Saya jahat! Iya, waktu mendengar informasi bahwa ada nenek-nenek tukang nyinyir digebuki sampai lebam-lebam mukanya, saya senang. Reaksi spontan sih, berdasarkan apa yang sudah dia lakukan selama ini. Tapi setelah duduk dan berfikir ulang, kok jahat sekali yang melakukan ini. Apapun alasannya, kekerasan (apalagi terhadap wanita) adalah sesuatau yang tidak bisa dibenarkan. Maafkan saya Nek, sempat merasa gembira di awal berita.

Berita terus bergerak liar. Ada anaknya Mbah yang lupa bayar nadzar nangis-nangis prihatin dengan kondisi koleganya. Ada juga juara beregu nyinyir level internasional yang makin bulat perrutnya, ikutan mengutuk dan tidak lupa pamer skill nyinyir. Ada anak buahnya Pak Prihatin yang lagi-lagi bawa kardus, entah buat bungkus apa. Ada juga dokter bedah plastik yang mengeluarkan analisa berdasarkan pengetahuannya soal bedah plastik.

Puncaknya, tentu saja salah satu capres yang nongol belakangan. Didampingi mbah-mbah tua yang entah mencari apa di hari senjanya. Dengan lirih, pelan, menyampaikan keresahannya. Dia bicara soal pelanggaran HAM. Hm. (Jangan ketawa. Jangan ketawa.) Dia bicara rasa aman yang mulai hilang. Dia kecewa karena aksi kekerasan (lagi, jangan ketawa, jangan ketawa.) Untuk lengkapnya, monggo dibuka video nya ya.



Saya sendiri hanya mengamati dan menahan diri untuk tidak berkomentar dulu. Kemudian muncullah sang dokter bedah plastik dengan penjelasnnya. Saya masih 50% percaya. Apakah ini pembelaan saja, karena semua tahu, si dokteri cenderung kemana arah dukungannya. Perdebatan di medsos terus saya simak, sampai akhirnya. Si Nenek keluar dan mengakui sebagai.. (silahkan simak video di bawah)



Saya ada di sebuah loby hotel di Samarinda, dan ngakak dengan keras saat melihat pengakuan sang Nenek! Asli, mungkin rekan bisnis saya malu dengan sikap saya, karena tawa saya memancing orang melihat ke arah kami. Bodo amat, saya kan ekspresif. Toh ini dagelan lucu kok. Tak bisa saya bayangkan, mukanya Sengkuni plus anaknya. Duo juara dunia nyinyir. Sampai lulusan S-3 sang jubir yang bisa DIKIBULI NENEK-NENEK!!

Lebih ngakak lagi membayangkan muka sang Capres!Macan Asia, Mantan Komandan Pasukan Elite, IQ 200, KETIPU NENEK-NENEK! Reaksi spontan saya memang seperti itu. Saya tidak mau cek medsos, terutama twitter. Karena saya sudah tahu apa isinya. Yang satu mem-bully, sang satu pasti membela diri dengan dalih yang aneh-aneh. tidak ada keberanian untuk bilang salah, apalagi meminta maaf kepada yang dinyinyiri. Siapa? Kalau punya hati nurani, jelas siapa kok yang diserang kali ini.



Terlepas dari Nenek bohong, tapi ada kegiatan menyebarkan berita bohong tidak? Salah tidak yang menyebarkan? Silahkan cek UU ITE. Jadi kalau Jubir yang konon katanya lulusan S-3, PNS, pemimpin pemuda dari ormas, ngomong muter-muter, tidak ada gunanya juga. Kalau dia benar-benar lulusan S-3, mendengar cerita orang dianiyaya, atau bosnya mendengar cerita itu. Tanyakan dong hasil visum nya. Kalau belum divisum, silahkan visum dulu. Bawa ke RS, lalu hubungi Pak Polisi. Masak lulusan S-3 kayak gini tidak paham?

Kalau tanpa verifikasi informasi lalu disebarkan, lalu bedanya apa lulusan S-3 dengan orang yang tidak pernah sekolah? Apa bedanya Komandan Pasukan Elite dengan Pasukan Nasi? Ngoahahahahhaaa... Asli, kalau anda mau melihat kasus ini dari sudut pandang yang lain, pasti anda akan ngakak keras. Ternyata ini lho kualitas calon pemimpin mu. BISA DIKIBULI NENEK-NENEK! Gini mau lawan Donald Trump? Mau jadi macan asia?



Well, Si Capres sudah meminta maaf, itu baik dan harus diapresiasi positif. Mari kita maafkan. Tapi maaf bukan berarti menghentikan pelanggaran yang sudah dilakukannya. Hoax ini harus diusut secara tuntas. Siapa yang salah, ya harus dijerat. Siap pembuat hoax diusut, siapa penyebar hoax, ya diperiksa jua, siapapun dia dan apapun posisinya.Salam Damai.


Ciao.

Sumber Referensi : Pemikiran Sendiri
Sumber Gambar : sini
Sumber Video sini