocah seusia Nursaka, harus merasakan betapa suahnya untuk menempuh pendidikan, bukan karena fasilitas pendidikannya, tapi karena harus bersemangat setiap hari bolak-balik dari Malaysia ke Indonesia, walaupun tidak begitu jauh, tapi jika harus melalui perjalanan, bergonta-ganti kendaraan seperti ini juga akan tetap melelahkan, bahkan Nursaka tidak akan berangkat sekolah jika sedang terjadi hujan deras. Ini mengajarkan kepada kita jangan mudah mengeluh dengan keadaan kita, hadapi segalanya penuh dengan niat dan sungguh-sungguh.

0
2.4K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan